Kalau bos kamu mendadak baik, pasti ada maunya. Mau hardik kinerja kamu misalnya
Pagi, guys!" sapa Yudha ceria kepada ketiga bawahannya, tidak seperti biasa. Dia bahkan membawa paper bag berisi kopi panas di tangan dan mengambilnya satu.
"Pagi, Pak," balas Leon yang sontak berdiri terkejut.
Velina menganga lebar. Kecuali Arinda yang tak bergeser barang 1 inci pun dari posisi duduknya.
Yudha menatap Velina dan Leon yang menatapnya tak berkedip.
"Pagi, Pak," balas Velina mengangguk sambil tersenyum kikuk, saat Yudha menyodorkan paper bag berisi 3 kopi kepadanya.
"Pagi, Pak," balas Arinda yang akhirnya berdiri dan ikut menyapa.
Sepeninggal Yudha memasuki ruangannya, Velina dan Leon kompak merapatkan kursi ke kubikel Arinda.
"Itu barusan Bos bukan, sih?" tanya Leon ala ibu-ibu rempong.
"Iyalah. Bosnya Arinda, dong. Pagi-pagi udah sedekah yang berfaedah gini." Velina menaikturunkan kedua alis sambil bersiap menyeruput kopinya.
"Apa, sih? Pagi-pagi udah nge-lambe aja kalian." Arinda tampak tidak tergiur dengan bahan gosip pagi ini. Jari-jarinya bahkan masih serius mengetik pada keyboad komputernya.
"Ck! Si Ar nggak terima kita lambein bosnya." Leon tertawa seraya mengambil satu kopi dan kembali ke kubikelnya.
"Gitu ya, Ar?" Velina meyenggol lengan Arinda. "Lo ngapain, sih? Masih pagi juga udah ngetik aja," tanyanya.
Arinda mengambil bandana dari laci meja dan memakainya. "Revisi ke 6," ucapnya mendramatisir.
Velina menganga. Sementara Loen tertawa renyah.
"Hati-hati ada lalat, Ve. Jangan melongo terlalu lebar," celetuk Yudha.
Velina menoleh ke sumber suara. Begitu pun Leon yang melihat Yudha berdiri di depan ruangan, entah sejak kapan. Karena mereka sama sekali tak mendengar decitan pintu ruangan Yudha yang terbuka.
Velina seketika menutup rapat mulutnya.
"Kita meeting sebentar ya sekarang," ucap Yudha mengomando sambil memasuki ruang meeting di sebelah ruangan kerjanya.
"Hari ini yang mau saya bahas mengenai performa kinerja masing-masing individu yang saya rasa sedikit menurun sekarang," jelas Yudha.
Semua telinga dan mata tampak waspada mendengar petuah sang raja.
"Terutama kamu, Novita. Gimana bisa kamu bikin proposal sampai harus kena revisi 6 kali?" tanya Yudha menuntut.
Arinda tidak menjawab. Ya ampun. Ini orang pagi-pagi tebar sapa ada maunya juga, mau cerca kacungnya ternyata!
"Saya minta tolong ya, Leon. Jangan terlambat lagi," perintah Yudha. "Sedikit demi sedikit, kamu hilangin hobi nge-lambe kamu, Velina," lanjutnya kepada Velina.
Leon dan Velina tidak menjawab.
"Hal ini bertujuan agar tim kita semakin solid dan prefesional," ujar Yudha.
Leon dan Velina mengangguk mengerti.
"Dan satu poin penting lagi. Karena ada kekosongan formasi dalam tim kita, beberapa waktu lalu HRD sudah mengingatkan saya untuk merekrut satu karyawan lagi. Dan saya sudah memilih satu kandidat yang akan bergabung dengan tim Novita."
Arinda masih diam, saat Yudha melihat ke arahnya.
"Jadi, ke depannya saya nggak mau lagi kamu bikin proposal yang terlalu banyak salahnya. Oke, Novita?" perintah Yudha.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️
RomanceArinda sering mendengar 'Perbedaan antara cinta dan benci itu tipis sekali, setipis sehelai rambut yang di bagi menjadi sepuluh'. Sungguh sangat tipis sekali kan??! "Kamu marah sama Saya gara-gara tadi Frappuccinonya Saya ambil?" "Bapak nggak pentin...