Chapter 10

83 20 166
                                    

"Abil!" ucap Bu In frustasi. Abil menelan ludah.

"Nilai saya sudah tujuh, Bu!" ucap Abil, membela diri.

"Tapi masih belum lolos KKM," elak Bu In.

"Udah tujuh empat, Ibuukk!" protes Abil gemas.

"KKMnya tujuh lima, Abiil!" Bu In ikutan berkata gemas.

"Udah! Nggak ada tapi-tapian. Waktu itu perjanjiannya, harus lolos KKM. Nggak lolos, saya privat," tegas Bu In.

"Pliss, Buu. Saya beneran, deh! Janji! Saya bakal belajar sendiri!" tolak Abil, enggan.

"Kamu belajar sendiri buat remedial aja nggak berhasil, kok. Malah janjiin saya, pula. Belajar itu kebutuhan kamu sendiri, Abiil. Sekarang udah hari Sabtu, besok Senin udah UTS. Sadar diri dong, Abil!" Bu In menghela napas, menahan diri untuk tidak meremas-remas Abil dan melemparnya ke tong sampah di ujung ruang guru.

"Yaaa, ng ... Saya belajar sama Kribo, Buk!" usul Abil, beralasan.

"Kribo? Waduh, nggak bisa, nggak bisa! Kacau kalau kamu belajar sama Kribo!" Bu In geleng-geleng kepala.

"Loh, Buk! Kribo itu rajin! Nggak mungkin bikin saya rusak, Bu!" bantah Abil tak senang.

"Bukan kamunya yang rusak. Tapi Kribonya yang rusak kalau kalian belajar bareng. Kalou udah dipasangin sama kamu, iya-iya aja dianya nurutin kamu," jelas Bu In, membuat Abil nyengir lebar.

"Udah! Pokoknya nanti pulang sekolah kamu mulai privat sama saya!" tegas Bu In sekali lagi.

"Arza! Arza aja, Buk! Saya privat sama Arza. Kan kemaren dia dapet nilai tertinggi ..."

"Oke!" sambut Bu In. Membuat Abil melongo mendengar respon gurunya yang terlalu cepat.

"Saya pantau kamu dari Arzahira. Sekarang, bawa kertasnya terus cari Arzahira. Buat kesepakatan!" Bu In memutar kursinya, membelakangi Abil yang masih melongo.

Abil mengerjap, lalu bergegas keluar kantor guru. Cepat-cepat kembali ke kelas untuk menemui Arza.

"Arzaa!!" Arza yang baru saja minum jadi tersedak mendengar seruan Abil. Dia terbatuk-batuk pelan sambil melotot pada Abil yang mendekatinya.

"Piss piss. Lo masih sakit sampe batuk-batuk, gitu?" Abil menepuk-nepuk punggung Arza pelan. Yang dengan kasar, Arza menyingkirkan tangan Abil itu.

"Uhuk! jangan pegang-pegang, Lo. Sialan!" Arza menarik napas dari sela gigi bersiap menyemprot Abil lagi.

"Lo udah minum obat? Minum dulu sana!" ucapan Abil memotong rangkaian kata yang disiapkan Arza.

"Gue.nggak.sakit!" jawab Arza jelas. Dan kesal. Kemudian menunduk sedikit, menahan batuk yang akan keluar.

"Lo! Lo ngapain teriak-teriak gitu?" Arza mendongak pada Abil yang berdiri di dekat bangkunya, sementara Arza duduk.

"Ah, bener. Privat gue!" jawab Abil.

"Ha?"

"Privatin gue Fisika," jelas Abil.

"Lah, ngapa gue? Kribo aja sono!" tolak Arza.

"Aku privat aja sini, Bil!"

Abil menoleh ke arah sumber suara, Dede, yang kini senyum-senyum menatapnya.

"Nah, iya. Sono sama Dede aja," ucap Arza.

"Err ... thanks, De. Tapi Bu In nyuruh gue privatnya sama Arza," balas Abil sambil nyengir canggung, lalu menatap ke Arza lagi.

"Bu In? Nyuruh?" Arza bertanya ragu, yang kemudian diangguki Abil dengan semangat.

"Haha ... jangan boong, Lo. Nggak mungkin Bu In nyuruh gitu." Arza tertawa datar.

3 DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang