Januari 15 - Bukan Komitmen?

10.4K 852 9
                                    

Dalam menjalin suatu hubungan, kamu pasti akan berusaha melakukan apa pun yang terbaik untuk dia yang kamu cintai

Arinda memutuskan untuk menelepon Yudha setelah membaca pesan terakhir kekasihnya itu. Dia bahkan mondar-mandir di sekitar kamar menunggu panggilannya yang tak kunjung dijawab.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Arinda saat panggilan teleponnya sudah diterima Yudha.

Yudha yang sudah bersiap pergi, membenarkan sealt beat sambil menempelkan ponsel di telinga kanannya. "Mau ngajak kamu pacaran," jawabnya santai.

"Kok mendadak?" tanya Arinda yang bersiap duduk di lantai balkon kamar.

"Nggak mendadak. Udah aku rencanakan dari jauh hari pas surat tugas kamu baru keluar. Tadinya aku mau kasih surprise gitu sama kamu, tapi nggak jadi. Nanti kamu marah," jelas Yudha usai berhasil memasang earphone di telinga sambil melajukan mobil.

Arinda cemberut. "Emangnya aku moody?"

"Nggak. Kamu itu lucu." Yudha menahan tawa, membayangkan kerucut di bibir kekasihnya itu.

Arinda tidak menjawab, selain hanya helaan napasnya dan bibir yang sedang manyun.

"Ya udah. Besok weekend kita pacaran ya di Mexicola."

Arinda hampir tertawa mendengarnya. Dia pikir pacaran itu semacam aktivitas apa? Bukan komitmen? Lucu banget, sih?

"Oh, ya. Abi udah balik Jakarta?" tanya Yudha.

"Nggak tahu."

"Harusnya sih udah. 'Kan meeting udah selesai."

Arinda memilih tidak menjawab.

"Kecuali kamu ya. Karena pacaran dulu sama aku," goda Yudha. "Tapi besok," lanjutnya.

"Kirain mau ngajakin candle light dinner." Arinda urung tersenyum mendengar itu. Lalu memilih mengetuk-ngetuk pagar balkon di depannya.

"Kamu pengin?"

"Heem." Arinda hanya berdeham sambil melihat gemerlap lampu temaram di sekitaran pantai. Namun, tidak hanya melihat temaran lampu yang semakin malam semakin indah, dia juga melihat beberapa pasang kekasih. Karena tidak mungkin, jika mereka hanya sahabat, tetapi menghabiskan waktu berdua di tepi pantai dan saling bertukar senyuman sambil menikmati deburan ombak yang tidak pernah lelah berkejaran. Mereka semua pasti pasangan kekasih.

"Ini aku masih ke RS dulu. Kinan lahiran."

Air muka Arinda berubah. Bahkan dia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya "Alhamdulillah ya, Sayang. Nggak sabar pengen lihat babynya. Pasti cantik banget," ucapnya antusias.

"Ya, omnya ganteng soalnya," timpal Yudha jenaka.

Arinda tak bisa menahawan tawa renyahnya. "I know. Tapi bukannya gen kamu nggak ada ngaruhnya ya sama babynya Kinan. Dia cantik karena Pak Bryan ganteng. Itu baru logis."

"Aku lebih ganteng kali dari Bryan," sergah Yudha seperti anak kecil.

Arinda hanya tertawa. "Ya, terus?"

"Jadi nanti anak kita lebih cantik, dong."

Sekali lagi Arinda tertawa cukup lama.

"Kayaknya kamu lagi seneng banget sih sekarang."

"Yeah, thanks a lot, Babe. For making me feel so happy."

Bibir Yudha terus mengembangkan senyum. "Bisa ya, ada makhluk semanis kamu gini?" gumamnya seraya membayangkan pipi merona Arinda yang belum dilihatnya sejak 2 hari kemarin.

MY PRECIOUS EMPLOYEE [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang