Januari 17 - (Part 2) Dipermainkan kenangan

9.3K 715 2
                                    

Hujan yang turun sejak pagi ternyata tidak mau berhenti sampai sore ini, menyisakan gemericik gerimis yang mampu membuat Ibu kota sejenak terasa sejuk. Sebelum pulang bersama Gavin, Velina sempat menyuruh Abiyan untuk memberikan tumpangan pada Arinda, tentu saja tawaran itu sudah langsung Arinda tolak.

Sambil menunggu Yudha kembali dari swalayan, Arinda memposting sebuah foto yang sempat mereka ambil di Bali. Arinda dan Yudha melakukan wefie sambil tertawa sangat lebar, tentu saja Arinda sudah menepelkan stiker pada wajah Yudha, dengan sengaja menyembunyikan identitas kekasihnya.

"Pinjam tangan kiri kamu dong," Yudha berkata saat Arinda memasang seatbeltnya.

Tanpa bantahan Arinda mengulurkan tangan kirinya pada Yudha. Detik selanjutnya Yudha melingkarkan sebuah gelang berwarna putih dipergelangan tangan Arinda, mata Arinda membulat saat melihat benda berkilau itu sudah terpasang cantik di pergelangan tangannya.

"Ini apa?" Arinda bertanya tidak mengerti, sekarang bukan hari ulangtahunnya, jadi kenapa Yudha memberinya sebuah kado?

"Aku memang sengaja nggak kasih kamu necklace," Dahi Arinda berkerut mendengar perkataan Yudha.

"Karena kalau kamu pakai necklace, nanti akan ada banyak laki-laki yang fokus ke leher kamu," Yudha berkata posesif

"Aku nggak lagi ulang tahun."

"Ya masa ngasih sesuatu harus pas ulang tahun aja?"

Arinda mengatupkan bibir manja "Ya udah, apapun itu thanks a lot babe," Arinda melebarkan kedua lengannya.

"Mampir kerumah ya, hari ini," Yudha berkata setelah melepaskan pelukan Arinda, Dahi Arinda langsung berkerut.

"Nggak pengen lihat Mentari?"

"Bukan nya nggak pengen, ini aku udah kucel banget loh."

"Cantik kok," Yudha merapikan poni Arinda, Arinda tidak bisa berkata-kata.

Tentu saja dia ingin menolak ajakan Yudha, bagaimana mungkin Yudha mengajaknya bertemu dengan Irina dalam keadaan seperti ini? muka lelah setelah seharian kerja, dan tubuh yang letih karena belum mandi? tentu saja ini akan menjadi sangat tidak nyaman bagi Arinda.

"Besok yah? kan tanggal merah," Arinda menawar
Yudha berfikir, Arinda semakin gencar memasang mimik paling mellow yang dia punya sebelum Yudha mengiyakan permintaannya.

"Okey, makan dulu ya, kamu mau apa?"

"Aku masih kenyang, kamu udah lapar aja?"

"Ya gimana, perutku panjang sih."

"Aku jajan aja, sosis bakar kayaknya enak," Arinda menoleh keluar jendela, melihat kearah warung tenda yang berjajar rapi di depan swalayan.

"Hmm," Yudha mengangguk setuju, kemudian Mereka keluar bersama dan menuju warung tenda yang terlihat sepi.

Yudha mengangsur kotak pertama yang diberikan penjual pada Arinda yang duduk di kursi tenda, kemudian mengambil kotak kedua dan duduk didepan Arinda. Yudha urung memakan sosisnya karena tertarik melihat Arinda yang melahap sosisnya dengan cepat, sehingga menimbulkan bercak kotor saus disekitar pipinya.

Yudha tertawa renyah. "Kamu nggak ilfeel ya sama tempat dan jajanan kaki lima gini?" tangan Yudha menyentuh pipi Arinda yang tercoret saus kemudian menghapusnya

"Ilfeel? ngapain?" Arinda geleng-geleng. "Kamu nggak suka jajan begini?" Arinda Melirik sosis yang belum dimakan Yudha.

"Aku nggak kenyang makan begini."

Arinda mengentikan aktivitas mengunyah "Kamu lapar banget?" Yudha hanya menjawab dengan cengiran innocent.

Kenapa kebanyakan laki-laki selalu makan dengan porsi yang dua kali lipat lebih besar dibanding perempuan? Arinda jadi teringat kejadian bersama Abiyan dulu. Saat mereka pulang bersama setelah selesai ujian akhir semester.

"Kamu mau makan apa?"

"Aku masih kenyang sih, jajan aja gimana?" Arinda melihat kekanan dan kiri mencari menu jajanan apa yang enak disantap saat gerimis

"Disitu ada banyak jajanan juga," Abiyan menunjuk warung tenda mie ayam yang berada disebrang jalan. Arinda manggut-manggut.

"Kamu lapar banget?" Arinda bertanya saat melihat Abiyan melambaikan tangan kearah penjual mie ayam agar datang lagi kearahnya, ini pesanan mangkuk kedua Abiyan.

Abiyan hanya nyengir sambil mengangguk "Laki-laki itu porsi kuli," Arinda tertawa mendengar jawaban Abiyan.

Kenapa bisa ada kejadian yang sangat mirip seperti ini? waktu itu juga sore hari dan sedang turun hujan. Kenapa Arinda seperti sedang dipermainkan oleh kenangan? seharian ini dia terus saja teringat tentang Abiyan.

"Arinda," Yudha memanggil

"Hmm?" Arinda baru terperanjat

"Sudah selesai?" Arinda melihat kotak Yudha yang sudah bersih, tidak ada lagi dua tusuk sosis bakar disana.

"Udah," Arinda mengangguk cepat sambil berdiri, Yudha sempat tersenyum sebelum mengandeng tangan Arinda, mata Arinda membulat melihat jemari Yudha yang berada diantara jemarinya. "Yakin begini?"

"Kenapa?"

"Nanti kalau ada orang kantor yang lihat terus kita terciduk gimana?" Arinda menoleh kekiri dan kanan.

"Bentar doang kan ini dekat mobil aku," Yudha meyakinkan Arinda untuk tidak gelisah

"Kamu nggak siap kalau kita deklarasikan hubungan kita sekarang?" Arinda diam, tidak bisa menjawab, kenapa Yudha tiba-tiba tanya begitu? Arinda merutuk dalam hati.

"Bukannya kamu udah posting whatsapp story selfie kita?"

"Kamu lihat?" Arinda berhenti melangkah.

"Iya, kenapa mukaku ada emotnya?"

"Ya masa diblur kayak di news tv gitu? stikerkan jauh lebih bagus?" Arinda nyengir, membuat Yudha hampir tertawa.

"Kamu ngelamunin apa tadi?" Yudha bertanya saat mereka sudah berada dalam mobil lagi.

"Hmm?" Arinda merespon kikuk.

"Kamu belum cerita tentang mantan kamu loh."

"Kok tiba-tiba tanya begitu?" Arinda mulai was was.

"Ya nggak apa-apa, tadi kita lagi makan, tapi kamu malah ngelamun?"

Arinda tersenyum aneh. sekali lagi dia speechless. "Boleh tau nggak, siapa mantan terakhir kamu?" Yudha bertanya, seperti memgerti apa yang dipikirkan Arinda saat mereka makan di warung tenda tadi.

Dagdigdug Dagdigdug Dagdigdug.

Arinda belum berencana menjawab pertanyaan Yudha, sampai Yudha memberi kode dengan berbalik menatap Arinda, intens.

"Kamu katanya lapar?" Sepertinya Arinda berencana tidak menjawab pertanyaan Yudha. Yudha membuang nafas dan pandangannya dari Arinda, dia memilih diam dan menginjak pedal gas.

Marah??

Arinda menatap kearah Yudha yang sama sekali tidak mau melihat padanya.

❤️❤️❤️

MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang