Mata itu masih tampak sayu, meski sedikit rona kehidupan nampak di sorot pandangannya. Amatsuki –dengan tangan yang digenggam erat oleh Itou hanya bisa memandang seadanya.
Dirinya sadar, tentu, dengan situasi yang ada saat ini, dengan orang-orang yang bergantian datang menjenguknya, dengan Itou yang tak melepas pandangannya sedetik pun. Ia ingin bertanya, mengapa Itou kini bertingkah seperti dulu –seperti saat mereka menjalin hubungan.
Gejolak hatinya tak menentu, antara harus senang atau marah. Marah karena kenapa sikap Itou berubah drastis padanya seperti ini.
"Maafkan aku.."
Satu ucapan itu akhirnya terdengar dari mulut Itou, Amatsuki melirik datar. Jika boleh jujur dirinya tidak ingin peduli. Berkat banyaknya kekecewaan dalam benaknya.
"Aku berjanji tidak akan melepaskanmu lagi.."
Janji itu lagi? Tidakkah bosan ia mengucapkannya berulang kali?Tok tok
Atensi Itou beralih,
"Masuk."
Dan dari balik pintu itu muncullah Soraru. Dalam hati keheranan muncul, tumben pria itu mau mengetuk pintu untuk masuk ke ruangan pasiennya.Soraru berjalan mendekat, dengan singkat menatap tautan tangan Itou yang seakan tak bisa lepas dari tangan Amatsuki. Sekilas juga ia memastikan cairan infus menetes dengan semestinya.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Soraru, pertanyaan klasik untuk seorang pasien."Tak jauh dari apa yang dirasakan seseorang setelah operasi."
Soraru menyilangkan kedua tangannya, tampak menilai. Sepertinya kondisi Amatsuki memang meningkat dengan drastis, terlihat dari perkataan yang lancar keluar dari mulutnya. Ya tapi siapa tahu apa yang disembunyikan pemuda bersurai coklat itu.
"Bagaimana dengan Mafu?" Kali ini Amatsuki yang balik bertanya.
Soraru mengangkat sebelah alisnya, sedikit menekan kecemburuan yang melonjak dari dalam dirinya.
"Dia sudah pasti baik-baik saja karena berada dalam pengawasanku." Jawaban yang sedikit arogan –atau bahkan lebih?
"Ah satu lagi, sekarang Mafu adalah dokter anestesi timku." Tambahnya.
Amatsuki membelalak. Inikah bayaran dari kecerobohannya?
"T-tunggu –kenapa mengambil keputusan sepihak seperti ini–"
"Itou-san sudah menyetujuinya." Soraru kembali memberi penekanan.
Lirikan tajam Amatsuki tertuju pada Itou. Dalam hati tertawa kecut, ternyata Itou masih saja mencampuri kehidupannya –mengambil zona nyaman yang sudah ia miliki. Lagi dan lagi, sampai dirinya tidak bisa lagi membedakan mana perbuatan Itou yang tulus dan mana yang ditekan ego. Perlahan Amatsuki menarik tangannya dari genggaman Itou, membutuhkan waktu untuk mencerna semua kenyataan yang tersuguh di hadapannya ini.
"Ama–""Kenapa kau masih saja mencampuri kehidupanku meski semua ini sudah berakhir?"
Terlihat –meski samar, embun yang terkumpul di manik coklat Amatsuki.
"Tolong, biarkan aku sendiri. Aku tidak mau dijenguk siapapun selain Mafu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scalpel
Fanfiction[ UTAITE FANFICTION COMPELETED ] Dokter bedah arogan yang jenius itu, Soraru. Dan dokter anestesi andalan rumah sakit tersebut, Aikawa Mafuyu. Sayangnya mereka berdua berada di tim yang berlawanan, untuk mempertahankan reputasi dan eksistensinya di...