Part 23

1.2K 149 24
                                    

Amatsuki mendelik tajam saat Itou dengan sendirinya datang ke ruangan dokter. Ah baiklah, Itou memang sang penguasa rumah sakit ini. Tapi tidak sampai bisa semena-mena masuk ke ruangannya kan? Atau Amatsuki saja yang terganggu akan hal itu?

"Ada perlu apa?" Tanyanya ketus.

"Bagaimana kabarmu?"

Sejenak Amatsuki menghela napas, bosan dengan basa basi yang selalu Itou gunakan padanya. 

"Tidak baik, seperti biasa. Karena ulahmu."

"Gara-gara Mafu dipindah tugaskan?"

"Kau sudah tahu bagaimana reaksiku akan hal ini tapi tetap saja melakukannya,"

Kali ini Itou semakin berjalan mendekat, berhenti tepat di samping meja kerja Amatsuki. 

"Ini permintaan presiden, kau tahu itu kan?"

"Haha kenapa semua penguasa selalu bertindak seenaknya?"

Itou menghela napas kembali. 

"Bisakah kau dukung aku untuk kali ini saja?"

"Tidak, terima kasih."

"Amatsuki-kun."

"Aku bilang tidak."

"Amaー"

"Tidak!"

Itou langsung mencekal tangan Amatsuki yang menatapnya penuh amarah. Ia tatap manik itu, mencari apa yang tidak ia temukan lagi.

"Ama-chan."

"Jangan lagi memanggilku seperti itu."

"Kenapa?"

"Kau mungkin bisa mendapatkan ragaku kembali, tapi tidak dengan hatiku untukmu."

Perlahan Itou melepaskan cengkramannya. Ia menyesalkan segala bentuk ketidakmampuan dirinya dalam melindungi perasaan Amatsuki. Yang bisa ia lakukan hanya menyakitinya seperti ini, terus menerus. Dengan segala macam kedok untuk melindungi Amatsuki, padahal yang terjadi –yang benar-benar Itou lakukan adalah untuk kepentingannya sendiri. Itou akui itu.

"Kau ingin berpisah lagi denganku?" tanya Itou dengan senyuman mirisnya.

Amatsuki menatapnya –tanpa amarah seperti tadi. Dirinya menemukan sebuah keseriusan di dalam manik teduh itu. 

"Perasaanku padamu tidak pernah berubah, namun sepertinya pilihanku yang sempat melepasmu adalah kesalahan terbesar yang aku lakukan. Kali ini aku tidak akan memaksamu, kau bisa pergi dariku jika kau ingin. Tapi sebelumnya, biarkan aku bertanya untuk terakhir kalinya."

"Apa?" 

"Apa kau benar-benar sudah tidak mencintaiku lagi?"

Amatsuki tak langsung menjawab. Ada keraguan dalam ucapnya yang tertahan. Ini adalah kesempatan emas jika dirinya tak mau lagi dikekang. Tapi benarkah ini yang ia inginkan?

"Ama –"

"Tidak, aku tidak mencintaimu lagi."

Maka jawaban itu yang ia gunakan untuk membatasi diri. Ucapannya tegas, langsung beranjak dari sana tak lagi menoleh ke belakang. Dan dengan sadarnya, Itou hanya bisa menunduk dan merutuk dalam hati. Berpikir apakah ini yang dirasakan Amatsuki saat dirinya meninggalkan pemuda itu dulu. Jika iya, karma benar-benar berfungsi dengan baik dalam hidupnya.
Tak lama Itou meremas dadanya. Ada sebuah rasa sakit yang mendalam. Sakit yang lain. Apa ini karmanya yang lain juga?

oOo


Soraru baru saja memarkirkan mobilnya di halaman luas kediaman presiden. Dengan keyakinan yang melonjak naik, ia mengantongi pistol yang sudah ia pesan. Sudah waktunya eksekusi dimulai. Persetan dengan semua kemungkinan terburuk yang akan terjadi pasca dirinya menghabisi Zimuin. Rasa dendam sudah terlanjur mengalir dalam darahnya, maka tak ada kata mundur meski sedikit. Sudah terlalu lama pula dirinya mengulur waktu. 

Love ScalpelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang