Januari 18 - Analisis kecocokan!

8.5K 704 9
                                    

Hai...

Babe...

Lagi ngapain Sayang?

Hai Sayang, Udah makan?

Jangan lupa makan ya Sayang...

Arinda menghapus semua pesan whatsapps yang akan dia kirim pada Yudha sambil berfikir frustasi, memikirkan apakah Yudha marah padanya karena setelah percakapan terakhir mereka kemarin, sepanjang perjalanan Yudha tidak berbicara apapun lagi pada Arinda.

Maaf ya Sayang...
Jangan lupa makan...
Good Night...

Kalimat itulah yang akhirnya dikirimkan Arinda pada Yudha sebelum dia memejamkan matanya, Arinda tidak berani menunggu balasan dari Yudha, dia pun tidak berani menerima kenyataan jika nanti Yudha tidak membalas pesan darinya.

Ketakutan Arinda terjadi, Yudha memilih tidak membuka pesan dari Arinda meskipun dia sedang online.
Arinda menarik selimutnya frustasi. Seperti itukah sikap Yudha jika marah? mengabaikan, sekalipun itu adalah dirinya. Untung saja besok tanggal merah, jika sekarang dia tidak bisa tidur karena Yudha, maka tidak akan ada masalah karena besok dia tidak bekerja.

Kamu marah?

Arinda memilih kembali mengirim pesan meskipun dengan jelas Yudha mengabaikannya. Tidak ada tanda-tanda Yudha akan membalas pesan darinya.

Besok jadi? aku kerumah kamu?

Arinda hampir berteriak setelah mengirim pesan itu pada Yudha. Saat dirinya akan menenggelamkan kepalanya dalam selimut, ponsel Arinda berdering.

J Yudha
Terserah kamu

Oh my God... Dia benar-benar marah.

💔💔💔

"Mami," Arinda menyapa Hani yang sedang menyesap kuah sup, Hani menjawab dengan bergumam sambil membuka toples garam.

"Mami dengar suara banyi nangis nggak?"

Hani tampak berfikir "Kenapa?"

"Mami dengar nggak?"

"Maksud kamu anaknya Kinanti?"
Arinda mengangguk ragu

"Mami tahu kalau Kinan ada di sini?"

"Tahu, setiap hari Mami lihat dia jemur bayinya di depan,"

"Oooh" Arinda manggut-manggut

"Kenapa?"

"Hmm, Mami udah tengokin bayinya?"

"Udah kemarin,"

Arinda menghela nafas "Mami kok nggak bilang-bilang?"

Hani belum menjawab, "Emang kalau Mami bilang, kamu mau ikut? lagian Mami tengokinnya pagi hari kan kamu ngantor,"

Arinda diam, "Waktu acara baby showernya Kinan juga kamu Mami ajak kesana, tapi kayaknya kamu berat hati gitu," Hani meletakkan Sup di atas meja.

Arinda manyun "Ya udah," Arinda menjawab sambil berbalik, berniat meninggalkan dapur

"Kamu nggak sarapan?"

"Nanti deh Mam, kalau udah nggak bad mood," Arinda menjawab tanpa menoleh kebelakang

"Bad mood kenapa?" Hani bertanya yang hanya dijawab dengan senyuman aneh Arinda

Sepertinya Yudha memang marah, sampai pagi ini Yudha sama sekali tidak mengirim pesan whatsapp apapun pada Arinda, padahal dari tadi dia sedang online dan sempat memposting story video dirinya yang sedang mengendong Mentari. Arinda pun akhirnya memberanikan diri untuk menelpon Yudha.

Tuuut...
Tuuut...
Tuuut...
Tuuut...

Belum ada jawaban sampai panggilan berakhir secara otomatis.

Fix ngambek, jadi gini kalau ngambek? childish! Arinda merutuk dalam hati.

Sebuah pesan masuk saat Arinda akan merebahkan tubuhnya, putus asa.

J Yudha
Ada apa?

Arinda
Kamu marah?

J Yudha
Enggak

Arinda
Kalau nggak marah kenapa jawaban kamu gitu banget?

J Yudha
Katanya mau main kerumah?

Arinda
Okey, lima belas menit lagi. Tunggu aku di gerbang depan.

💔💔💔

Arinda mencoba menenangkan diri dihadapan keluarga inti Yudha, mereka semua berkumpul diteras rumah saat Arinda dan Yudha datang, sepertinya mereka semua sedang menemani Kinan menjemur Mentari. Hanung, Irina, Kinan dan Bryan kompak menatap penuh tanya kearah Arinda saat dirinya tersenyum kikuk sambil membawa kotak kado untuk Mentari.

"Pagi Om, tante, Kinan, Pak Bryan," Arinda menyapa sopan

"Pagi Arinda," Irina beranjak dari kursi

"Pagi Kak," Kinan tersenyum ramah sambil menimang Mentari.

Selanjutnya Hanung dan Bryan ikut menjawab sapaan nervous Arinda.
Arinda menoleh kikuk kearah Yudha yang menaikkan alisnya penuh tanya.

"Arinda mau nengokin Mentari Mah," Yudha bersuara

Irina tersenyum manis "Duduk yuk, sayang," Irina meraih jemari Arinda untuk mengikuti dirinya kearah Sofa ruang tamu. "Kinan sini sayang,"

"Sini Abang aja yang gendong," Yudha mengulurkan tangannya pada Kinan untuk menggendong Mentari.

"Sini sama Mamah aja, kamu bikin minum gih,"

"Nggak apa-apa tante, jangan repot-repot," Arinda bersuara, mencegah agar Yudha tak meninggalkannya sendirian bersama Irina.

"Nggak repot sama sekali kok, kapan hari mama kamu kesini nengokin Mentari sama kakak ipar kamu,"

Arinda hanya merespon dengan senyuman dan anggukan, tidak tahu harus menjawab dengan apa lagi.

"Mau belajar gendong bayi?" Irina tiba-tiba mengarahkan Mentari pada Arinda, Arinda memindai Mentari dari lengan Irina dengan hati-hati.

"Hai Mentari, cantik sih," Arinda mengelus lembut pipi gembul Mentari, Mentari menggeliat manja di pelukan Arinda.

"Udah pantas punya Bayi," Yudha mebyembul dari balik pintu sambil membawa dua jus strawberry di nampan.

Irina dan Arinda kompak menoleh kearah Yudha yang kini sudah duduk di sebelah Arinda.

"Cocok nggak Mah,?" Yudha tersenyum sangat manis sambil mencondongkan kepalanya kearah Arinda yang terlihat spechless.

"Yudha sama Arinda?" Yudha bertanya lagi sambil menatap mata Ibunya.

"Tante Inaaa," Terdengar suara lain memotong dari balik punggung Yudha dan Arinda. Arinda menoleh kesumber suara saat melihat bocah laki-laki yang sudah duduk manja dipangkuan Yudha saat Ibunya mendekati mereka.

"Hai Alisha," Irina menyapa sambil tersenyum. Pandangan Arinda beralih menatap perempuan bernama Alisha yang kini sudah mencoba mengambil Mentari dari gendongannya.

"Hai Mentari sayang ponakan aunty," Alisha menyapa Mentari sambil mengulurkan tangannya pada Arinda, kini Mentari sudah berpindah ke gendongan Alisha.

"Yudha keluar dulu ya Mah," Yudha meraih pergelangan tangan Arinda.

"Om mau kemana?" Bocah laki-laki yang terlihat seperti berumur delapan tahun itu meraih tangan Yudha yang sudah mengenggam jemari Arinda.

"Kafa ikut," Bocah laki-laki itu sukses merebut tangan Yudha yang mengenggam Arinda tadi.

💔💔💔

MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang