15. Calm Before the Storm

14.4K 1.9K 767
                                    

Sebelum ini, Megan enggak pernah pusing dengan aksesoris rambut. Saat cuaca sejuk, rambut ia gerai begitu saja. Kalau gerah, baru ia gelung pakai konde seadanya. Megan enggak berjodoh dengan ikat rambut. Sering lolos dan hilang tanpa ia sadari.

Rayn mengubah segalanya. Untuk pertama kalinya, Megan pusing di toko aksesoris rambut. Terlalu banyak jenis, model, dan warna, sementara ia perlu satu saja yang memenuhi semua kriteria. Awet, cantik, enggak pasaran, pas ukurannya, mudah terlihat Rayn dari depan maupun belakang, dan yang terpenting, terjangkau kantongnya.

Ia harus berhemat di segala bidang agar bisa melunasi SPP bulan ini. Uang kiriman Ayah sudah ia gunakan untuk membayar SPP bulan lalu tanpa seizin Tante Naura. Tabungan dari kerja paruh waktu di Perpusda masih jauh dari cukup. Untungnya, ia bisa mengurangi pengeluaran uang saku, dengan bawa bekal dari rumah untuk dimakan bareng Rayn dan Ardi di taman. Hemat, sehat, dekat, dan lekat, sungguh rehat yang menjerat. Aaaah, Megan tersenyum-senyum sendiri.

Setelah satu jam lebih mencoba-coba, akhirnya ia memilih bando besar berpita sederhana dengan desain dan warna unik, yang pas di kepalanya. Saking uniknya, cuma ada satu di toko itu.

Megan menggunakan bando itu di "hari pertama" berkenalan dengan Rayn secara resmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Megan menggunakan bando itu di "hari pertama" berkenalan dengan Rayn secara resmi. Dan di hari-hari selanjutnya, setelah Rayn berterus terang "lagi" tentang prosopagnosianya.

"Megan, kamu jadi imut." Ardi memuji bandonya. "Cocok deh kalau SMP lagi."

Megan meleletkan lidah. Memalu kepala Ardi dengan kepalan tangan seperti yang biasa ia lakukan pada adik-adiknya kalau gemas. Di belakang kepalanya, peringatan dini menyala. Sikap dan tatapan Ardi kepadanya, sekarang ditambah Ardi berharap ia lebih muda, apa artinya? Dihubungkan dengan sikap Rayn yang hati-hati banget di depan Ardi, bahkan merahasiakan soal ketemuan mereka di pesta Jocelyn, Megan jadi menduga-duga. Ada apa dengan pertemuan mereka itu sehingga harus dirahasiakan? Rasanya mereka cuma ngobrol singkat bahkan enggak sempat tanya nama. Jangan-jangan .... Rayn menganggap itu pertemuan istimewa dan menceritakannya pada Ardi. Menyebutnya Mitsuha. Dengan segala ciri aneh seperti sumpit, kacamata bolong dan bedak bayi.

Ya, mengingat prosopagnosianya, itu masuk akal. Menjelaskan sikap Rayn saat akhirnya mereka ketemu lagi di tangga sekolah. Lalu Rayn bilang, kasihan Ardi. Kenapa?

Hmm ... mungkin benar Ardi punya feeling ke dia, dan Rayn tahu. Jadi demi Ardi, Rayn bersikap biasa padanya dan minta ia juga begitu. Ardi sahabatku. Kamu sahabatku.

Loh, kalau memang Rayn biasa saja ke dia, enggak perlu berpura-pura, kan? Bersikap seolah enggak ada apa-apa, berarti ada apa-apanya.

Oh my God! Memikirkannya saja sudah bikin Megan panas dingin. Rayn mengalah untuk Ardi? Mengorbankan perasaannya sendiri?

Jadi, Rayn sebetulnya .... Oh My God. Megan perlu duduk dan mengatur napas. Jangan geer dulu. Ingat-ingat sikap Rayn, cari clue dan bukti.

PELIK [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang