Mencari kisah cinta peran utama?
Kisah dengan akhir bahagia?
Apakah akan ditemukan disini?Satu bulan berlalu sejak Soraru dilantik menjadi komisaris utama rumah sakit, dan terhitung satu bulan juga ia kembali menghirup udara Jepang.
Rindu? Tidak terlalu. Sebenarnya jika ingin egois Soraru lebih memilih untuk tidak pernah kembali ke tanah kelahirannya itu. Namun beda cerita jika egonya merasa tidak boleh menyia-nyiakan posisi yang tersuguh untuknya.
Semua pekerjaan sebagai komisaris tentu saja dapat dilakukan Soraru dengan baik –seolah sudah terbiasa dengan posisi ini. Ah, satu fakta baru yang menjadi rahasia umum saat ini, bahwa Soraru sesekali harus menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Ya, pria itu tak akan tahan berjalan jauh dengan waktu yang lama. Maka untuk sedikit membantu, ia akan membawa tongkat kemana-mana. Mungkin ini efek tadi kerusakan otak yang telah terjadi padanya. Ada syaraf yang tidak bisa pulih sempurna.
Tapi tentu saja hal itu sama sekali tidak menghalangi kegiatan Soraru. Dan sama sekali tidak mengurangi perangainya yang –agak congkak. Hampir semua orang merasa lega setelah tahu Soraru bersikap seperti biasa –dengan ucapan pedasnya, dengan senyuman sinis penuh sindirnya, dengan segala tindakan menyebalkan yang biasa Soraru lakukan tanpa pandang buluh.
Semuanya maklum. Bahkan mereka sedikit bersyukur dengan sifat Soraru yang seperti itu. Dengan begitu rumah sakit akan tetap berdiri kokoh dan kuat menghadapi pesaing bisnis.
Pendapatan rumah sakit juga melejit sejak Soraru menduduki kursi sebagai komisaris. Kabar baik, rencananya akan ada pembangunan gedung vaksin juga di samping rumah sakit ini –memanfaatkan ingatan Soraru dalam mengingat komposisi vaksin ebola terakhir yang ia miliki waktu itu.Kembali ke rutinitas, setiap harinya Soraru akan datang ke rumah sakit dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore –menyelesaikan tugasnya, bukan lagi sebagai dokter bedah. Ya, setiap hari. Termasuk hari sabtu ini. Meski terkadang Soraru datang ke rumah sakit hanya untuk duduk termangu di ruangannya –karena tugas-tugasnya sudah selesai. Saat hal itu datang, Soraru memilih untuk pulang lebih awal. Seperti sekarang.
Bukan maksud memberi contoh yang buruk pada pegawainya, hanya saja sejak pagi dirinya hampir tidak melakukan hal-hal yang produktif. Jika di rumah, ia bisa melanjutkan risetnya tentang vaksin baru. Jadi itulah pilihannya saat ini, tepat jam 3 sore.
Soraru masuk ke dalam lift. Ruangannya berada di lantai 7, dan tentu saja setelah pintu lift tertutup ia menekan tombol 1. Di dalam sana, ia hanya sendiri, bersander pada dinding lift berbahan mengkilap itu –dengan tongkat di tangan kanannya.
Awalnya Soraru tak begitu peduli dengan atmosfer sore ini. Namun seketika atensinya berubah 180 derajat. Tepatnya saat pintu lift terbuka di lantai 5, dan seseorang hendak masuk ke sana –terhenti begitu mata mereka bertemu.
Tentu saja Soraru masih ingat dengan jelas. Siapa orang yang berdiri di ambang pintu lift itu. Manik merah, surai putih, dan tentu bagian menariknya –tanda lahir barcode yang membuatnya istimewa.
Iris merah yang terkejut melihat keberadaan Soraru di dalam lift tampak ragu untuk masuk. Suasanya canggung juga tercipta seketika. Sebab, tak pernah ada pertemuan lagi pasca Soraru kecelakaan 3 tahun lalu. Tak ada perpisahan resmi apapun diantara mereka berdua. Dan selama itu pula mereka tak saling mencari tahu kabar masing-masing.
Tiba-tiba suara lift membuyarkan keterkejutan mereka berdua –pertanda bahwa pintu lift akan segera tertutup.
Karena terlanjur berhadapan, terlanjur bertemu. Akhirnya pemuda bersurai putih itu memutuskan untuk bergegas masuk ke dalam lift. Dan pintu pun tertutup.
Beberapa detik berlalu dengan keheningan yang menyita atmosfer. Perasaan aneh pun tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scalpel
Fanfiction[ UTAITE FANFICTION COMPELETED ] Dokter bedah arogan yang jenius itu, Soraru. Dan dokter anestesi andalan rumah sakit tersebut, Aikawa Mafuyu. Sayangnya mereka berdua berada di tim yang berlawanan, untuk mempertahankan reputasi dan eksistensinya di...