Hal paling tidak masuk akal dan konyol dalam hidup bisa saja terjadi.
Seperti bos yang memaksa kamu untuk jadi pacarnya
"Mau ke mana, Bi?" tanya Velina melihat Abiyan yang beranjak dengan map merah di tangan.
"Ruangan Bos. Ada yang perlu dia tanda tanganin," jawab Abiyan.
"Belum datang deh kayaknya," kata Velina.
Arinda melebarkan telinganya. Karena dia berencana menghindari Yudha sebisa mungkin.
Ya, sejak kejadian super aneh kemarin, Arinda berpikir, jika mungkin bosnya itu sedang tidak sehat.
"Oh, okay," kata Abiyan.
"Urgent?" tanya Velina.
"Nggak juga, sih."
"Haloha, guys!" sapa Leon menyelinap masuk dengan ceria.
Arinda seketika menoleh. "Oleh-oleh gue mana?" tanyanya yang langsung menengadahkan tangan ke arah Leon yang membawa 2 paper box.
"Lo tuh, Ar, temen baru dateng, ditanya kek. Apa kabarnya, lancar nggak bussines trip-nya kemarin, gitu," omel Velina.
"Gue nggak pakai basa-basi, Ve." Arinda mengibaskan tangannya ke udara sambil tersenyum.
"Nih, buat lo." Leon memberikan sekotak kecil kepada Arinda.
"Apa nih?" tanya Arinda.
"Teh herbal."
Arinda manggut-manggut. "Thank's a lot."
"Nih, buat lo, Ve." Leon juga memberikan kotak kecil berisi teh herbal kepada Velina.
"Thank you," ucap Velina yang langsung membuka kotak kecil itu dan menghirup bungkusan teh kecil di dalamnya.
"Buat lo, Bro." Tak lupa Leon juga memberikan kepada Abiyan.
"Terima kasih, Kak," ucap Abiyan tersenyum genit ke arah Leon.
"Ck! Geli gue sumpah," ucap Leon.
Arinda menatap Leon dan Abiyan bergantian.
"Wah, ada bagi-bagi apa nih?" Seseorang menyembul dari balik pintu masuk.
Sontak semua kepala menoleh ke arah sumber suara. Kecuali kepala Arinda. Sementara Leon dan Abiyan tersenyum kompak ke arah Yudha.
"Oleh-oleh dari Leon, Pak," jelas Velina.
"Ini buat Pak Yudha." Leon menyodorkan sekotak teh kepada Yudha.
"Kamu kasih Novita aja. 'Kan dia biasa buat minuman saya." Yudha menoleh kepada Arinda yang terlihat sok serius dengan komputer di depannya.
"Siap, Pak!" seru Leon menyodorkan sekotak teh lagi kepada Arinda.
Sesaat Yudha tersenyum melihat tingkah Arinda yang terang-terangan mengabaikannya, setelah insiden deklarsi cintanya, yang ternyata tak dianggap serius oleh Arinda. Dia memutuskan untuk bersabar dan berharap, agar suatu hari nanti tumbuh benih cinta di hati Arinda untuknya.
❤️❤️❤️
15.30
"Buru-buru banget, Beb?" tanya Velina melongok kubikel Arinda.
Arinda menoleh sambil manyun. "Banget, nih."
"Mau pulang awal?"
"Emang boleh?"
Velina menyeringai. "Boleh, kalau gue bosnya. Hahaha."
Arinda tersenyum lemah. "Lo udah?"
"Santai gue. Giliran Leon yang kerja sekarang." Velina melihat Leon yang sedang sibuk mengecek dan mengetik di komputernya. "Nggak tertarik, lo?" tanyanya mencoba memulai obrolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️
Roman d'amourArinda sering mendengar 'Perbedaan antara cinta dan benci itu tipis sekali, setipis sehelai rambut yang di bagi menjadi sepuluh'. Sungguh sangat tipis sekali kan??! "Kamu marah sama Saya gara-gara tadi Frappuccinonya Saya ambil?" "Bapak nggak pentin...