Gebetan jangan mau kalah sama mantan yang sudah dilupakan
"Perkiraan cuaca berawan apanya? Big zero banget gue percaya," omel Arinda berlari kecil sambil mengibaskan tangannya beberapa kali pada tas tangan yang dibawanya.
Sruk!
Abiyan menyenggol lengan Arinda sambil melebarkan lengan kirinya ke atas. Lalu mengangkat payungnya lebih tinggi.
Arinda hanya diam dan berjalan beriringan dengan Abiyan yang juga hanya diam. Meski ada senyum manis yang terlihat samar di bibir laki-laki itu.
"Lain kali bawa payung yang lebih gede, ya. Biar muat buat bertiga." Yudha menepuk bahu Abiyan sambil berlari kecil ke arah gedung dengan kemeja yang terlihat basah di bahu dan punggungnya.
"Nggak usah repot-repot lagi lain kali," ucap Arinda.
"Gue nggak repot," ucap Abiyan menghentikan langkah. "Gue tahu lo rentan banget kena flu kalau lagi hujan gini," sambungnya.
Arinda memilih diam dan berjalan lagi sampai dikantor mereka.
"Lo disuruh buatin kopi sama Bos," ucap Velina setelah menyembul dari balik dapur.
"Ih, pelit lo! Bikinin kek tadi sekalian," omel Arinda.
"Mana mau dia kopi bikinan gue, Ar?"
"Mau aja pasti. Lagian dia mana tahu sih, itu kopi bikinan gue apa lo. Yang penting 'kan yang ngasih ke dia gue?"
Velina menyeruput kopinya sambil mendengarkan omelan Arinda.
"Gue buatin sekalian, nih." Abiyan beranjak dari mejanya.
"Thank you, ya," ucap Arinda seraya menyalakan komputernya. "Si Leon mana? 2 hari nggak kelihatan batang hidungnya," tanyanya.
"Business trip. Nggak tahu lo?" sahut Velina.
"Enggak. Business trip mulu kerjaannya," omel Arinda.
"Iya. Nggak kayak lo yang serabutan aja kerjaanya. ABM rasa office girl, eh masih ngerangkap sekretaris pula. Makanya konsisten dong, lo." Velina tertawa.
"Suka ya lo lihat gue kerja model gitu?"
"Hahaha! Enggak. Ya, gimana ... secara Bos itu raja, ya. Kebetulan aja dia juga sukanya nyuruh-nyuruh lo, bukan gue."
"Dan ya, gue cuma kacung yang harus mau disuruh ini itu meskipun di luar job desc. Asalkan itu titah Bos," imbuh Arinda kesal.
Velina mengacungkan jempolnya "Good job!"
"Tahta mengalahkan segalanya," ucap Arinda mendramatisir.
"Ya ampun, Ar! Shock gue dengernya. Hahaha!" Velina tertawa terpingkal.
"Thanks a lot," ucap Arinda menerima kopi yang disodorkan Abiyan. Lalu mengabaikan Velina yang berusaha mengambil secangkir kopi itu dan memilih menuju ruangan Yudha.
"Lo nggak shock 'kan lihat kelakuan Bos sama partner lo?" tanya Velina berusaha menahan tawa kepada Abiyan.
"Bos suka gitu dari dulu?" tanya Abiyan polos.
"Yang dulu sih enggak. Pak Yudha bos baru, jalan 2 bulanan."
Abiyan manggut-manggut.
"Tapi nggak tahu juga kenapa, Bos demennya nyuruh-nyuruh Arinda. Ke gue sih, enggak gitu."
Abiyan masih mendengarkan.
"Pernah awal kerja dulu dibuatin kopi sama office girl. Dan lo tahu, gimana sadisnya dia nolak kopi bikinan office girl itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️
Roman d'amourArinda sering mendengar 'Perbedaan antara cinta dan benci itu tipis sekali, setipis sehelai rambut yang di bagi menjadi sepuluh'. Sungguh sangat tipis sekali kan??! "Kamu marah sama Saya gara-gara tadi Frappuccinonya Saya ambil?" "Bapak nggak pentin...