34. Bertamu

845 64 4
                                    

Fixx aku merasa kesal saat puncak klimaks mimpi indahku di gantikan oleh suara Bi Asih yang menusuk telinga ku. Iya aku tau suara Bi Asih memang tidaklah buruk, tetapi suara Cameron Dallas yang memanggilku untuk bergabung di panggung bersamanya terdengar sangat merdu di banding suara Bi Asih yang membangunkanku.

Hufttt. Katakan saja aku hampir menangis saat kenyataannya aku jarang sekali memimpikan pangeranku itu, di saat aku memimpikannya dan aku lah lucky people di mimpi itu, aku malah mendapat kenyataan buruk.

Yaitu dibangunkan hanya gara-gara seorang tamu yang entah siapa, yang beraninya mengganggu hibernasi seorang cewek PMS. Sepertinya orang itu belum tau bagaimana ganasnya macan betina yang bangun akibat tidurnya terganggu.

Setelah mencuci muka, akupun turun ke bawah, kemudian terlebih dulu menghampiri Bi Asih yang sedang membuat roti isi di meja makan.

"Bi Gwen mau si Sapi ya, abis gitu rotinya pakai selai coklat sama kacang aja."

"Ada lagi Neng?"

"Emm.. enggak deh kayaknya Bi."

"Oh yaudah atuh Neng. Oh iya Neng gak ganti baju?"

Aku menatap baju yang saat ini ku kenakan. Setelah piyama dengan lengan pendek bergambar monster inc berwarna tosca yang menjadi pakaian kebanggaanku. Ditambah sepasang sendal rumah dengan kepala stich yang berbulu tebal melengkapi penampilan jiwa rumahanku kali ini.

Lalu yang menjadi pertanyaannya apa salahnya aku memakai baju ini?

"Lah emangnya kenapa Bi?"

"Tamunya cowok ganteng loh Neng, masa gak mandi dulu."

"Aihh si Bibi, semua cowok mah pasti ganteng Bi, kalo cantik kan cewek. Yaudah Gwen ke depan dulu ya Bi."

Setelah itu aku beranjak meninggalkan Bi Asih yang kembali asik dengan kegiatannya. Awalnya aku masa bodo, berjalan santai dengan PD nya menuju pintu utama, namun saat pintu di buka rasa PD ku tiba-tiba merosot, ingin rasanya aku pergi, hilang dan di lupakan oleh pria yang ada di hadapanku  saatini.

"Selamat siang putri tidur." Ujarnya dengan sarkas.

Aku yang sedang mencoba menahan malu, berusaha membalas ucapannya dengan sedikit gugup.

"H hai Zulfikar."

Setelah tenggelam dalam kegugupan dan rasa malu, aku kembali berenang menyelamatkan diri agar tidak terlihat bodoh di hadapan Zulfikar, cowok yang aku klaim bahwa aku menyukainya.

"Eh ayo masuk, gue kira siapa orang gila yang namu pagi-pagi gini." Aku kemudian mempersilahkannya masuk, Zulfikar pun masuk ke dalam rumahku dengan membawa.. tunggu, jadi dia datang ke sini untuk menyerah barang-barangku yang tadi malam tertinggal?

OMG aku sampai melupakan si minions yang nyatanya sangat terlihat jelas tadi malam tapi aku malah mengabaikannya gara-gara ungkapan itu.

"Lo sebut gue orang gila Gwen di saat jam sebelas lo bilang pagi? Manusia luar biasa."

Aku tidak menyadari bahwa Zulfikar sudah terlebih dulu duduk sebelum aku persilahkan sekalipun, saking terkejutnya mendengarkan fakta bahwa saat ini sudah jam sebelas.

Ah yasudah lah. Akupun ikut bergabung di sampingnya, memperhatikannya yang terlihat tampan saat ini. Ah aku jadi teringat Zaidan dengan wajah dinginnya.

Huft dia lagi.

Lupakan!

"Ni minions jumbo lo ketinggalan di mobil gue, ini juga semua barang lo yang ketinggalan." Zulfikar hanya menyerahkan bonekanya kepadaku, sedangkan barang lainnya ia simpan di sofa kosong.

Gwen (a story about bad girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang