Part 4

2K 195 45
                                    

Soraru diam-diam tersenyum lagi saat mengingat apa yang sudah ia lakukan pada Mafu. Dan ekspresi yang Mafu tunjukkan setelahnya juga membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak, sungguh. Wajah yang memerah total seperti kepiting rebus. Sayang rasanya jika objek lucu itu diperlihatkan pada orang lain. Ya, ia ingin objek itu hanya untuk dirinya seorang.

Ini sudah 2 hari sejak insiden ciuman yang Soraru lakukan. Dan hari ini pula ia tengah membereskan barang-barang pribadinya yang ia simpan di meja kerja dan loker. Hari ini ruangan pribadinya sudah resmi, jadi ia akan segera pindah dari ruang bersama para dokter rendahan -bagi Soraru- ini. memiliki ruangan pribadi memang sudah seharusnya ia dapatkan kan? Mengingat bagaimana Itou memanjakan keberadaannya di rumah sakit ini.

Soraru sudah siap mengangkat kotak besar yang berisi semua barang-barangnya. Tepat saat baru selangkah ia beranjak, matanya langsung menangkap sosok Mafu yang baru masuk ke dalam ruangan itu. Soraru berusaha menahan tawanya saat melihat Mafu tampak kaget dan langsung berbalik arah, tidak jadi masuk -jika saja Soraru tidak langsung menahannya dengan ucapan.

"Oi! Seniormu mau pindahan kau tidak mau membantunya hm?" sindir Soraru.

Masih membelakangi Soraru, Mafu mengumpat kecil. Lagi-lagi menyalahkan Tuhan yang telah mempertemukan mereka dalam waktu yang sama.

"Aku berbicara padamu, Aikawa Mafuyu-san."

Mafu menghembuskan napas pasrah. Apa boleh buat..

Langsunglah ia berbalik lagi, berusaha sekuat tenaga untuk tidak memandang manik biru di depannya.

"Syukurlah kau akhirnya pindah dari rumah sakit ini." Mafu berucap.

Senyuman menyindir nampak di wajah Soraru saat kotak besar di tangannya di ambil alih oleh Mafu.

"Maaf aja, aku hanya pindah ruangan bukan pindah kerja."

Barulah Mafu menatap kaget manik biru yang tengah menatapnya juga. Oh sial, ia terjebak lagi di manik penuh hipnotis itu. Mafu kehilangan kata-kata. Segeralah ia berbalik lagi, menghindari kontak mata antara mereka.

"Hey, kau menghindariku ya?"

Tidak usah ditanya lagi kan, bodoh.

"Gara-gara ciuman waktu itu?"

Kenapa malah diperjelas, bodoh.

"Kalau kau tidak punya perasaan padaku harusnya ya biasa saja lah."

Bodoh..

Tidak, umpatan yang barusan Mafu tujukan untuk dirinya sendiri. Ia merasa bodoh karena, ya ia akui dirinya memang menghindari Soraru 2 hari terakhir. Ia ingin menekan semua ingatan yang selalu tiba-tiba muncul saat mendengar nama pria itu. Ia ingin menghapus rona merah yang selalu otomatis muncul saat mengingat apa yang sudah terjadi, diantara mereka berdua. Ia selalu ingin, melupakan kenyataan jantungnya yang berdetak tak wajar saat tak sengaja melihatnya dari kejauhan. Ia tidak ingin mengakui bahwa, dalam diam ia memupuk perasaan yang cukup spesial -untuk orang yang salah baginya.

Merasa diabaikan Soraru langsung menarik lengan Mafu agar berbalik ke arahnya.

"Hey kenapa kau malah di-"

Mata Soraru membelalak. Tidak-tidak, ia pasti salah lihat. Pemuda barcode di depannya ini tidak mungkin menangis kan? Embun-embun yang ia lihat di manik merah itu hanya ilusi kan? Selain rona merah yang menghiasi kedua pipinya, Soraru tidak mau mengakui hal lain di paras manis itu.

Mafu langsung melepas paksa tangan Soraru yang mencengkram lengannya.

"Dimana ruanganmu? Aku tidak punya banyak waktu untuk membantumu." Mafu mengalihkan perhatian.

Love ScalpelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang