Arza mengembuskan napas lega, menyandarkan tubuhnya ke pintu di belakangnya.
Hampir seminggu ini Abil membuntutinya dengan lengket kemana pun kapan pun. Pagi hari, dia bersikeras menjemput. Istirahat, memaksa ikut ke kantin. Sore, mengantar pulang ke rumah. Bahkan saat malam pun, Abil membuat hape Arza seolah hidup karena boom massage-nya yang tanpa henti. Entah apa isinya, Arza belum pernah membuka. Apalagi membalasnya.
Dan itu semua hanya karena satu alasan, "salah gue lo jadi celaka gini. Gue mau tanggung jawab sampe lo sembuh total."
Arza mendengkus, lalu mendekati watafel untuk mencuci muka. Hari ini, karena luka kakinya sebenarnya memang tidak begitu parah—menurut Arza, Arza sudah bisa berjalan cepat. Langsung saja dia kabur ke kamar mandi ketika bel istirahat berbunyi.
Arza meletakkan kacamatanya di sisi wastafel, lalu menatap pantulan dirinya di cermin.
Nyebelin! Serba salah banget deh, jadi aku. Niatnya mau bales perbuatan baik, dapetnya malah sial.
Bener juga. Harusnya hari itu aku nggak usah baik sama Abil. Mana make nganterin dia pulang, pula. Malah jatoh, kan? Malah kasih dia alasan buat gangguin kan?
Rasanya kaya ngasih lem ke perangko. Nempel banget dia kayak Rhizobium sama akar kacang-kacangan.
Arza membasuh wajahnya sekali lagi, lalu memakai kacamatanya, kemudian keluar kamar mandi.
Arza bisa berjalan dengan kecepatan orang normal, meski masih terpincang-pincang. Dia juga sudah tidak perlu ke rumah sakit untuk mengganti perban, karena Arza sudah belajar caranya.
Alasannya: karena Abil ngotot pengen nganter Arza. Dan Arza mulai muak ngeliat muka dia.
Tiba-tiba langkah Arza terhenti saat melewati lab. Komputer. Dia menilik ke dalam lewat pintunya yang dibuka lebar. Membuat dingin AC bisa dia rasakan dari luar. Tidak ada orang.
Arza berpikir sebentar, lalu memutuskan untuk masuk. Mumpung ingat, dia akan searching cara menjadi jahat sekarang. Lagipula, paket data internet untuk ponselnya habis beberapa hari lalu.
Iyalah, habis. Arza menggunakannya untuk menonton tutorial demi belajar memakai perban untuk luka di kakinya. Bahkan dengan kekurang kerjaannya, dia searching makanan dan buah-buahan apa saja yang bisa membantu dirinya cepat sehat.
Dan, Bi Yati tidak paham saat Arza meminta tolong dibelikan paket data. Tentu saja, Arza tidak sudi jika harus meminta tolong pada Abil.
Arza menghidupkan sebuah komputer dan duduk di kursi di depannya. Dia menunggu beberapa saat, lalu mulai menyambungkan komputer dengan wifi lab.
Arza membuka aplikasi pencarian. Mengetikkan kata kunci.
Cara menjadi jahat
Ingin tau bagaimana menjadi jahat?
Tutorial: cara menjadi jahat
Cara bersikap seperti penjahat
3 cara menjadi licik
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Dimensi
Teen FictionTentang Arza, yang kehilangan alasan untuk memikirkan masa depannya. Dan tentang Abil, yang membuang masa lalunya, pun memilih persetan dengan yang namanya masa depan. Tentang mereka, yang tidak mampu lepas dari ego dan rasa, mengalahkan keberadaan...