58

1K 76 32
                                    

Stefi pulang bersama dengan Ravien, Nadse dan juga kedua adiknya dengan wajah yang di tekuk.
Rencananya bersama dengan Frans hari ini benar-benar gagal total, semua itu karena ulah Ravien.

"Stefi? Kamu kenapa?" tanya Okta saat ia berpapasan dengan anak gadisnya itu ketika hendak menuju dapur.

"Tanya aja ke anak kesayangan Papa. Tau ah, aku lagi kesel."
Stefi langsung melangkah menuju kamarnya.

Okta tidak berniat untuk menyusul putrinya itu. Karena ia sudah tau, hanya ada satu orang yang sanggup membuat Stefi seperti itu. Dan orang itu tidak lain adalah Ravien.

"Semua aman, Pa" ucap Ravien ketika melihat Okta menatap kearahnya.

"Terimakasih ya, tapi dia jadi ngambek lagi tuh."

"Apaan deh, bocah banget. Jangan dibiarin pacaran, Pa. Kalau dia masih kayak gitu."
Ravien tak habis pikir dengan Stefi yang memiliki hobby yang aneh, yaitu merajuk.

"Kalau ada waktu, si Frans itu suruh datang kesini, Vien."

"Sabar, Pa. Ini belum waktunya Papa turun tangan. Dia harus latihan nyali dan kesabaran dulu sama aku, baru bisa nemuin Papa." Okta tertawa mendengar ucapan Ravien.

"Ya udah, kita mau bawa mereka ke kamar dulu ya Pa" Okta mengangguk.

Nadse yang menggendong Aurel yang sedang tertidur lelap itu pun mengikuti langkah Ravien yang juga menggendong Michael yang tertidur dengan pulas, sama seperti Aurel.

Melihat anak-anaknya berada dengan orang yang bisa dipercaya, Okta kembali menuju kamarnya untuk membangunkan Gracia.

"Ge, sayang. Bangun, itu anak-anak sudah pulang." Okta tersenyum tipis melihat respon istrinya yang sepertinya tidak ingin diganggu.

Okta berdiri untuk mengambil handuk untuk istrinya itu.

"Sayang, bangun. Mandi dulu sana, itu Nadse sama anak-anak sudah pulang."
Bukannya bangun, Gracia malah menarik tangan Okta dan memeluk lengan suaminya itu masih dengan mata terpejam.

"Ya tuhan, Ge. Inget umur sayang, kamu bukan gadis remaja lagi yang bangun harus ada dramanya dulu. Ayo bangun!"

"Tau ah, males banget sama kamu. Tadi aja manis banget. Sekarang balik lagi." Gracia bangun dengan wajah kesalnya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian atasnya.

"Ngomelnya nanti lagi ya sayang, sekarang mandi dulu sana, entar anak-anak ada masuk kamar tiba-tiba pasti kaget ngeliat kamu gak pakai baju kayak gini. Apalagi Stefi, dia lagi..."

"PAPA!"

Okta menepuk pelan dahinya karena Stefi yang tiba-tiba saja membuka pintu kamarnya dan masuk dengan berteriak memanggilnya.

"Oops, maaf. Aku cuma nyari Papa kok Ma." Stefi segera keluar dari kamar orangtuanya sebelum Mama nya benar-benar murka padanya.

"Aku keluar ya" Okta mengecup kening Gracia sebelum ia keluar dari kamar untuk menemui anaknya.

"Kamu kenapa panggil Papa begitu? Mama kamu pasti marah lagi sama kita."

"Ya aku kan gak tau kalau lagi menikmati waktu berdua, habisnya tadi baru aja ketemu Papa dibawah."

"Sudah terjadi, sekarang Papa tanya kamu. Kamu kenapa cari Papa?"

"Aku mau tas ini, beliin ya?" Stefi menunjukkan gambar di layar ponselnya itu pada Papa nya.

"Ya ya ya?" Okta mengangguk, ia tidak pernah bisa menolak keinginan putrinya itu.

"Makasih, Pa!" Stefi langsung memeluk Papanya dengan erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang