"Ya ampun, besok day off! Seneng banget nggak, sih?" Suara Velina memenuhi ruangan saat jam makan siang sudah tiba
"Semua senanglah, ya. Kecuali para jones!" Leon menahan tawa di balik kubikelnya.
"Seneng banget ya lo, nyinyirin gue?" sahut Arinda sambil menyimpan beberapa file yang dikerjakan.
"Gue nyinyirin Abi kali, Ar," timpal Leon.
Abiyan tidak merespons.
"BTW, bridal party lo kapan sih, Ve? Prewed aja udah zaman kapan," tanya Leon.
"Suka-sukalah, ya. Mau prewed kapan aja." Velina tertawa renyah.
"Beb, lunch di bawah apa gimana? Gue mau ke devisi sebelah soalnya," tanya Arinda.
"Ke sana aja dulu," jawab Velina.
"Oke."
Velina kemudian menghilang di balik pintu.
Tak lama ponsel Arinda menyala.
J. Yudha : Mau lunch apa?
A. Novita : Apa aja boleh.
J. Yudha : Yang kamu suka?
A. Novita : Kamu.
Yudha hampir tersedak membaca balasan chatting Arinda.
Apakah Arinda barusan menyatakan perasaannya?
Jantung Yudha jadi jumpalitan tak keruan.
J. Yudha : Serius tanya.
A. Novita : Serius jawab, Bapak.
J. Yudha : Mau rica-rica apa geprek?
A. Novita : Geprek aja.
J. Yudha : Okay, nanti OB-nya ke kamu, ya
A. Novita : Okay.
❤️❤️❤️
20.22 WIB
"Coba kamu jelasin." Yudha menyodorkan ponselnya kepada Arinda. "Ini apa?" tanyanya membuka laman whatsapp-nya dan menunjuk isi chat-nya dengan Arinda tadi siang.
"Masak gitu dijelasin lagi?" Arinda menatap Yudha sekilas
"Yeah ... yang kamu tulis itu multitafsir."
"Nggak juga, sih."
"Jadi ...." Yudha membenarkan posisi duduknya menghadap Arinda, "kamu mau, jadi pacar saya?"
"Nembaknya bos jaman old sama kids jaman now beda banget, ya." Arinda ikut membenarkan posisi duduknya menghadap Yudha.
Alis Yudha terangkat, meminta jawaban.
"Gini banget ya, nembaknya. Di bahu jalan, dalam mobil pula. Nggak proper banget 'kan ya?"
Yudha tertawa kecil. "Besok deh direpeat."
"Jawab juga besok, ya." Arinda mengulum tersenyum.
Yudha tersenyum simpul sambil asyik menekuri mata Arinda yang terlihat sedikit berbinar sekarang. "Janganlah. Sekarang aja."
"Yes, I do." Arinda menyentuh punggung tangan Yudha dan menangkupkan telapak tangan Yudha di pipinya sambil tersenyum manja.
Wajah Arinda terlihat semakin merona karena cahaya dari gemerlap lampu dari luar mobil.
"Thanks a lot," ucap Yudha meraih kepala Arinda dan menenggelamkannya di dada.
Ya, sepertinya Yudha tidak bisa berhenti tersenyum sekarang.
Arinda dapat merasakan degup jantung Yudha yang sangat teratur dan belaian lembut jemari Yudha di kepalanya. Terasa sangat menyenangkan dan menenangkan baginya. Membuatnya terus mengembangkan senyum sampai beberapa detik selanjutnya.
Ya, mereka berdua resmi berpacaran.
❤️❤️❤️
Sebuah benda berkelip-kelip menggelinding di kaki Arinda saat berjongkok mengambil kartu ATM yang jatuh. Lalu dia melihat dua kaki mungil berbalut legging dan sepatu bermotif crown mendekat ke arahnya. Membuatnya mendongak dan melihat balita cantik berkepang dua yang menatap ke arahnya. "Hai. Ini punya kamu?" tanyanya tersenyum seraya menyodorkan mainan berbentuk apel itu ke arah gadis kecil di depannya.
"Richie!"
Terdengar suara memanggil gadis kecil itu
Arinda berdiri dan melihat Elena yang bergelayut manja pada lengan seseorang.
"Arinda?" Abiyan menyapa.
Arinda mengembangkan senyum. "Long time no see ya, El. Udah gede aja anak kamu," sapanya kepada Elena.
Elena hanya tersenyum ragu.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Abiyan.
"Jalan," jawab Arinda.
"Yang gini bagus nggak, Ar?" tanya Yudha yang menyembul dari samping belakang membawa bantal bayi berwarna pink.
Semua mata seketika menatap ke arah Yudha.
"Pak Yudha." Abiyan tersenyum.
"Oh, hai," balas Yudha.
Elena menelanjangi penampilan Yudha dari ujung rambut sampai ujung kakinya.
"Bagus." Arinda mengambil bantal yang dipegang Yudha sambil manggut-manggut. "Mau cari apa lagi?" tanyanya.
"Jumper?" usul Yudha.
Arinda mengangguk. "Gue duluan ya, guys," ucapnya tersenyum manis kepada Abiyan dan Elena yang menatapnya.
Tampak hanya Abiyan yang terlihat membalas senyuman Arinda.
"Pacarnya Nov?" tanya Elena saat Arinda dan Yudha menjauh.
"Bos aku di kantor," jawab Abiyan.
"Bos kamu?" tanya Elena tidak percaya.
"Iya. Bosnya Novita juga."
"What?!" pekik Elena memutar bola mata. "Jadi kalian satu kantor?" tanyanya.
Abiyan mengangguk santai.
"Dan kamu baru bilang ini sekarang?" tanya Elena dengan gurat marah di dahinya.
"Ya, buat apa sih, aku ngomong hal itu?"
Elena geleng-geleng. "Haruslah, Yan!"
"Nggak penting, El. Kamu kira dia masih punya perasaan sama aku setelah 3 tahun lalu?"
"May be. Kamu yang akan punya perasaan sama dia," tuduh Elena.
"Jangan childish gitu, deh," pinta Abiyan.
"Whatever!" Elena menggandeng Richie keluar dari baby shop itu.
See you next capt! ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️
RomanceArinda sering mendengar 'Perbedaan antara cinta dan benci itu tipis sekali, setipis sehelai rambut yang di bagi menjadi sepuluh'. Sungguh sangat tipis sekali kan??! "Kamu marah sama Saya gara-gara tadi Frappuccinonya Saya ambil?" "Bapak nggak pentin...