Aneka macam perasaan mendera Megan sekarang. Kalau kayak warna-warni pelangi masih mending, bisa dipisah-pisahkan dan disebutkan komponennya. Tapi yang dirasakannya sekarang butek, kayak air cucian kuas. Entah cat air warna apa saja yang larut di dalamnya. Megan menyemburkan napas kesal. Memandang ilustrasi fashion separuh jadi yang ia kerjakan buat Lucy. Jelek banget. Tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula, dan jelas pewarnaan cat air malah merusak sketsa awal.
Di dekat tempat sampah di sudut kamar, berserakan gumpalan kertas gambar, karya gagal yang dibuangnya. Ini usahanya yang kesekian kali dalam dua jam. Ia tahu masalahnya bukan pada kertas, pensil, atau cat air. Tapi pada pikirannya yang tidak tenang sejak pulang sekolah tadi. Dan Lucy menelepon di saat yang sungguh 'tepat' untuk memberinya tugas ketiga.
"Dengar baik-baik, jangan sampai salah. Aku mau bikin overcoat dengan model gabungan dari dua desain branded. Aku sudah kirim foto contohnya di LINE. Foto pertama, overcoat Burberry, untuk kamu tiru desain dasarnya. Di foto kedua, overcoat Zara, untuk kamu tiru lukisan bunga-bunga di bahu dan lengannya. Gambarkan semirip mungkin yang bisa kamu tangkap. Jelas?"
Jelas dan mudah. Itu sebabnya Megan heran. Kenapa Lucy tidak membuatnya sendiri. Dari dulu Lucy senang merancang baju dengan model kombinasi dari desain-desain branded. Misalnya kemeja dengan model lengan dari Guess, kerah dari Mark Spencer, dan bentuk saku dari H&M. Setiap kali ke mal, ia akan mengunjungi outlet-outlet terkemuka. Karena memotret dilarang, Lucy mengingat-ingat desain yang ia isukai, dan menggambarkannya di luar toko. Lalu gabungan atau modifikasi desain itu diwujudkan menjadi koleksi fashion pribadi dengan bantuan beberapa penjahit langganan. Lucy bukannya tidak mampu membeli baju-baju merek terkenal. Tapi itulah hobi dan minatnya.
Sementara Megan berfokus pada media seninya itu sendiri. Dengan tinta, pensil warna, atau cat, ia merancang model baju asli dari imajinasinya, dan hanya berakhir di atas kertas. Tidak ada uang dan minat mewujudkannya.
"Kalau cuma menggabungkan dua desain, kamu bisa kerjakan sendiri, Luce."
"Kamu kan tahu aku biasa pakai pensil warna. Kurang tajam. Aku pengin pewarnaannya dengan cat air. Realistik. Itu style ilustrasi kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PELIK [Sudah Terbit]
Teen Fiction[Sudah Terbit] PELIK "haruskah aku relain kamu dengannya?" Rayn belum pernah jatuh cinta. Gimana mau jatuh cinta kalau ngenali muka orang saja enggak bisa. Ia mengidap face-blindness yang dirahasiakannya mati-matian. Saat cinta akhirnya menyapa, Ray...