"Apasih lo?" Protes Abil.
"Diem. Dan ikut aja!" ucap Kribo serius, membuat Abil akhirnya mengalah.
Dua sejoli itu berjalan depan belakang melewati pinggir lapangan belakang sekolah, melangkah menuju kantin bawah.
Belum lama mereka berjalan, Abil mendadak terhenti saat sudut matanya menangkap sosok Arza. Sedang duduk membelakanginya di pinggir lapangan, menatap lapangan yang masih ramai anak-anak.
Aneh. Tidak biasanya Arza terlihat menyendiri di tempat ramai seperti ini.
Abil menggeleng pelan lalu bergegas mengejar Kribo yang bahkan sudah memasuki kantin. Keduanya langsung menempati bangku panjang di sisi-sisi salah satu meja panjang di ujung kantin.
Kribo mengeluarkan ponsel, lalu mengotak-atiknya.
"Aslinya lo mau ngapain, sih?" Abil menatap sekitar yang sepi. Sudah jam pulang sekolah. Sementara Kribo menempelkan ponsel ke telinganya.
"Halo? Bisa bicara dengan Difa?"
Abil menoleh menatap Kribo yang sekarang meletakkan ponselnya ke atas meja, mengubah panggilannya ke mode speaker.
"Gue temennya Arza ..."
"Sumpah?!"
Abil spontan menunduk, menatap ponsel di meja saat mendengar pekikan nyaring perempuan di ujung panggilan.
"Jadi elo, yang bikin Arza sukses ngelupain gue sebulanan ini?!"
Abil berjengit mendengar nama Arza disebut. Cepat-cepat Kribo menyentuh bahunya, memintanya untuk tidak mengeluarkan suara. Sementara Kribo yang angkat bicara.
"Sorry, maksud Lo?"
"Yeah, well. Terakhir, Arza bilang bakal jarang nelpon gue lagi, soalnya ada satu cowok yang njengkelin banget dan bakal nguras waktu tenaga dia. Lo harus tanggung jawab ya, soalnya yang dimaksud jarang sama Arza itu, akhirnya dia malah blas nggak ngehubungin gue sama sekali."
Kribo diam sejenak. Jadi, Difa ini sebelumnya masih saling kontak dengan Arza?
"Oh, wow. Tapi kayanya ada salah paham di sini. Cowok yang lo maksud itu, mungkin temen gue," ucap Kribo akhirnya.
"Ow. Temen lo? Oke. Trus, ngapain lo nelpon gue? Dapet nomer gue dari Arza?"
"Enggak. Gue dapet nomer lo dari Citra. Soal kenapa gue nelpon Elo, gue mau nanya sesuatu." Kribo melirik Abil sekilas, lalu kembali menatap ponselnya.
"Apa?"
"Soal hubungannya Arza sama Reis—"
"Wait wait wait! Kalo soal Arza, kok Elo yang nanya? Kan bukan Elo yang berurusan sama Arza," potong Difa cepat.
"Soalnya temen gue otaknya terlalu udang buat punya ide nanya sama lo."
Abil memutarkan bola matanya mendengar pernyataan Kribo.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Dimensi
Teen FictionTentang Arza, yang kehilangan alasan untuk memikirkan masa depannya. Dan tentang Abil, yang membuang masa lalunya, pun memilih persetan dengan yang namanya masa depan. Tentang mereka, yang tidak mampu lepas dari ego dan rasa, mengalahkan keberadaan...