...Ketika menjalin sebuah hubungan, sudah sewajarnya jika kamu mengharapkan sebuah progres...Seulas senyum manis itu masih terus bermain dibibir Arinda, saat jemari hangat Yudha yang berada diantata sela-sela jemari miliknya semakin erat mengenggam.
Arinda menoleh sekilas pada Yudha yang pagi ini terlihat sangat mempesona dengan setelan kemeja putih gading lengan pendek dan celana bahan berwarna hitam dengan sepatu kets warna senada.
Dalam hati Arinda bersyukur, dia pun berharap, semoga Yudha benar-benar dan akan selalu mencintainya serta memanjakannya seperti ini. Yah, Arinda tahu mungkin harapannya terdengar sangat serakah, tapi tidak ada yang salahkan dengan harapan serba baik yang Arinda inginkan itu? Tentu saja, semua orang boleh berharap apapun pada Tuhannya.
"Kakak!" Terdengar suara cempreng begitu dekat di telinga Arinda.
Sruk!. Tubuh Arinda terseret maju selangkah, genggaman tangannya dengan Yudha terlepas. Arinda menoleh kesamping, Dia melihat bocah perempuan memakai pernak pernik pink dari ujung rambut hingga kepalanya sedang memeluk erat punggung Yudha sekarang.
Yudha menoleh kebelakang tanpa melepas pelukan bocah perempuan itu, sepertinya pelukan bocah perempuan itu sudah terasa sangat familiar untuk Yudha sehingga Dia merasa sangat tidak risih di peluk bocah perempuan yang tingginya sebahu Yudha itu di depan umum!
Arinda menganga lebar, mencoba mencerna kejadian apa yang baru saja dilihatnya. Yudha masih terlihat tersenyum riang, begitu juga dengan bocah perempuan di sampingnya.
"Hi Adilla! long time no see, kamu apa kabar?" Sekarang gantian Yudha malah memeluk erat bocah perempuan itu.
"Hi kak Janu! Miss you sooo muuuch!" Bocah bernama Adilla itu kini semakin berani, Dia berjinjit dan mencium pipi Yudha sekarang.
"Mwah!" Yudha terlihat shock namun selanjutnya Dia hanya tertawa renyah.
Apa kabar Arinda? Dia memilih duduk di ujung meja dekat jendela Cafe. Saat Yudha yang celingukan mencarinya sudah melihatnya, Yudha malah memberi kode pada Arinda untuk menunggunya disana.
Setelah lebih dari sepuluh menit Yudha dan bocah perempuan bernama Adilla itu berbicara sambil terus saja mengumbar senyum mereka, Yudha baru berjalan mendekati Arinda sekarang.❤️❤️❤️
"Harus banget ya se intim itu?" Arinda berkomentar sinis to the point, setelah Adilla pergi dengan senyum riangnya.
Bukannya merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan.Yudha malah tertawa menyebalkan. "Intim?"
Arinda malas menjawab."Mungkin karena udah lama Dia nggak ketemu aku, jadi sekali ketemu heboh deh," Yudha berbicara hati-hati.
"Aku nggak gitu banget kalau baru ketemu orang yang udah lama nggak ketemu," Jawab Arinda sinis
Yudha tersenyum lagi. "Hi Babe, Dia itu cuma bocah loh," Yudha terdengar membela diri.
"She is seventeen old, kamu bilang bocah?" Arinda sempat mendengar jawaban Adilla saat Yudha mengatakan bahwa Dia terlihat lebih dewasa sekarang.
"Yeah," Yudha mengangguk mantap
"Jadi kalau ada bocah laki tujuh belas tahun meluk aku like that, boleh?" Arinda beranalogi
Yudha mengernyitkan dahinya."Nggak boleh," Yudha menjawab tanpa ragu.
"Kok kamu barusan boleh? dan kamu innocent banget."
"Sayang, Dia udah seperti adik aku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️
RomanceArinda sering mendengar 'Perbedaan antara cinta dan benci itu tipis sekali, setipis sehelai rambut yang di bagi menjadi sepuluh'. Sungguh sangat tipis sekali kan??! "Kamu marah sama Saya gara-gara tadi Frappuccinonya Saya ambil?" "Bapak nggak pentin...