"Aw.." Airys meringis memegangi kepalanya.
Airys membuka matanya perlahan, terlihat langit-langit kamar berwarna putih. Airys memutar pandanganya, melihat dinding ruangan putih dan bau obat dan sudah pasti saat ini dia berada di rumah sakit.
Pandangan Airys terhenti pada sosok lelaki yang menangkupkan kepalanya di samping tempat tidur Airys.
"Re.. Regal?" Airys mengangkat tangan kanan yang terbebas.
Airys mengusap lembut rambut Regal yang berantakan karna memang dia tak pernah terlihat rapih.
Apa dia di sini semalaman? Batin Airys.
Regal yang merasa ada seseorang yang mengusap rambutnya lembut membuka matanya dan mengangkat kepalanya menatap Airys yang ternyata sudah sadar.
"Udah bangun?" tanya Regal dingin.
"Em.. I.. Iya udah" Airys gugup karna dia yakin Regal tahu kalau Airys mengusap kepalanya.
Regal melirik jam dinding yang menunjukan angka 07.00 itu tandanya sudah pagi.
"Lo gak sekolah?" tanya Airys.
"Ngusir?" Regal mengangkat sebelah alisnya.
"Mmm.. Bu.. Bukan gitu tapi kan lo.. Lo harus sekolah!" jawab Airys gugup dan memalingkan pandangannya.
Regal yang melihat kegugupan di wajah Airys pun menahan tawa.
"Lo kenapa?"
Pertanyaan Regal membuat Airys memalingkan wajahnya menatap Regal.
"Maksudnya?"
"Lo masuk rumah sakit kenapa?" tanya Regal masih dengan nada dingin.
Airys terdiam matanya mulai berkaca-kaca mengingat kejadian kemarin sore yang membuatnya takut.
"Pa.. Parka!" tangisnya pecah hanya karna mengucap satu nama itu.
"Parka nampar gue, Parka mau macem-macem sama gue. Gue takut gu.. Gue takut!" tubuh Airys bergetar dengan tangis nya.
Regal emosi sekarang, kepalan tangannya mengerat dan rahangnya mengeras.
"Gue takut!" ucapan itu membuat Regal memeluk Airys dengan refleks.
Regal tersadar setelah Airys membalas pelukanya dengan erat, jantungnya berdegup kencang nafasnya memburu. Bukan hanya menahan emosi, tapi karna ia tidak sadar sudah memeluk Airys dan Airys membalasnya.
"Gu.. Gue takut Gal. Gue takut hiks..." ucap Airys lagi.
"Tenang ada gue dan semuanya gak bakalan keulang!" ucap Regal.
Regal melepaskan pelukannya dan membawa Airys untuk kembali berbaring.
"Lo istirahat, keluarga lo pasti bentar lagi dateng. Gue pulang!" Regal langsung mengambil kunci motornya di atas nakas dan langsung pergi keluar kamar dengan tergesa-gesa.
Airys menatap kecewa punggung Regal yang berlalu lalu menghilang di ambang pintu, ada rasa sedih karna Regal pergi begitu saja.
Jangan jauh, aku takut! Batin Airys lalu menangis.
🔑🔑🔑🔑🔑
Regal memarkirkan motornya dihalaman warbon, warung itu nampak sepi sekarang. Regal memasuki warbon dan duduk di kursi panjang dengan keadaan kacau dan terlihat jelas emosi yang terpancar dikedua matanya.
"Eh den Regal? Gak sekolah? Ko gak pake seragam?" tanya Bi Encun sang pemilik warung.
Regal diam tak menjawab, Bi Encun yang tahu sifat Regal pun hanya menggeleng lalu berlalau memasuki dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAL [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction⚠️ Sudah Terbit 🛒 Tersedia di Gramedia dan TBO SEBAGIAN PART DI HAPUS Regal Deova Dirgama, si manusia es yang selalu bersikap dingin. Sikapnya itu membuat siapapun enggan bermasalah dengannya. Belum lagi geng motor yang ia ketuai membuat ia disega...