Chapter Seven

6.8K 769 26
                                    

Azella menatap benda persegi panjang kecil berukuran sekitar 10×5 cm dengan tulisan iPhone yang tergeletak diatas kasurnya.

benda itulah yang diberikan Zayn barusan. Sebuah ponsel.

Azella tahu benda itu sebuah ponsel, tapi ia tidak tahu ponsel jenis apa itu, karena ia tidak pernah melihat ponsel seperti itu sebelumnya.

Karena ponsel yang diingatnya adalah sebuah benda bersegi panjang besar dengan banyak tombol menonjol dan sebuah atena panjang terdapat diatasnya. Well terakhir kali gadis ini melihat dan menggunakan ponsel kan tujuh tahu yang lalu, semenjak itu ia tak pernah melihat ponsel lagi.

Tiba-tiba benda itu bergetar hebat sekaligus berbunyi nyaring. Azella panik.

Ia meraih ponsel itu, dilayarnya yang lebar dan berkedip-kedip muncul sebuah nama.

Zayn Malik

Azella tidak tahu bagaimana cara mengangkat panggilan itu.

Tidak ada tombol apapun pada ponsel itu, hanya ada layar lebar yang memunuhi benda itu.

Azella memutar otaknya, ia jadi semakin panik karena benda itu tak kunjung berhenti bergetar dan berbunyi nyaring. Ia takut bibi Jullet dapat mendengarnya dan menyita ponsel itu.

bagimana? bagaimana? bagaimana iniii!

Kepanikan semakin menguasainya, Azella melakukan satu-satunya hal yang terpikir olehnya, Ia mengambil bantalnya dan meletakannya diatas ponsel pemberian Zayn itu.

Gadis itu menekan bantalnya kuat-kuat, mencoba meredam bunyi nyaring ponsel tersebut.

Suara ponsel itu memang sudah tidak terdengar tapi Azella masih dapat merasakan ponsel itu masih bergetar, bertanda bahwa Zayn Malik belum memutuskan sambungan.

I'm sorry Zayn. batinnya

Lalu tak lama benda itu berhenti bergetar, Azella menghela nafas lega. Tapi detik berikutnya ponselnya kembali bergetar heboh dan berbunyi nyaring, Azella buru-buru kembali menekankan bantal diatas benda persegi itu.

"Besok aku akan mengembalikan benda heboh ini pada Zayn" Gumamnya. "gak ngerti deh sama benda seperti ini?  kenapa dia tidak memberiku ponsel beratena biasa sih, kan kalau seperti itu aku mengerti"

Setelah cukup lama, akhirnya ponsel itu benar-benar berhenti, rupanya Zayn sudah menyerah.

~~~~××××~~~~

"angkat, ayo angkat Azella!" Zayn malik berdecak, sebuah ponsel serupa dengan Azella menempel dikupingnya.

Ini kali ke 10 ia menelfon Azella tapi tak kunjung diangkat gadis itu.

"memangnya apa sih susahnya angkat telfon" seru Zayn gusar.

Akhirnya cowok itu menjauhkan ponselnya, mematikan sambungan dan tidak lagi mencoba mengontak Azella.

Besok aku harus bertemu dengannya, harus!

Zayn Malik tidak mengerti lagi bagaimana cara agar bisa menghubungi gadis itu.

Hanya saja Zayn tidak tahu, pilihannya membelikan ponsel canggih untuk gadis itu bukanlah pilihan yang tepat.

~~~××××~~~~

Malam berikutnya Zayn menunggu Azella disalah satu bangku dekat Big Ben, ketika dilihatnya gadis itu dikejauhan ia segera bangkit berdiri, Ia hampiri gadis yang sedang terengah-engah itu.

"Why didnt you answer my calls?" tanyanya to the point.

Azella menaikan satu tangannya setinggi dada. "wait Zayn, I need breath" serunya disela nafasnya yang pendek-pendek, lalu gadis itu menjatuhkan diri di bangku terdekat.

Girl and Big BenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang