Part 12

1.8K 184 27
                                    

Mafu sudah siap dengan setelah casualnya yang biasa, diam-diam berdebar menunggu jemputan. Sebenarnya bukan hanya berdebar karena itu, namun juga karena memikirkan apa yang dikatakan Amatsuki siang tadi.

'Bagaimana kalau aku menyukaimu?'

Pertanyaan sederhana, namun tentu artinya berat. Walaupun Amatsuki bilang itu hanya bercanda tapi tetap saja sebuah perasaan aneh muncul darinya.
Hey ini tentang perasaan kan? Dan bagaimana bisa Mafu mengabaikan ini begitu saja. Satu hal lagi, Soraru melakukan hal yang sama.

'Aku menyukaimu'

Oleh karena itu saat ini dirinya sedang menunggu Soraru menjemputnya untuk makan malam. Rumit, tentang kisah klise yang membutakannya ini. 2 orang sekaligus menyatakan perasaannya di hari yang sama ーmeski salah satunya masih terasa ambigu-, dan Mafu bingung akan perasaannya sendiri. Antara ingin tetap melindungi Amatsuki atau mencoba mengenal Soraru lebih dalam. 

Perlahan Mafu menghembuskan napas kasarnya. Diliriknya jam tangan yang ia kenakan, sudah masuk waktu makan malam ーdan Soraru belum kunjung datang. Baru saja ia ingin mengumpat, jika saja bel rumahnya tidak berbunyi menyita perhatiannya. Dengan cepat Mafu langsung melesat ke depan pintu, sesaat menyiapkan diri untuk tahu siapa pelaku yang telah menekan bel rumahnya. 

Pintu dibuka,

Dan Mafu terpaku.

Dengan pesona boros yang terpancar cuma-cuma dari sosok di depannya saat ini.
Jika diibaratkan bunga, mungkin pria itu terlihat seperti mawar hitam ーyang cantik dan menyimpan misteri di balik senyumannya. 


"S-Soraru-sanー"

"Maaf membuatmu menunggu lama."


Baiklah, itu permintaan maaf pertama yang Mafu dapatkan dari seorang Soraru yang arogan. Dan ayolah, tak bisakah jantung Mafu tidak berdebar tak wajar seperti ini? Padahal Soraru hanya menggunakan sweater biru gelap yang dipadukan dengan blazer hitam, tapi kenapa penampilan sederhana itu sukses menyita seluruh atensinya.


"Aku harap kau benar-benar belum makan karena aku akan memuaskanmu."


Sebuah tanda tanya besar muncul di benak Mafu. Jujur, perkataan Soraru barusan membuatnya berpikir kemana-mana. Sehingga tak sadar semburat kemerahan menghiasi kedua pipinya.

Ini gila..

oOo

Tak disangka ternyata Soraru membawa Mafu ke sebuah kafe tak jauh dari Rumah Sakit tempat mereka bekerja. Mafu memang sering lewat ke depan kafe itu, tapi baru pertama kali ia masuk ke dalamnya. Tatanan interior kafe yang didominasi bahan bermaterial kayu membuat kesan tempat itu hangat meski baru pertama memasukinya. Pencahayaannya sengaja dibut temaram untuk menambah kesan hangat dan homey. Jujur, Mafu menyukai suasana ini.

"Kelihatannya memang hanya kafe biasa, tapi disini menunya lengkap." ujar Soraru sembari mengajak Mafu duduk di spot yang masih kosong.

"Tapi sepertinya aku tidak bisa berlama-lama juga.." Mafu sedikit mengalihkan pandangannya saat mereka sudah duduk berhadapan. 

"Hm? Kau tidak jaga malam kan?"

"Iya, tapi kurasa aku harus menjaga Ama-chan."

Alis Soraru berkerut. Bocah bedah itu lagi.

"Dia kan pasienku, biar aku saja yang menjaganya."

"Tapi dia sahabatku, jadiー"

"Apa kau tidak mau berterimakasih pada orang yang sudah menyelamatkan sahabatmu itu?"

Love ScalpelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang