Love Scalpel Bonus #3

1K 100 58
                                    

Terkadang formasi 3 orang bukanlah yang terbaik.
Formasi 3 orang akan menimbulkan perpecahan.

Sebab akan ada 1 yang menjadi korban.
Akan ada 1 yang tak mendapat apa-apa.
Akan ada 1 yang ditinggalkan.

Mereka hanyalah 3 serangkai yang sudah terkenal seantero fakultas kedokteran. Ya, tidak salah lagi. Soraru, Shima dan Senra. 3 pemuda yang terkenal bukan hanya karena julukan 'flower boys', tapi jika karena pencapaian nilai mereka yang selalu memecahkan rekor mahasiswa kedokteran sebelum-sebelumnya.

Ketiganya pintar. Dan unggul dengan cara masing-masing. Soraru dengan keahliannya dalam membedah, Shima kepiawaiannya dalam mendiagnosis, dan Senra yang mahir dalam segala hal pertolongan pertama emergensi. Saling melengkapi satu sama lain. Dan tentu, bersahabat.

Tak pernah terpikir untuk menjatuhkan satu sama lain di antara mereka. Toh sejatinya yang mereka lakukan selama ini bukanlah untuk mendapat perhatian lebih dari orang lain. Mereka murni melakukannya karena bersungguh-sungguh dalam profesi yang akan diembannya kelak.

Ya meski diantara mereka, Soraru-lah yang paling kelebihan rasa percaya diri. Jadi memang sudah sejak lama pria itu memiliki sikap congkak. Tapi tetap saja bisa dimaklumi oleh orang lain. Congkak dengan berjuta kemampuan, ya bebas.

Sebagai sama-sama perwakilan daerah masing-masing, mereka bertiga tinggal di satu dorm yang sama. Dengan kamar bersebelahan. Jadi bukan sebuah keanehan lagi jika melihat mereka berangkat dan pulang kuliah bersama.

Seperti hari ini. Setelah hari menjelang petang dan baru saja keluar dari jam kuliah praktik, mereka sama-sama berjalan menuju tempat makan. Mereka memang tidak biasa memasak sendiri di dorm, lebih sering makan di luar bersama.

Pilihan hari ini jatuh pada kedai udon di dekat dorm. Meski harga disana agak mahal, namun sudah kebiasaan mereka sebulan sekali makan disana. Dan hari ini waktunya. Selain itu, mereka memang ingin menghabiskan waktu berbincang lebih lama juga. Sedikit melepas penat sebelum kembali mengerjakan tugas jurnal nanti malam.

Sesampainya di kedai, ketiganya langsung duduk bersandar dan menghela napas panjang.

"Hari ini melelahkan.." keluh Soraru, yang merasa paling direpotkan hari ini.

"Ya mau bagaimana lagi, simulasi tadi yang dinilai kerja sama kelompok. Jadi kau tidak bisa menonjol sendiri." Senra menanggapi.

Sebagai satu-satunya yang tidak begitu direpotkan dalam simulasi, Senra memang bisa bekerja sama dengan siapapun dengan mudah. Tidak pilih-pilih seperti Soraru. Sedangkan Shima, malah direpotkan karena salah satu rekan sekelompoknya terus mencoba menarik perhatiannya.

Sulit memang menjadi mahasiswa dengan nilai tertinggi. Saat pembagian kelompok, pasti akan terpisah. Soraru kebetulan digabungkan dengan si pembuat onar di kelas. Dan kasus simulasi yang mereka dapatkan cukup berat. Si pembuat onar ini terus memaksa untuk menjadi kepala bedah, setelah dipersilahkan malah tidak becus. Membuat Soraru kesal bukan main. Berakhir dengan kerja sama tim yang hancur. Soraru sang solo player yang menyelesaikannya sendiri. Berujung dengan ceramahan dosen panjang lebar sehabis simulasi selesai.

Senra hanya bisa tertawa miris melihat kedua sahabatnya itu kesulitan dalam kerja tim. Ia rasa skenarionya akan berbeda jika mereka berada dalam satu kelompok. Mungkin rekor baru akan tercipta nantinya. Tapi tentu saja di masa perkuliahan, hal itu tidaklah mungkin.

"Mau pesan apa? Biar aku yang pesankan." Akhirnya Shima bersuara.

"Aku yang biasa."

"Aku juga. Tolong ya."

Love ScalpelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang