Aku menatap wajahku yang sudah dihias di dalam cermin, mungkin inilah takdirku. Proses pernikahan dilangsungkan di ruang tamu lalu aku meminta untuk menunggu di dalam kamar. Tepat jam 9.00 aku sah menjadi seorang istri orang yang tak ku kenal bahkan aku belum pernah melihat wajahnya. Aku melamun lalu terkejut melihat ibu masuk dengan seorang laki-laki sangat tampan yang ku perkirakan usianya 32 tahun.
Oh Tuhan mengapa aku gugup
Apa dia suamiku?"Nak adit ini adalah Arabella isrimu ... Dan ara sayang ini adalah Raditya suamimu, salam dia nak!" Kata ibuku membuatku terkejut bukan main.
Aku sangat gugup sekali menyalam tangan pria yang sudah menjadi suamiku dan dia mencium keningku. Ini jauh dari bayanganku, aku kira suamiku adalah kakek-kakek gatal yang haus belaian wanita.
Subahanallah ...
Ternyata duren alias duda keren
Sejak perkenalan kami tadi aku sangat gugup, bagaimana tidak ini adalah malam pengantin ku. Walaupun aku sudah lama pacaran dengan david tapi david tidak pernah menyentuh ku bahkan berciuman pun tidak. Dia bilang dia cinta aku jadi dia mau aku halal untuknya dulu baru dia akan menyentuh ku dan itulah yang membuatku sangat mencintai david. Saat aku berpikir tentang david aku tersenyum lalu ku lihat pintu kamarku terbuka dan mas radit masuk."Kamu kok belum tidur?"tanyanya padaku, dia sudah berdiri di hadapan ku dan berhasil membuatku gugup kembali.
"Belum ngantuk ... Mmmm" jawabku sambil menunduk malu harus memanggil pria yang sudah menjadi suamiku ini apa,
"Panggil saya mas radit" katanya sambil meraih daguku untuk melihat wajahnya, perlakuan nya membuat jantungku akan copot.
"Iya mas ..." ucapku dengan malu-malu seperti wanita yang baru jatuh cinta.
Aku melihat wajah tampan milik suamiku, dia bagaikan sebuah pahatan sempurna tanpa ada kekurangan. Aku sangat gugup dan takut saat menatapnya sangat dekat seperti ini.
"Kamu gak usah takut, saya gak akan minta kamu untuk melayani saya sebagai istri" katanya sambil menjauhiku dan melepas dua kancing teratas kemeja nya.
"Kamu hanya akan menjadi bunda anak saya"timpanya menjelaskan status pernikahan kami,
Aku terkejut mendengar kata-kata suamiku tadi, antara bahagia atau kecewa bagaimana tidak aku hanya menjadi istri pajangan untuknya.
"Kamu tidur besok kita akan ke jakarta" katanya sambil menaikki kasur dan tidur di sebelahku dengan posisi yang membelakangi ku.
"Iya" jawabku singkat lalu mengambil posisi yang berlawanan dengannya, posisi kamo seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.
Aku berusaha memejamkan mataku namun tidak bisa, ku rasakan diapun sama seperti ku. Kulihat dia duduk di pinggiran ranjangku sambil merokok, aku merasa dia gelisah bagaimana tidak gelisah mungkin dia terbiasa tidur di kamar yang berAc dan mewah bukan seperti kamar milikku ini. Akhirnya aku tertidur sangat pulas hingga tersadar bahwa pagi ini aku dan mas radit akan ke jakarta. Aku buru-buru merapikan kamarku lalu mandi. Dalam perjalanan kami hanya membisu satu sama lain seperti orang asing.
"Kamu udah saya daftarkan di perguruan tinggi negeri di jakarta" katanya untuk memulai pembicaraan diantara kami
"Tapi.." ucapku untuk menjelaskan sesuatu namun sudah terpotong oleh kata-katanya
"Saya tau kamu mau melanjutkan pendidikan magister kamu" katanya tanpa melihat aku sedikitpun, aku merasa dia menghindari aku.
"Makasih" ucapku dengan singkat untuk mengakhiri pembicaraan membosankan ini.
"Anggap ini sebagai imbalan karena kamu mau menjadi bunda anak saya" apa Kata nya imbalan, kenapa dia gak menyewa baby sister aja kenapa harus aku. Aku semakin tidak mengerti bagaimana nantinya kehidupan ku dengan pria ini.
"Iya mas ... Makasih" jawabku singkat.
Sampai di bandara aku kehilangan koperku. Tapi mas radit bilang koperku memang sengaja di tinggal karena dia akan membeli kan pakaian baru untukku. Dengan kemacetan ibu kota kami sampai dirumah mewah milik mas radit. Aku sangat kagum melihat rumah yang sangat mewah ini, aku semakin terkejut karena dirumah ini banyak sekali pelayan.
"Bunda" kata seorang anak kecil yang berlari ke arahku dan memeluk ku.
Anak ini sangat cantik dan mirip sekali dengan mas radit. Tanpa bertanya aku sudah tau kalo anak ini adalah kaila. Tadi saat perjalanan dari bandara ke rumah mas radit sedikit menjelaskan tentang anak kecil ini.
"Iya sayang bunda disini" jawabku membalas pelukan anak ini.
"Bunda kemana aja sih?bunda kok ninggalin kaila sendiri" rengek kaila yang bergelantungan di leherku
"Bunda ada urusan sayang dan sekarang bunda gak akan ninggalin kamu sendiri lagi" balasku untuk meyakinkan anak ini, aku sedikit kasihan dengan anak ini karena dia sama sekali tidak mengenal siapa ibunya dan kurasa dia bukan anak yang nakal.
"Sayang ... Bunda nya capek, bunda baru sampe jadi biarin bunda istirahat dulu ya sayang" kata mas radit sambil meraih kaila untuk berada dalam gendongannya.
"Aku mau ikut sama bunda" rengek kaila kepada mas radit dan aku lihat mas radit yang terlihat dingin jika sama kaila tidak, dia begitu hangat.
"Ya udah ayok kita istirahat sama bunda" ajakku yang meraih kaila ke dalam gendonganku
"Asik ... Makasih bunda, kaila sayang sama bunda" ucapnya dengan antusias membuatku semakin kasihan padanya.
Aku berada di kamar yang kata mas radit ini kamar kami, kamar yang sangat luas dan nyaman. Sekarang kaila tidur di pangkuan ku dan entah mengapa aku sangat merasa senang melihat kaila tersenyum. Aku merasakan rasa sayang ku pada kaila tumbuh dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
mas duren
RomanceCinta itu seperti sebuah permainan, ya permainan labirin bila kau berada di jalan yang salah maka itu akan menyesatkanmu. Namun ketika kamu berada di jalan yang benar kamu akan dibawa menuju tempat terindah. Mampukah Arabella dan Raditya menemukan j...