Jaket tim voli dengan nama Lazuardi di punggung tampak mencolok saat pemakainya bergerak mendekati Megan. Rayn sangat lega, Ardi akhirnya muncul. Ia mencoba menelepon Ardi sejak kericuhan terjadi di penutupan expo dua jam lalu.
Karya fashion art Megan dinyatakan sebagai pemenang pertama. Setelah MC mengumumkan Lucy sebagai pemenang kedua. Megan yang duduk di sampingnya menjerit kaget. "Tapi aku enggak ikutan. Kok bisa? Karya yang mana?"
Jawabannya muncul pada layar lebar di samping panggung. Ilustrasi cat air seorang remaja putri memakai overcoat merah dengan bunga-bunga di bahu dan lengan. Megan lagi-lagi terpekik dan buru-buru menutup mulutnya. "Rayn, itu tugas ketigaku untuk Lucy. Keperluan pribadi. Kenapa disubmit ke lomba?"
Rayn menggeleng bingung.
"Ini pasti jadi masalah," kata Megan. "Lucy juara dua, kalah lagi dari aku. Enggak dapat hadiah yang diidamkannya."
MC memanggil empat orang pemenang untuk naik ke panggung dan menerima penghargaan. Tiga orang sudah maju. Salah satunya seorang gadis berambut pirang abu sangat pendek. Itu Lucy, kata Megan. Rayn baru melihat Lucy dengan penampilan barunya.
Megan belum mau beranjak. Malah mencengkeram lengan Rayn dengan gugup. "Aku enggak mungkin menang dengan karya itu. Enggak boleh, itu bukan desain orisinal. Ya ampun, kenapa bisa begini?"
Terdengar MC memanggil lagi nama Megan.
Rayn mengambil tangan Megan. Menyalurkan dukungan. "Maju saja dulu. Nanti kita tanya Lucy selesai acara."
Tidak perlu menunggu lama, tidak perlu ditanya, begitu turun panggung, Lucy memprotes penyelanggara lomba. Katanya, karya Megan tidak layak dimenangkan karena merupakan jiplakan dari rancangan brand terkenal. Lucy bisa membuktikannya. Penyelenggara lomba yang diwakili oleh Miss Deana, seorang model muda, tampak gugup. Keputusan juri seharusnya tidak boleh diganggu gugat, katanya, tapi karena ini berkaitan dengan tuduhan plagiasi, ia bersedia mempertimbangkan bukti-bukti dari Lucy.
Megan sempat membela diri bahwa ia tidak submit karya. Tapi fakta berbicara lain. Karyanya ada di dalam daftar, diterima penyelenggara lomba pada H-1 sore. Miss Deana yakin soal waktunya, karena ia sendiri yang mengambil amplop Megan. Hari itu, ia mampir ke aula dua kali dalam selang satu jam dan memeriksa kotak penampungan.
Di tengah perdebatan, Rayn berdiri saja di samping Megan. Sibuk berpikir. H-1 sore, Rayn ingat pada cewek dengan konde sumpit di booth Fashion&Craft. Ia menyaksikan cewek itu memasukkan amplop ke dalam kotak lomba. Ia sempat memanggilnya dengan nama Megan dan gadis itu merespons dengan lambaian. Lalu pergi. Berdasarkan pengakuan Megan, cewek itu bukan dirinya. Lalu siapa? Lucy kah, mengingat ilustrasi overcoat itu ada padanya? Kenapa karya Megan itu diam-diam disertakannya ke lomba?
Miss Jansen menghentikan kericuhan dengan menggiring semua pihak yang terlibat ke ruang panitia di belakang panggung. Di mana ada pelanggaran etika serius, apalagi yang merusak nama baik sekolah, di situ DED bertindak. Cepat dan efisien.
Rayn pun segera terjaring sebagai saksi karena Lucy tiba-tiba berkata, "H-1 sore, aku bertemu Rayn di pintu aula. Dia mencari Megan. Tanya saja sama dia, mungkin tahu apa yang terjadi."
Sadarlah Rayn, ia telah dijebak. Dipanggil ke aula dengan SMS tipuan. Untuk menyaksikan cewek yang akan dikiranya Megan, memasukkan amplop ke kotak. Siapa pun yang merencanakan ini sudah tahu kelainannya. Lucy tahu. Tapi Rayn tidak punya bukti untuk mendukung asumsinya. Ia juga tidak bisa menolak panggilan dari DED.
Dan di sinilah mereka semua. Di ruangan yang lebih kecil dari ruangan kelas, ditata menyerupai ruang sidang pengadilan. Kali ini merupakan sidang tertutup jadi bangku-bangku audiens kosong. Sidang sudah dibuka oleh Miss Jansen, dilanjutkan dengan hearing dari semua pihak.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELIK [Sudah Terbit]
Novela Juvenil[Sudah Terbit] PELIK "haruskah aku relain kamu dengannya?" Rayn belum pernah jatuh cinta. Gimana mau jatuh cinta kalau ngenali muka orang saja enggak bisa. Ia mengidap face-blindness yang dirahasiakannya mati-matian. Saat cinta akhirnya menyapa, Ray...