Biarkan Aku sendiri!

15.6K 511 3
                                    

Sebulan sudah ara tidak keluar kamar, dia hanya ke balkon dan memakan makanan yang bibi antar untuknya. Pagi ini ara seperti nya kurang sehat, dia mengeluarkan semua isi perutnya dan wajahnya sangat pucat.

Radit yang mendengar ara sakit langsung nekat masuk ke dalam kamar untuk menemui istrinya. Dia melihat istrinya terbaring lemah di kamar mandi dengan darah di celananya. Radit membawa ara kerumah sakit, sampai disana dia cemas menunggu dokter memeriksa istrinya.

"Apa ara sedang menstruasi ?" Lirihnya pada dirinya sendiri

"Bapak suami ibu arabella?"

"Iya dok saya suaminya ... Bagaimana istri saya? Dia terlalu sakit karena mestruasi ya dok ?"

"Istri bapak tidak menstruasi pak, itu namanya flek"

"Apa itu penyebabnya dok ?"

"Karena flek memang wajar di awal kehamilan pak, bapak tidak usah takut saya akan memberikan beberapa obat dan vitamin untuk ibu"

"Apa istri saya hamil dok ?"

"Iya pak, jadi bapak belum tau?"

"Belum dok"

"Saya harap bapak bisa menjaga istri bapak agar tidak stres lalu rutin datang ke obgyn untuk pengecekan kandungan"

"Iya dok saya pasti akan jaga istri saya... Boleh saya menemui istri saya"

"Silahkan pak"

Radit masuk ke dalam ruangan dengan kebahagiaan, bahagia karena ara mengandung anaknya dan ara tidak akan meninggalkan dia.

"Ara"

"Ngapain mas disini ... Pergi aku ingin sendiri!!" Kata ara yang ingin bangkit untuk berdiri

"Ara maafkan aku, aku mohon jangan banyak gerak dulu kasian anak kita sayang"

"Anak? Maksudnya apa?"

"Kau hamil ara"

"..."

"Ara apa kau tidak bahagia ?"

Arabella PoV

Aku hamil dan sekarang diperutku ada kehidupan lain. Aku memang ingin hamil namun cara dia menghamiliku yang membuatku jijik dengan suamiku. Dia membuatku seperti binatang lalu sekarang benihnya tumbuh menjadi nyawa yang tak berdosa di dalam sini.

"Aku ingin sendiri mas ... Aku mohon tinggalkan aku sendiri"

"Baiklah sayang aku akan ada di luar jika kau butuh aku"

"Iya"

Setelah kembali kerumah aku masuk ke dalam kamar untuk menenangkan pikiran ku. Aku bingung harus bahagia atau sedih karena kehamilan ku, semua wanita ingin hamil dan melahirkan tapi bukan dengan cara yang seperti ini.

"Bunda ... Bunda marah sama kaila ya karena kaila nakal, kaila janji bunda kaila gak akan nakal lagi tapi jangan marah lagi sama kaila"

"Ya Tuhan apa yang udah ku lakukan, kaila tidak berdosa" lirihku dalam hati.

"Sayang bunda minta maaf ya ... Kaila gak nakal kok tapi bunda aja yang lagi banyak tugas kuliah" kuraih kaila untuk duduk di samping ku

"Berarti bunda gak marah sama kaila? Kata papa bunda marah karena kaila nakal"

"Gak sayang"

Aku memeluk kaila, gadis kecil ini sudah masuk ke dalam hatiku dengan mudah sejak pertama bertemu. Sekarang di dalam rahim kecilku ada kehidupan yang menentukan masa depanku, aku sangat membenci mas radit karena dia tidak bisa di percaya.

"Kaila bobo di kamar ya ... Bunda mau istirahat dan papa juga mau ngomong berdua sama bunda"

"Iya pa... Bun kaila pergi ya"

"Iya sayang"

Aku melihat mas radit membawa bunga lily putih lalu memberikan kan bunga itu padaku

"Aku gak suka" ku campakkan bunga itu ke lantai

"Maafkan mas ara"

"Aku mohon mas jangan dekati aku dulu, ijin kan aku berpikir dulu bagaimana kedepannya"

"Ara mas gak bisa biarin kamu sendiri, mas takut kamu butuh apa-apa mas gak ada. Ara cukup lah mas merasakan sakit karena sudah membiarkan sheila melahirkan kaila sendiri jangan buat aku jadi pria bodoh lagi ara"

"Maaf mas ... Aku akan tetap di rumah ini dalam pengawasan mas, tapi aku minta mas jangan tidur disini dan jangan terlalu dekat denganku. Jika aku butuh sesuatu aku bisa minta tolong bibi, aku mohon mas"

"Baiklah sayang ... Aku ada di kamar sebelah jika kau butuh sesuatu"

Aku hanya diam namun di dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku ingin mas radit menemani ku, aku ingin dia memeluk ku.

Raditya PoV

Aku menyesal memperlakukan ara seperti malam itu, lalu malam itu berbuah janin di dalam rahimnya entah ini ujian untukku atau hadiah aku sangat menyesal.

Aku turun ke bawah untuk bicara dengan bibi mengenai ara.

"Bi saya mau bicara sebentar"

"Ya tuan ada apa?"

"Bi kalo nyonya minta apapun bilang sama saya, apapun itu"

"Baik tuan"

Aku ingin selalu ada saat ara ngidam, walaupun ara tidak akan meminta padaku secara langsung tapi aku tau dengan ini aku bisa berperan sebagai suami untuk ara.

Aku juga memutuskan untuk bekerja dari rumah karena aku tidak ingin terlalu jauh dari ara. Ini sudah masuk bulan ketiga kehamilan ara, aku selalu memberikan semua yang ara minta tanpa dia tau aku yang memberikannya.

"Tuan ... Nyonya mau makan tahu sumedang katanya"

"Astaga bi ... Ini udah jam 12 malam mau saya cari dimana, udah pasti yang jual tutup"

"Ini tuan saya punya teman tukang tahu sumedang, tuan datang aja kerumah nya minta tolong gorengkan tahunya pasti dia punya persediaan tahu sumedang mentah di rumahnya"

"Yaudaj bi ... Saya kesana sekarang"

Aku bergegas pergi menuju alamat yang diberikan bi inah. Sampai di rumah itu aku kesulitan untuk membangun kan pemilik rumah itu yang tak lain adalah tukang tahu sumedang kenalan bi inah. Setelah 15 menit akhirnya si pemilik rumah keluar.

"Bang saya mau beli tahu sumedang"

"Saya udah tutup pak ... Besok aja balik lagi"

"Gak bisa bg ... Saya mau beli sekarang, berapa pun harganya saya bayar"

"Aduh pak gak bisa saya udah tutup, lagian buat apa sih malam-malam gini mau tahu sumedang?"

"Buat istri saya bang dia ngidam, saya minta tolong bang"

"Yaudah mas bantuin aja kasihan bapak ini tengah malam gini datang ke rumah kita demi istrinya, kamu juga dulu kan gitu mas pas aku suruh manjat pohon mangga malam-malam" kata istri tukang tahu itu.

"Yaudah pak tunggu sekitar 15 menit ya saya goreng dulu"

"Makasih bang .... Makasih"

Aku duduk diteras rumah itu sambil menunggu tahu di goreng, tak lama satu kotak tahu di berikannya padaku.

"Makasih bang udah mau goreng tahu buat saya malam-malam gini, ini buat bayaran tahunya bang dan tanda makasih saya" aku memberika uang dua juta di amplop

"Pak ini kebanyakan.... Ini bapak udah bisa buat modal jualan tahu"

"Gak apa-apa anggap itu tanda terima kasih saya, doakan istri saya sehat ya bang... Dan sekali lagi makasih untuk tahunya"

"Sama-sama pak ... Saya berharap bapak dan istri bapak selalu sehat dan murah rezeki"

"Amin bang"

Aku kembali ke rumah lalu memberikan tahu itu kepada bi inah untuk di kasih ke ara. Bi inah bilang kalo ara senang dengan tahu itu dan dia juga tau kalo tahu itu aku yang membeli kan untuknya. Aku bahagia setidaknya aku masih bisa mengawasi kondisi ara dan anakku walaupun tidak bisa terlalu dekat.


mas durenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang