Chapter Two

8.2K 865 18
                                    

Azella menurunkan kakinya lewat lubang diatap rumahnya, ia meloncat pelan memasuki kamar tidurnya yang sempit.

Jam 3:03 AM.

Ia masih punya sekitar satu jam untuk tidur sebelum rutinitas hariannya dimulai, membersihkan rumah dan butik, mencuci bajunya serta Mrs. Jullet dan suaminya. membuat sarapan dan masih banyak lagi.

Jadi gadis itu membuka mantel tebalnya lalu merebahkan diri dikasur reotnya. lalu terpejam.

Begitu banyak hal-hal berat yang harus dikerjakannya setiap hari, tapi Azella takan mengeluh.

Ia akan menghadapi semuanya sampai hidupnya yang dulu sempurna datang kembali.

~~~~××××~~~~

Zayn malik membaringkan tubuh letihnya diatas kasur nyaman dan mewahnya. dipandangi langit-langit kamarnya.

Azella
Nama gadis itu Azella Chlaire.

Azella nama yang cantik, secantik pemiliknya.

Zayn masih ingat betul wajah cantik gadis itu.  Dia memiliki sepasang mata biru es yang besar, hidung mancung yang mungil, bibir merah kecil, rambut pirang gelapnya yang nyaris-nyaris coklat, dan kulit agak kecoklatan khas gadis latin.

Tapi gadis itu begitu aneh, begitu misterius.

Biasanya Zayn sudah dapat mengenali seseorang sejak pertama kali bertemu, karena cowok itu dapat melihat segalanya lewat mata orang itu.

Tetapi Zayn tak menangkap apapun dari kedua mata es gadis itu, seakan-akan sepasang mata cantik itu tak tertembus atau juga terlalu banyak hal yang dialami sang empunya sehingga tak ada lagi yang dapat terpancar dari kedua iris biru itu.

Semakin Zayn berusaha mengingat sorot kedua mata itu, semakin pula kedua iris itu tak tertembus. Membuat cowok itu penasaran.

Tiba-tiba Iphonenya bergetar, Zayn menatap layar datar dihadapannya menampilkan nama Perrie.

cih, buat apa gadis itu menelepon sepagi ini!

Zayn melempar ponselnya ke sofa panjang di sebelah tempat tidurnya.

Cowok itu mendengus.

Lalu kembali memfokuskan pikirannya pada gadis yang baru ditemuinya itu.

"Azella ya?" Gumamnya. "jadi penasaran"

Lalu cowok itu meringis dan memutuskan untuk menemui gadis itu besok dan mencoba menembus kedua iris biru Azella, mencari tahu apa yang ada dibaliknya.

Yeah, setidaknya ada hal lain yang bisa ku kerjakan dari pada menggalaui Perrie. Pikirnya.

Agap saja aku sedang melakukan penelitian.

Lalu kedua iris coklatnya terpejam. dan tak lama Zayn jatuh terlelap.

~~~~~×××××~~~~~

Azella sibuk mundar mandir dari satu rungan butik ke ruangan lainnya. Hari ini begitu banyak pengunjung, begitu banyak pesanan. begitu banyak tagihan pesanan.

Sementara Azella sibuk mengurusi begitu banyak hal, Mrs. Jullet malah asik bersandar pada kursinya yang terletak dibelakang meja kasir.

Wanita tua itu menyeringai memandang Azella. sejak awal ia tahu, anak itu pasti akan sangat berguna.

Selama Azella ikut dengannya, gadis itu tidak pernah membantahnya, karena ia  tahu betul gadis itu menyadari siapa dirinya dan hanya dirinyalah yang dimiliki gadis malang itu.

~~~~~××××~~~~

Malam semakin larut, hampir seharian Zayn Malik duduk di sebuah cafe yang berhadapan langsung dengan menara Big Ben, menunggu.

Tetapi selama itu pula sosok gadis yang ditunggunya tak kunjung menampakan diri.

Tak seperti biasanya gadis itu tidak berada disekitaran Big Ben. Biasanya sosoknya itu dapat dengan mudah ditemukan di dekat jam besar itu, bukan karena penampilannya yang mencolok bak selebriti tetapi karena tingkah lakunya yang aneh.

Zayn menatap jam tanggannya, Pukul 10:12. Sebentar lagi cafe ini tutup, suasana London juga sudah mulai sepi.

Tapi cowok itu akan tetap menunggu. karena walaupun tengah malam sekalipun,  Zayn tahu gadis itu pasti akan menemui Big Ben-nya.

~~~~××××~~~~

Azella merebahkan tubuh lelahnya diatas kasur reot didalam kamar sempitnya.

Ia melirik jam weaker di atas meja kecil disamping kasurnya. Jam 10:12 PM.

Ia masih punya waktu untuk pergi mengunjungi Big Ben. Tetapi setelah perkerjaannya yang tiada beres dibutik dan faktor kondisinya yang tidak fit akibat semalam ketiduran di alam terbuka, Azella merasa tubuhnya bisa runtuh jika saja Ia bangkit tadi kasurnya.

Ia merasa sangat lelah, kelewat lelah, hingga ia mati rasa, kakinya seakan lumpuh akibat terlalu banyak berjalan mundar mandir, tanganya terasa kebas kebanyakan menjahit. dan pikirannya terasa ruyam.

Disaat-saat seperti inilah Azella merasa pertahanannya bisa saja runtuh seketika.

Disaat-saat ketika tubuhnya sudah tak sanggup lagi berkerja, pikiran dan jiwanya sudah teramat lelah.

Ia ingin menangis.

Ia ingin menyesali semua yang telah terjadi padanya.

Ia ingin mengeluhkan jalan hidupnya.

Ia ingin menghilang saja dari dunia ini bersama kedua orang tuannya.

Dan disaat-saat seperti inilah hanya ada satu tempat yang ingin dia datangi.

satu hal yang ingin dia lihat.

Big ben.

Tapi dengan kondisinya yang seperti sekarang, Big Ben pun terasa amat jauh, tak teraih.

Dan akhirnya gadis itu menyerah. Ia mejamkan kedua matanya. berharap hari esok bisa lebih baik.

meskipun Azella tahu betul, tak pernah ada hari baik dalam hidupnya.

Sementara itu, ditempat berbeda, beberapa kilometer dari kamarnya. Seorang cowok tampan tengah menunggu kedatangannya.

~~~~~××××~~~~~

Kalo abis baca ceritanya jangan lupa vote and commentnya yaa sangat diperlukan untuk next chap yaaa :)


Girl and Big BenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang