Part 7

1.7K 195 28
                                    

Mata itu masih saling berpandangan. Situasinya terasa aneh. Keringat dingin turun dari pelipis Luz perlahan. 

"Tunggu, memangnya kau hanya memiliki satu vaksin yang tersisa?"

Senyuman sinis di wajah Soraru menurun. Pandangannya berubah menjadi tak suka. 

"Coba saja kau pikirkan di tengah-tengah perang kau masih bisa berpikir jernih untuk membawa pulang semua vaksin yang berceceran disana? Dengan mempertaruhkan 1 vaksin dengan satu tembakan? Sayangnya aku bukan orang naif seperti itu."


Luz menegakkan tubuhnya lagi. Dirinya tidak bisa berpikir jernih sekarang. Kepalanya dipenuhi oleh Itou, dan mode 'bodoh' sedang ia gunakan.


"Apa.. yang bisa aku lakukan agar kau mau memberikan vaksin itu?"


"Kau?" Soraru memiringkan wajahnya, menimbang-nimbang dengan wajah arogan seperti biasa. "Awalnya kau bisa mengundurkan diri dari timku dan digantikan Mafu, tapi saat ini kondisi Mafu juga dipertanyakan keselamatannya, jadi.."


Tatapan tajam itu lagi. "Lihat seberapa besar pengorbanan yang akan kau lakukan untuk bocah bedah itu, ah bukan.. maksudku untuk Itou-san yang kau sayangi itu."


Luz menahan diri, untuk tidak meninju wajah menyebalkan itu. Bagaimanapun pria di hadapannya ini memiliki kunci untuk menyembuhkan Amatsuki, sekali pukul nasibnya akan berakhir menyedihkan. 


"Pergilah, kau menghalangi pemandanganku." Ucap Soraru akhirnya, merasa urusannya dengan Luz sudah selesai. 


Gertakan gigi samar terdengar. Apa kali ini Luz harus mundur dulu? Pada si keras kepala yang arogan ini? Jikalau ingin bertahan pun rasanya mustahil karenaー


"Luz! Amatsuki muntah darah lagi!" Satu peringatan dari Kradness menyentak dirinya.
Buruk. Tuhan sedang menghakiminya saat ini.


Luz langsung berlari menuju sumber permasalahannya, tidak menyadari tatapan kaget yang juga dikeluarkan Soraru saat mendengar kabar itu. Seakan nostalgia dengan kondisi kritis para pengidap ebola.

oOo

"Kemungkinan sembuhnya hanya 10%." 


Tangan Luz langsung terasa lemas dan bergetar hebat setelah mendengar Eve mengatakan diagnosanya. Ya, sang profesor langsung yang turun tangan sekarang ーtentu saja atas permintaan pribadi Itou. Karena Luz sudah menyatakan ketidakmampuannya menangani Amatsuki. 


"Kondisinya semakin memburuk, jadi aku tidak akan membiarkan siapapun menjenguknya dulu." Pengusiran halus dari Eve.


Tanpa berbedat Itou dan Luz akhirnya meninggalkan ruang perawatan itu. Wajah Itou sudah tidak bisa dikondisikan kekhawatirannya, sedangkah Luz terus merutuk dalam hati. Kesalahan fatal yang mempermainkan nyawa manusia ini, salahnya.


Luz mengikuti Itou yang duduk di kursi tunggu lorong itu. Keheningan memuncak. Dan tanpa disangka Itou tiba-tiba menunjukkan senyum mirisnya, pandangannya menerawang jauh.
"Bukankah lucu aku sangat terpukul pada kondisi seseorang yang aku hindari?"
Luz bungkam, membiarkan Itou melanjutkan dulu perkataannya.


"Salahku tidak becus mengawasinya dengan benar.." Itou menunduk, mengacak rambutnya frustasi. 

"Ini bukan salahmu, Itou-san."


Itou kembali menegakkan tubuhnya, senyuman yang sama masih terlihat.


"Aku sudah katakan berkali-kali, jangan memanggilku seformal itu jika sedang berdua."

"Ah maaf, Itou."


Hening kembali. 

Hanya suara riuh orang-orang dari kejauhan yang terdengar. Sedikit memuakkan. Lorong yang sepi tak membantu keduanya untuk berpikir jernih.

Love ScalpelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang