Part 3

2.1K 203 80
                                    

Rona merah di kedua pipi Mafu kembali muncul tatkala mengingat kembali apa yang dikatakan Soraru sehabis operasi kemarin. Sungguh, reaksinya saat itu seharusnya bisa dikondisikan. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, Mafu mematung diam –tanpa menunjukkan penolakan maupun penerimaan. Padahal ia tahu, apa yang seharusnya ia katakan pada Soraru saat itu. Menolaknya mentah-mentah kan? Maunya. Namun entah kenapa semakin dipikirkan kejadian itu semakin membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Salah tingkah tanpa mengerti apa yang ia rasakan sebenarnya.

Untuk kesekian kalinya Mafu mengacak rambut putihnya dengan gusar. Kembali, ia tidak bisa berkonsentrasi sama sekali dengan beberapa lembar hasil CT scan pasien kecelakaan yang baru datang.

"Ada apa?" tiba-tiba Sakata menepuk bahu Mafu, menyadari keganjilan yang ditunjukkan Mafu sejak tadi.

"Ah? Tidak, tidak ada apa-apa kok."

"Yakin?

"Aku hanya lelah sepertinya,"

"Yah.. bagaimana dengan operasinya dong?"

"Hah? Operasi apa?"

Sakata langsung mengarahkan pandangan Mafu pada pasien di ranjang paling pojok yang tengah diberi tindakan dengan alat pacu jantung oleh Amatsuki. Ah, sepertinya akan gawat.

"Kita harus mengoperasinya segera." Lanjut Sakata.

Mafu menenggak ludah. Baiklah, sudah saatnya ia harus fokus dengan profesinya.

"Uh.. Baiklah."

"Tapi sebelum itu, tadi Soraru-san menitipkan ini padaku. Dia bilang ini untukmu."

Sakata menyodorkan sebuah kantung berisikan 2 kaleng kopi. Awalnya Mafu menatap heran, namun setelahnya ia ingat kemarin Soraru minta traktiran darinya. Apa ini sebagai balasan darinya?

Akhirnya Mafu terima kantung yang tersodor itu. Apa mungkin setelah ini ia harus berterimakasih pada pria arogan bernama Soraru itu?

oOo

Amatsuki dan Mafu baru saja selesai menggosok lengan mereka dengan sabun, tak seperti Sakata, Nqrse dan Kiyoo yang sudah siap di dalam ruang operasi. Saat air dari kran baru saja mengenai lengan mereka tiba-tiba perhatian mereka terinterupsi oleh suara langkah kaki yang mereka yakini lebih dari seorang. Langsunglah keduanya menoleh ke belakang, karena kebetulan juga tangan mereka sudah selesai dibilas.

Mata Amatsuki menyipit, firasatnya mulai tidak enak saat melihat 5 orang dengan seragam bedah datang menghampiri mereka. 5 orang itu.. lawan mereka.

"Dimana pasiennya?" Soraru mengawali perbincangan dua kubu bertentangan itu.

Tak ada jawaban tentu, berkat prediksi Amatsuki dan Mafu yang langsung peka dengan maksud kedatangan tim Soraru kemari.

"Ah aku belum bilang ya? Untuk operasi kali ini, tim kami yang akan melakukannya." Lanjut Soraru, dengan nada yang benar-benar tidak enak didengar.

"Tapi dia pasienku." Amatsuki sudah dalam mode siaga.

"Aku tidak peduli itu pasien siapa, tapi kami yang akan mengambil alih."

"Aku yang paling tahu bagaimana kondisi pasiennya." Tambah Amatsuki.

"Oh ayolah, aku sudah sering melakukan operasi pada pasien orang lain dan semuanya berjalan lancar. Jadi, menyingkirlah."

Senyuman meremehkan nampak di wajah Soraru.

Dalam hati Mafu menyesal, sempat mengurangi kebenciannya pada orang di hadapannya ini. Sekali lihat dari jauh saja sudah jelas kalau ia bukan orang baik yang patut untuk disegani.

Love ScalpelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang