BAB 11 - I Do Love You!

12.7K 1K 12
                                    

Satu hari setelah outing di puncak.

Dari balik ruang kerja, Yudha melihat Arinda tengah menenggelamkan wajah di meja kerja. Rambut panjang sepunggungnya itu terlihat tergerai menutupi punggungnya.

Arinda kemudian mengangkat wajahnya setelah berpuluh-puluh menit menyandarkan pipinya di meja, setelah tangan Velina mengusap punggungnya lembut.

Velina melotot saat Arinda menoleh kepadanya. "Lo kenapa, Ar?" tanyanya mendapati mata Arinda yang sayu.

Arinda mengeleng. "Nggak apa-apa."

"Lo sakit?"

Arinda menggeleng lagi. "Capek aja, sih," kilahnya berbohong.

Ya, karena tidak mungkin Arinda mengatakan, jika tengah memikirkan kejadian absurdnya bersama Yudha tempo hari di atap vila Dago—Yudha begitu gencar dan mulai berani memainkan bahasa tubuh saat mengungkap cinta kepadanya.

"Gue mintain izin Pak Yudha ya, biar lo istirahat aja di rumah?" tawar Velina.

Arinda menggeleng. "Nggak, deh. Kerjaan gue juga nggak begitu banyak, kok."

"Yakin? Kali aja lo butuh istirahat?" Velina mencoba memastikan.

"Pulang aja Ar, kalau nggak enak badan. Gue takut gendong lo kalau pingsan. Berat," sahut Leon.

Velina seketika melotot ke arah Leon

"Canda gue." Leon tertawa renyah.

"Gue anterin balik, mau?" Abiyan menawarkan.

Arinda memijat pelipisnya.

Velina menatap ke arah pintu dan melihat Yudha yang keluar dari ruangan.

"Kamu sakit, Nov?" tanya Yudha mendekati kubikel Arinda.

"Kayaknya nggak enak body itu, Pak," jawab Leon.

"Saya anterin aja, sekalian saya keluar," ucap Yudha menawarkan.

Arinda langsung mengibaskan tangannya di udara. "Terima kasih, Pak. Jangan repot-repot."

Ya, Arinda harus menjaga jarak dengan Yudha. Harus.

"Ya udah, Velina aja yang anter kamu pulang." Yudha menatap Velina.

Velina langsung mengangguk.

❤️❤️❤️

Hani mengetuk pintu sebelum memasuki kamar Arinda. "Nov, lagi tidur?"

Arinda menoleh dengan alis menyatu saat Yudha meletakkan buket bunga mawar kuning dan sekotak besar berisi roti di nakas dekat ranjang.

"Atasan kamu, nih. Mama tinggal sebentar ya, bikin minum." Hani tersenyum kepada Arinda dan Yudha bergantian.

Yudha tersenyum ragu kepada Arinda yang membelakanginya.

Ya, Pipi Arinda sekarang terasa panas. Merasa sangat malu, karena kedatangan Yudha yang tiba-tiba menjenguknya seperti itu.

"Kerja sama saya terlalu berat, ya?" tanya Yudha memulai obrolan di menit ketujuh setelah menyandarkan bahunya di kursi.

Arinda diam.

"Kamu jadi sering sakit."

Arinda masih diam.

"Im so sorry. Maaf, karena saya terlalu egois dan keras sama kamu. Saya nggak bermaksud."

Arinda masih juga tetap diam.

"Kamu harus cepat sembuh ya, biar bisa cepet ketemu bos baru kamu."

MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang