Part 13

1.7K 186 6
                                    

Sekali lagi Amatsuki meyakinkan diri bahwa pria di hadapannya ini adalah Luz ーorang yang tiba-tiba mengundurkan diri dari Rumah sakit. Tanpa sadar ia juga menenggak ludahnya pertanda canggung. Jika tidak dalam pekerjaan mereka memang tidak pernah berhadapan secara pribadi seperti ini. Apalagi bertegur sapa dengan ramah. Oh baiklah, tadi juga memang bukan cara menegur sapa yang ramah. Karena harus diakui adanya sebuah atmosfer tak nyaman yang tercipta. 

"Ada apa?" Akhirnya Amatsuki memulai pembicaraan lebih dulu sebab Luz tak kunjung mengatakan maksud kedatangannya. 

Luz tak langsung menjawab. Matanya sempat berkilat terkena pantulan cahaya matahari, dan semilir angin sedikit menggerakan anak-anak rambutnya.

"Aku ingin bicara denganmu."

"A-aa, silahkan."

Beberapa langkah Luz ambil untuk mendekati Amatsuki ーberakhir dengan jarak mereka yang terpaut 1 meter. 

"Aku membencimu."

Manik Amatsuki membelalak. Baiklah, ia tahu bahwa mereka adalah rival. Tapi Amatsuki tetap tidak menyangka bahwa Luz akan mengatakannya secara gamblang seperti itu. Terlalu frontal.

"Kau tidak perlu mengatakannya juga kan?"

"Tidak, aku akan mengatakan semuanya."

Tak lama Luz menunjukkan dokumen di tangannya, yang sejak tadi tak terlihat isinya apa ーdisodorkannya pada Amatsuki. 

"Aku mencuri laporan ini dari mejamu saat kau kritis."

Mimik terkejut nampak. Ternyata sampai sekompleks ini hal yang terjadi selama ia terbaring di kamar inap.

"Pertama, alasannya karena aku ingin memenangkan kompetisi. Kedua, karena aku benar-benar membencimu."

Tak ada sorot kebohongan saat mengucapkan hal itu, sorot tajamnya jelas menunjukkan keseriusan dalam setiap kata yang ia pakai. 

"Dan aku yang membuatmu terkena ebola."

"A-apa?" 

Satu hal lagi yang mengejutkannya, lebih mengejutkan dari yang awal.

"Tapi sampai sekarang aku masih membencimu. Karena kau mendapatkan semuanya, tanpa harus berjuang pun kau sudah mendapatkannya."

Amatsuki berusaha menetralkan dulu emosi yang berkecambuk di benaknya, setidaknya ia harus mendengarkan pengakuan Luz sampai akhir.

"Apa yang kau maksud?"

"Perhatiannya."

Awalnya Amatsuki tidak begitu yakin akan perhatian siapa yang dimaksud Luz. Namun setelah diingat-ingat kembali, dari runtutan kejadian  yang sudah berlalu, satu nama mencuat di pikirannya. Itou. Alasan Luz melakukan ini?

"Kau mungkin tidak menyadarinya, tapi saat dia meninggalkanmu pun atensinya masih tertuju padamu. Tidak melakukan apapun pun, kau masih ia perhatikan diam-diam, tanpa sadar melibatkan diri dalam mengatur jadwal kerjamu di Rumah Sakit. Sedangkan aku? Harus berjuang lebih keras untuk bisa diakui olehnya, untuk bisa mendapat perhatian juga."

Seketika Amatsuki tersenyum kecut. Merasa apa yang dikatakan Luz hanyalah omong kosong, karena yang ia rasakan hanya sebaliknya.

"Bukankah sebaliknya ya?" Sindirnya tajam. "Selama ini kau yang selalu diperhatikannya, berada di sisinya, didengarkan olehnya. Apa itu tidak cukup untukmu?"

Luz tersulut, tak habis pikir kenapa Amatsuki malah membalikkan perkataannya. Dimana jelas-jelas tak ada kesempatan sama sekali bagi Luz diakui oleh Itou. Ini semua hanya permainan peran, yang tanpa sadar membuatnya terhanyut begitu jauh. 

Love ScalpelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang