3. XII IPS 2

1.9K 114 2
                                    

Tidak sulit menemukan ruangan yang dimaksud pak Samsul tadi, letaknya tidak terlalu jauh dari tangga yang tadi pagi ku gunakan untuk bersembunyi.

Setelah berada di hadapan pintunya, aku refleks menghela napas saat telingaku mendengar guru di dalamnya sedang menjelaskan materi sejarah, pelajaran yang paling membosankan dan unfaedah menurutku.

Tapi kali ini aku tidak dapat membuat pilihan seperti tadi pagi, karena yang aku inginkan saat ini segera duduk di bangku karena kaki ku sudah terasa pegal akibat terus berjalan sejak pagi.

Ku dorong pintu tersebut perlahan, setelah itu aku tak mendengar lagi suara guru yang sedang menjelaskan materi sejarah tadi. Namun yang kudapatkan saat ini adalah perhatian penghuni kelas yang tertuju kepadaku.

Eitss tunggu dulu, tatapan mereka saat itu berbeda, bukan lagi tatapan aneh melainkan tatapan penasaran.

Setelah tubuhku berada di dalam kelas, ku tutup pintunya, setelah itu aku menghampiri guru yang sedang berada di depan kelas.

"Kamu anak baru?" tanya guru itu kepadaku.

Lalu hanya ku balas dengan anggukkan pasti.

"Nama kamu siapa?" tanyanya kembali.

"Nama saya Gwen."

"Yasudah perkenalkan dulu namamu ya."

Aku langsung meggeleng saat guru itu menyuruhku memperkenalkan namaku di depan kelas.

"Itu tidak penting Bu, nanti mereka juga akan tau sendiri."

Ku lihat guru itu menggeleng sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.

"Baiklah, kamu duduk di sana. Oh iya, rapihkan dulu bajumu!" guru itu menunjuk tempat kosong di sebelah seorang siswa yang sedang fokus mencatat materi di papan tulis.

Setelah itu aku langsung berlalu dari hadapannya, kemudian menghampiri bangku kosong yang kini menjadi milikku sembari melipat sedikit bajuku ke dalam agar terlihat rapih. Sebenarnya waktu itu aku sempat kecewa karena letak bangkunya ada di jajaran ketiga bukan di jajaran terakhir. Tapi tak apalah yang terpenting kali ini aku bisa duduk karena pegal di kaki ku mulai terasa parah.

Setelah aku duduk, keadaan kelas kembali seperti semula, guru itu kembali melanjutkan penjelasannya dan para siswa kembali memperhatikannya termasuk juga siswa di sampingku.

Namun tidak denganku, aku lebih memilih mengambil earphone yang berada di saku rokku dan menyumpalnya ke kedua telingaku. Setelah keduanya terpasang dan lagu di dalamnya berputar, ku arahkan pandanganku ke papan tulis seolah-olah aku sedang memperhatikan penjelasan guru, tapi nyata tidak.

Setelah duapuluh menit berlalu, kebosanan ku semakin berkembang biak. Namun Bu guru itu masih semangat menjelaskan materinya di depan kelas. Padahal aku dapat melihat dengan jelas ke sekelilingku bahwa siswa lain juga sudah terlihat bosan dan mengantuk tapi tetap saja semangat 45 masih terpancar jelas di guru tersebut.

Untuk mengusir kebosanan, aku memilih memainkan handphone dibawah kolong meja, sepertinya kebosanan ini akan hilang jika aku memainkan game online yang berada di dalamnya.

Baru saja aku akan menekan tombol play game, tiba-tiba sebuah suara mengintrupsiku untuk kembali memperhatikan guru di depan kelas. Tapi masa bodo, tidak kuperdulikan suara itu dan tetap ku lanjutkan permainan ini.

"Gak boleh main HP saat jam pelajaran."

Aku berpura-pura tidak mendengar kata-katanya.

"Atau mau gue bilangin ke Guru, biar HP lo di rampas?"

"Tukang ngadu!"

Aku masih menghiraukannya dan tetap asyik pada permainan yang sedang berlangsung ku mainkan. Namun yang membuatku kesal setelahnya bukan karena permainanku mati di tembak ataupun masuk ke jurang, tapi karena tangan pria di sampingku merampas paksa handphone ku dan menyimpan di saku bajunya.

Setelah itu aku hanya dapat bungkam sembari memperhatiakan guru di depan.

Huh, menyebalkan. Kataku dalam hati.

***

Saat jam istirahat, ku rebut paksa handphone milikku. Setelah berhasil kembali ke tanganku, kutinggalkan pria itu dengan tatapan kesalku.

"Seenaknya aja!"

Itu kataku sebelum pergi meninggalkannya tadi.

Setelah itu aku buru-buru pergi ke kantin untuk menyenangkan para cacingku yang sudah mulai kelaparan.

Setibanya di kantin, aku mendapati Dion, Anton, David dan Randy yang sedang berkumpul di meja kantin paling pojok. Tidak ada orang lain yang duduk di sana selain mereka, bisa ku tebak itu adalah markas mereka ketika istirahat.

Saat aku hendak menghampiri salah satu kedai makanan untuk mendapatkan semangkuk mie ayam incaranku, suara Dion lebih dulu membuat pergerakkanku terhenti, dia kemudian memanggilku agar segera bergabung bersama mereka.

Awalnya aku tolak, karena sudah nanggung sebentar lagi giliranku untuk memesan makanan. Tapi suara Dion yang semakin terdengar memaksa mambuat ku harus merelakan antrianku untuk orang lain.

Tatapan seluruh penghuni kantin tertuju kepadaku, tepatnya saat aku meninggalkan antrian dan berjalan menghampiri bangku Dion. Saat itu aku biasa saja, tidak grogi ataupun malu, karena saking terbiasanya aku dan rambut coklat ku ini menjadi pusat perhatian.

Sisi Bad Girl ku ini yang membuat diriku menjadi sosok pemberani yang tak tau malu dan percaya diri. Semua sikap itu sudah melekat pada nama Gwen di sekolah manapun.

David menggeser tubuhnya dari Anton, memberikan ku ruang untuk aku bergabung di antara mereka berdua.

"Gak usah ngantri tunggu aja di sini." Kata Dion kepadaku.

Setelah itu Dion memanggil salah seorang siswa yang hendak melewati bangkunya. Dan tanpa membantah ataupun menolak, siswa yang dipanggilnya itu langsung menghampiri Dion dengan raut wajah yang sedikit ketakutan.

"Eh lo sini!"

"Iya Kak?"

"Pesenin satu mangkok mie ayam sama lemon tea buat dia. Gak pake lama ya."

Ku perhatikan siswa itu yang sedikit berlari menuju kedai mie ayam, benar saja tebakkanku di awal tadi. Dion memang ditakuti oleh para siswa.

Saat mataku sedang memperhatikan siswa yang sedang membelikan mie ayam milikku, tak sengaja mataku menangkap sosok pria yang menjadi teman sebangku ku, pria itu tertangkap basah sedang menatap ke arahku, dan ketika aku menatapnya, dia langsung mengalihkan padangannya ke arah lain.

Dan dapat dilihat teman di sampingnya sedang memberitaukan keberadaanku kepada pria itu, namun aku pura-pura saja tidak melihat mereka dan tengah asik bersama Dion, David, Anton, dan Randy.

Gwen (a story about bad girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang