39

910 101 25
                                    

Okta masuk ke dalam kamar dan melihat Gracia yang sedang duduk dipinggir Kasur sambil memainkan ponselnya.

"Kalau kamu kesini Cuma mau bujuk aku dan ngebelain anak kamu lagi. Mending gak usah. Gak ngaruh gak mempan" Ucap Gracia tanpa menatap Okta.

"Kebiasaan buruknya kenapa masih aja sih? Kan kamu udah janji mau berubah. Kenapa sekarang balik lagi?" Okta mengusap lembut puncak kepala Gracia, membuat istrinya itu mendongak.

"Kamu kok marah sampai segitunya sih ke Stefi?" Tanya Okta.

"Tau ah" Gracia kembali fokus pada ponselnya.

Okta menggeleng pelan lalu berlutut dihadapan Gracia.

"Kamu istri aku, kamu seorang ibu. Masa kamu mau nyimpan sikap buruk gitu?" Okta meraih tangan Gracia lalu menempelkan dipipinya.

"Tatap lawan bicara kamu" Gracia menatap Okta.

"Kamu bukan anak remaja lagi sayang, jangan bersikap kayak anak kecil. Jangankan kamu, Stefi aja udah gak pantes untuk bersikap kayak gini." Gracia menunduk.

"Stefi udah gede, Ta. Kamu gak seharusnya memperlakukan dia seperti anak kecil. Kamu.."

"Aku tau, Sayang. Lagian kan, aku Cuma nemenin dia sampai dia tidur. Udah itu, aku balik lagi kesini. Ya masa aku tidur sama anak aku, apalagi dia udah dewasa." Gracia menghela nafas lalu mengangguk pelan.

"Jangan ngambek lagi ya? Kita kan..."

'Papa, ada temen Papa nih dibawah'

Okta bertanya-tanya. Siapa temannya yang berkunjung malam-malam begini?

"Ya, bilangin tunggu sebentar" Balas Okta dari dalam kamar.

"Temen kamu siapa?" Tanya Gracia.

"Gak tau, Gre. Aku juga gak punya janji sama siapa-siapa hari ini" Ucap Okta.

"Ya udah, samperin gih" Okta berdiri lalu keluar dari kamar. Disusul oleh Gracia.

 "Pucchi?" Gracia menatap tajam pada wanita dihadapannya saat ini.

Okta melirik sekilas pada Gracia. Istrinya itu pasti akan kembali marah. Okta meraih tangan Gracia dan menggenggamnya, ia berharap istrinya itu tidak melakukan hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan.

"Hai Kak Okta, apa kabar?" Tanya Pucchi dengan ramah.

"Kabar baik" Okta duduk sofa lain, dihadapan Pucchi. Ia ikut membawa Gracia bersamanya.

"Ada apa ya? Malam begini bertamu" Tanya Gracia dengan nada bicara yang tidak bersahabat.

"Maaf Kak, kalau ganggu. Aku juga terpaksa." Jawab Pucchi.

"Terpaksa? Kenapa?" Tanya Okta

"Aku tadi habis dari rumah temen aku. Dia dokter, dan aku baru aja selesai konsultasi sama dia. Tiba-tiba, dia dapet telfon ada pasiennya yang tiba-tiba aja kondisinya gak stebil. Jadi dia pergi ninggalin aku dirumahnya, karena gak enak. Aku pergi dan Cuma pamit sama pekerja dirumahnya. Aku mesen taxi gagal terus, aku akhirnya jalan aja. Tapi, udah jauh, aku ngerasa ada yang ngikutin. Karena itu, aku numpang dulu disini." Jelas Pucchi.

"Emangnya gak ada temen atau kenalan lain yang bisa nolongin?" Tanya Gracia lagi.

"Aku gak punya banyak temen dekat disini. Karena dari dulu, aku selalu sama Ruth dan Vio. Tapi, aku udah Chat kenalan aku, udah sampai disini dia baru bales kalau bisa jemput."

"Jadi, kamu udah dapat tumpangan pulang?" Pucchi mengangguk.

"Bagus kalau begitu. Oh iya, sampai lupa. Gre, bikinin minuman buat tamunya" Ucap Okta.

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang