Masa yang paling kukhawatirkan seumur hidupku adalah masa ketika aku terjebak di antara usia anak-anak dan remaja.
Karena pada masa ini; ketika aku merasa sedih, maka aku akan merasa menjadi yang paling sengsara di dunia.
Ketika aku merasa senang, aku akan merasa menjadi yang paling bahagia di semesta.
Ketika aku menyukai seseorang, aku percaya akan mencintainya selamanya.
Dan ketika seseorang itu meninggalkanku, aku percaya bahwa hidupku berakhir saat itu juga.
Suara pantulan bola basket terdengar menggaung. Suara sepatu-sepatu berdecit pun seruan-seruan tertahan, meramaikan indoor sporthall yang tribunnya sepi tanpa penonton. Riuh ribuan tetes hujan yang berjatuhan di luar sana, seolah isyarat langit ikut bersorak memperhatikan pertandingan alot kedua tim yang beradu. Hawa dingin yang hujan hantarkan, seolah justru membakar api yang memanasi setiap anak manusia di ruangan luas itu.
Meski kelihatannya seluruh anggota tim saling mengabaikan peluh yang sampai membeceki kaos, tetapi salah satu gadis yang berdiri di sana terlihat biasa saja. Meski kakinya memasang kuda-kuda, tetapi dia sama sekali tak bergerak dari tempatnya. Meski matanya menatap tajam setiap bola yang bergulir ke sana-sini, tetapi tangannya sama sekali belum kotor oleh debu yang melekat pada bola.
Meski dalam posisi siap menerima operan kapan saja, tetapi nyatanya pikiran gadis itu menerawang pada hal yang lain. Mulai dari teh hangat, kemudian beralih menjadi kopi, lalu bersambung pada kanvas dan seperangkat alat lukisnya, lantas berhenti pada bola futsal.
Benar. Bola futsal.
Janjian hari ini sebenarnya bertanding futsal. Hanya saja karena mendung pekat yang tak diundang, teman-temannya sepakat mengubah arah menuju indoor sporthall daripada lapangan belakang. Ingatan yang mengundang decak kesal dari bibir gadis itu. Padahal, dia sudah berhari-hari menantikan hari ini.
Tidak salah. Dia memang seorang gadis. Dan dia sedang bermain basket. Juga mengidamkan sebuah permainan bernama futsal.
Entah sejak kapan dia sadar, tetapi gadis itu memang bertenaga kuda. Mampu mengimbangi kekuatan anak-anak laki-laki di sekitarnya. Mampu mengimbangi kelincahan, dan kemampuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Dimensi
Teen FictionTentang Arza, yang kehilangan alasan untuk memikirkan masa depannya. Dan tentang Abil, yang membuang masa lalunya, pun memilih persetan dengan yang namanya masa depan. Tentang mereka, yang tidak mampu lepas dari ego dan rasa, mengalahkan keberadaan...