Januari 26 - Menunggu yang menyakitkan

8.3K 640 34
                                    

Happy reading guys! 🤗

~~~ Terkadang, Tuhan sengaja membuat kamu menunggu, menunggu, dan menunggu lebih lama sebelum akhirnya membuatmu bahagia~~~

"Gimana beb? sold out?" Velina memberi sambutan pada Arinda dan Abiyan yang sedang duduk di sofa, mereka baru saja kembali setelah jam makan siang lewat.

"Harusnya sih udah, karena Sales binaan lo sama Leon yang payah banget, waktu opening kita jadi mundur dua jam," Arinda menjawab.

Tugasnya dengan Abiyan memang tidak seharusnya sampai pada peninjauan lapangan seperti ini, harusnya Leon dan Velinalah yang bertanggung jawab dengan Bazar ini, karena mereka adalah Asisten Sales Manajer, karena semua konsepnya sudah Arinda dan Abiyan kerjakan, tapi karena kali ini bersamaan dengan launching produk baru, maka Arinda dan Abiyan yang harus meninjau seberapa laku produk baru mereka pada even Bazar dan promosi kali ini.

Velina cemberut "Mereka kejebak macet, bilangnya sih gitu, dan gue udah kasih sangsi hangusin bonus mereka,"

"Lo udah maksi,?" Velina bertanya sambil melirik dapur

"Bos traktirin kita, soto lamongan sepanci!" Velina berkata antusias

"Udah sih," Arinda menjawab tidak enak

"Yaaah," Velina merespon kecewa, apalagi Yudha, pasti kecewanya berlipat-lipat ganda, karena Arinda lebih memilih makan bersama mantan kekasihnya dibanding dengan dirinya.

"Clara, ruangan saya sebentar," Yudha hanya berlalu tanpa menyapa Arinda terlebih dahulu, Clara dengan sigap beranjak meninggalkan mejanya.

Velina, Arinda, dan Abiyan kini sudah berada di kubikel masing-masing.

"Dari mana aja lo, sista?" Leon menarik kursinya kearah Arinda.

Arinda hanya melirik sebentar kemudian memilih mengabaikan Leon dengan menghidupkan komputernya.

"Nggak maksi lo? lagi diet?"

"Yakin? spesial traktiran Bos ini, keterlaluan banget kalau lo sampe nggak makan," Leon masih gencar mencari perhatian Arinda agar tertarik dengan obrolannya.

"Udah makan gue,"

"Hah?! makan berduaan dong sama Abi?!"

"Kepo sih lo, nggak ada kerjaan?" Arinda menanggapi malas

"Wah, lo ternyata gitu ya, kanan kiri oke?"

"Astaga! mulut lo minta di gampar banget ya Pak," Arinda mulai termakan ucapan Leon.

"Haha, serius banget sih lo, nggak asyik," Leon tertawa puas karena berhasil membuat Arinda sebal.

Arinda melihat ke ruangan Yudha, belum terlihat Clara keluar dari sana, dia menghela nafas berat.

"Kak Abi dipanggil Pak Yudha," Akhirnya terlihat Clara keluar.

Arinda menenggelamkan kepalanya di meja, dia mengetukan ponselnya ke meja berulang kali dengan gelisah. Jemarinya menyentuh screen ponsel, tidak ada pesan apapun dari Yudha untuknya.

❤️❤️❤️

Sampai pukul lima sore, Arinda belum menerima pesan dari Yudha yang berisi ajakan untuk candle light dinner. Arinda jadi makin gelisah.

Ponsel milik Irina berdering keras ketika dirinya sedang memasak didapur. Yudha mengangsur ponsel itu pada ibunya kemudian mengetik sesuatu pada ponsel miliknya.

J Yudha
Tiga puluh menit lagi aku jemput di depan rumah ya.

"Hai sayang," Irina menyapa ceria.

MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang