Sementara itu, Dede berdecih kesal untuk dirinya sendiri.
"Ngapain gue nanya kek gitu coba? Kek orang bego aja."
"Lo kan emang bego, De," salah satu teman Dede menyeletuk, membuatnya melotot.
___°^°___
[Pukul 22.15]
Tuut...tuut...klik
"Abil? Malam! kenapa nih?"
"Gue mau ngomong sesuatu."
"Mm? Apa?"
"Kita udahan ya."
Hening sejenak.
"Ha? Maksud Lo? Kok aku nggak paham, ya?"
"Kita putus."
"Tapi, Bil..."
Klik.
Abil melempar ponselnya ke tengah kasur. Dia menatap langit-langit kamarnya yang putih bersih. Cowok itu menelentangkan tubuhnya di kasur, sementara telapak kedua kakinya yang panjang masih menapak lantai.
Abil memejamkan mata, lalu membukanya lagi saat bayangan seseorang tiba-tiba berkelebat di matanya. Dia kembali menatap langit-langit kamarnya dengan sendu.
Putih. Hitam. Merah. Warna warna lain tiba-tiba muncul di langit-langit kamar Abil yang putih bersih. Bergradasi, membentuk suatu rupa, membuat Abil termenung.
Sebentar kemudian, cowok itu menyumpah serapah, membuat bayangan di langit kamarnya hilang. Kembali menjadi putih tanpa noda.
Abil melirik ke meja di dekat kasurnya. Melirik ke sebuah pigura kecil di sana. Sebuah foto menampilkan seorang anak perempuan yang tersenyum lebar diantara dua anak laki-laki. Wajah salah satu anak laki-laki itu seperti wajah Abil versi mungil. Sedangkan wajah anak laki-laki satunya lagi tidak terlihat karena kaca piguranya sudah hitam di coret-coret. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Abil.
Abil menelan ludah menatap senyum lebar anak perempuan di foto itu. Bibirnya bergerak-gerak, menggumamkan sesuatu.
"Kenapa kudu Abang, sih yang lo pilih?" tidak jadi bergumam, Abil hanya mengatakannya dalam hati. Ia kemudian naik, membetulkan posisi tidurnya, lalu menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
___°^°___
"BANGUN!!!"
"BANGUN DASAR KUKANG MADAGASKAR!!!"
Rongga kepala Abil rasanya mau meledak dipenuhi suara menggelegar itu. Dia tersentak hingga duduk dari tidurnya. Dan matanya yang masih melotot kaget menemukan seekor tuyul raksasa menduduki kedua kakinya.
"Sialan Lo." Abil meraih bantal dan melemparnya tepat ke wajah di depannya.
"Ngapain bangunin gue pagi buta!" Abil kembali menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
"Eh, ni anak. Mata lo rabun senja ya nggak liat ini udah siang?" Si Tuyul yang menduduki kaki Abil melemparkan kembali bantal di tangannya ke wajah Abil.
"Rabun senja nggak bisa liat waktu sore, Bego. Bukannya nggak bisa liat pagi." Abil menyingkirkan bantal di wajahnya. Kembali memejamkan mata.
"Wah, Elo keknya kudu periksa mata deh, Bil! Sekarang gue kasih tau berhubung lo nggak bisa liat. Sekarang udah siang. Mau tau jam berapa? Jam enem jawabannya," ucap Si Tuyul.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Dimensi
Teen FictionTentang Arza, yang kehilangan alasan untuk memikirkan masa depannya. Dan tentang Abil, yang membuang masa lalunya, pun memilih persetan dengan yang namanya masa depan. Tentang mereka, yang tidak mampu lepas dari ego dan rasa, mengalahkan keberadaan...