Baru saja Mafu memberikan darah pasien yang diduga ebola pada staf laboratorium. Akan membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasil tes darahnya, oleh karena itu Mafu langsung meninggalkan laboratorium itu dan hendak menemui Amatsuki lagi.
Dalam langkahnya yang terlihat penuh beban ia tiba-tiba dihadang oleh Soraru. Mafu langsung menatap tak minat pria di depannya itu, malah hendak melanjutkan langkahnya lagi jika saja Soraru tidak kembali menghalangi pandangannya.
"Apa yang terjadi di IGD? Kenapa ranjang yang paling ujung dibatasi plastik pembatas?" tanya Soraru sambil menyilangkan kedua tangannya –terkesan angkuh.
"Kau bisa menanyakannya pada suster yang bertugas disana juga kan? Kenapa repot-repot mencariku."
"Oh maaf saja, aku tidak sengaja mencarimu kok. Kebetulan saja aku berpapasan denganmu disini jadi aku menanyakannya padamu."
Mafu membuang muka, tidak tertarik dengan pembenaran yang dilakukan Soraru.
"Iya iya terserah, minggir, aku mau kembali bertugas."
Baru selangkah Mafu maju, Soraru kembali menekannya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku Aikawa-san."
Mata tajam Soraru menghujami Mafu, membuatnya sedikit gentar. Tapi apa boleh buat, ia hanya harus menjawabnya saja kan? Agar pria di depannya ini melepaskannya dengan cepat.
"Dugaan sementara ebola."
Soraru membelalakkan matanya, tampak terkejut. Awalnya Mafu merasa biasa saja dengan ekspresi itu, toh siapa saja yang mendengarnya akan menunjukkan ekspresi yang sama kan?
"Dan bocah bedah temanmu itu yang merawatnya?"
"Iya. Kenapa? Kau mau mengambil pasiennya lagi?"
"Kau tidak tahu bocah itu tadi malam begadang jaga malam?"
"Eh?"
"Saat seseorang dalam fase lelah, dia akan lebih mudah diserang virus dan bakteri. Kau tidak mengkhawatirkan itu?"
Kali ini Mafu yang membelalak. Ia baru ingat satu fakta itu. Dan yang ia yakini adalah, Amatsuki tipe orang yang mengerjakan tugasnya dengan maksimal –begitu juga dalam hal jaga malam. Saat seharusnya sekarang Amatsuki mendapatkan jatah istirahatnya, ia harus kembali menjaga pasien? Dengan penyakit parah seperti ebola?
Mimpi buruk.
Tak peduli lagi sekitar, Mafu langsung bergegas menuju ruang IGD tempat Amatsuki merawat pasiennya. Ia harus segera menggantikan Amatsuki sebelum pemuda bersurai coklat itu tumbang dna benar-benar terinfeksi ebola. Biarkan saja dirinya –yang memiliki daya tahan tubuh baik, menggantikan Amatsuki.
Soraru hanya menatap punggung Mafu yang menjauh darinya. Tepat saat punggung itu menghilang dari pandangannya, senyuman sinis Soraru terlihat.
"Maafkan aku melibatkanmu dalam rencana ini." gumannya seorang diri.
oOo
Saat tiba di IGD ternyata keadaan sudah tidak aman-aman saja seperti sebelum Mafu pergi menyerahkan darah pasien untuk dites. Pasien IGD lain –yang berada di sisi lain pasien ebola mundur teratur dengan tatapan jijik ke arah Amatsuki dan pasien itu. Ada beberapa perawat juga yang berusaha menenangkan keadaan pasien lain yang mulai panik.
"Kenapa kami harus satu ruangan dengannya?!" tanya seorang pemuda yang tidak terima dengan situasi yang terjadi.
"Mohon tenang dulu, plastik pembatas itu akan menghalangi batasan penyebaran virusnya kok. Jadi anda tidak perlu khawatir akan tertular." Ucap Sakata, yang kebetulan ada disana juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scalpel
Fanfiction[ UTAITE FANFICTION COMPELETED ] Dokter bedah arogan yang jenius itu, Soraru. Dan dokter anestesi andalan rumah sakit tersebut, Aikawa Mafuyu. Sayangnya mereka berdua berada di tim yang berlawanan, untuk mempertahankan reputasi dan eksistensinya di...