Part 19

1.2K 155 16
                                    

Menghitung detik demi detik untuk sebuah keajaiban fana. Naruse terus menatap jam dinding yang seperti menertawakan penungguannya kala itu. Sudah satu jam berlalu sejak Araki dikeluarkan dari ruang operasi dan Naruse hanya bisa memandangnya dari luar ruang ICU. 

Bukan ia menolak untuk masuk ke dalam, namun ada perasaan aneh yang menahan langkahnya sampai depan pintu. Ia enggan melihat Araki tak berdaya lagi. Dirinya terlalu lemah untuk tidak menangisi fakta pilu yang menggores takdirnya.

Dan kala sebuah tangan menepuk bahunya, Naruse langsung menoleh. Didapatkanlah Luz dalam jarak pandangnya. Senyuman menyebalkan masih saja setia menghiasi wajah Luz, bagaikan berlomba untuk mengejek penantiannya.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Luz, penuh basa-basi.

"Buruk."

Naruse kembali memfokuskan pandangan ke tempat Araki terbaring. Ia berusaha meminimalisir makian dalam benaknya untuk pria di sampingnya. 

"Aku akan melancarkan aksiku selanjutnya, aku harap kau tidak mencampurinya sedikitpun."  

Tak ada jawaban dari Naruse. Lebih tepatnya, benar-benar sudah tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh Luz pada target-targetnya. 

"Sekali saja kau mengacau, akan kuambil hal terpentingmu."

Barulah Naruse menenggak ludah. Mungkin ini saatnya ia bertindak waspada, pada apapun. Entah kawan atau lawan yang harus ia ikuti selanjutnya.

oOo

"Ama-chan, aku menemukan sebuah obat yang bisa menghentikan detak jantung untuk sementara." Jelas Mafu saat Amatsuki baru saja memasuki ruang kerja.

Dengan santai Amatsuki langsung mendudukkan diri di samping Mafu sembari menyeruput kopi di gelas kertasnya. Ia mengangguk untuk menanggapi, tak lupa melihat beberapa lembar kertas yang tengah Mafu baca dengan serius. 

"Kau menduga sesuatu yang berhubungan dengan obat itu?" Amatsuki memberi hipotesa.

"Un."

"Berapa persen kau yakin?"

"89%"

Senyuman simpul nampak di wajah Amatsuki. Sedikit memuji sahabatnya itu --tentang keyakinannya akan berpendapat. 

"Kau punya bukti untuk menguatkan dugaanmu?

Mafu meletakkan kertas-kertas di tangannya, beralih mengambil dokumen lain di dalam map bening.

"Catatan anestesi Sou-san saat operasi."

"Lalu?"

"Tempat dimana seseorang bisa mendapatkan obat itu."

Sebelah alis Amatsuki terangkat heran. Tak pernah terpikir bahwa Mafu mengetahui sampai sebanyak itu tentang obat yang menurutnya bukanlah dalam ranah kelegalan seorang dokter. 

"Pasar gelap?"

"Ya."

Keheranan lain. 

"Bagaimana kau akan mengetahui siapa yang membeli obat itu di pasar gelap? Yang aku tau disana membeli rahasia membutuhkan biaya yang tidak sedikit."

"Kurasa tabunganku cukup."

Amatsuki tersenyum miris.

"Demi Soraru-san kau sampai melakukan ini ya.."

"Aku hanya tidak mau orang berbakat sepertinya terus disalahkan oleh dugaan yang palsu."

"Tapi tunggu," Amatsuki memberi sebuah jeda dalam ucapannya. "Kalau benar kematian Sou-san merupakan sebuah sandiwara, apa presiden tahu hal ini?"

Love ScalpelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang