12. Hari tersial

1K 62 0
                                    

Hari ini seharusnya aku berada di lapangan bersama siswa lain yang sedang mengikuti upacara, tapi aku tidak mau berpanas-panasan seperti mereka sehingga saat ini yang aku lakukan adalah bersembunyi di belakang sekolah bersama Dion, David, Randy, dan Anton.

Sampai saat ini situasi masih aman, aku dan ketiga pria itu sedang asik bermain ludo di handphone milik Anton, sedangkan Anton nya sendiri sedang membaringkan tubuh di rerumputan, Anton bilang semalam ia tidak tidur karena menemani pacarnya yang sedang nonton drama korea lewat vidio call.

Dan hari ini yang sengsara adalah Anton nya sendiri karena merasa sangat berat untuk membuka matanya.

"Anjir gue dapetin satu susah amat!"

"Mampus lo gue balap nih bentar lagi."

"Anjing gue juga satu lagi."

"Ya Tuhan semoga keluar satu."

"Jangan ya Tuhan, dia mah kalo di kasih satu suka pengen nambah entarnya."

"Kalo mie ayam kantin baru gue nambah."

Sekarang giliranku, sebelum menekan dadu aku terlebih dahulu memanjatkan doa demi makan gratis selama seminggu.

Angka yang kucari saat ini satu, sungguh aku sangat membutuhkan angka itu yang keluar dari daduku.

Setelah doa selesai dipanjatkan, aku tersenyum miring ke arah empat pria yang ada di hadapanku ini.

"Liat ya, gue bakalan makan gratis setelah ini."

Lalu kutekan dadu tersebut, dan hasil dari dadunya membuat aku refleks menjerit bahagia. Namun saat itu juga aku langsung sadar dan langsung  menutup mulutku rapat-rapat.

Sial! Firasat buruk! Anjir perasaan gue tiba-tiba gak enak. Batin ku.

Dan benar saja, terdengar suara ketukan kayu yang di ketuk beberapa kali ke tembok. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Pak Yogi guru BK.

Yang kami lakukan hanya bisa pasrah, untuk kabur pun rasanya sudah nanggung, karena sudah jelas kami tertangkap basah bersembunyi di belakang sekolah pada saat upacara bendera.

Kami tidak berontak, kami terus mengikuti langkah Pak Yogi yang berjalan menuju lapangan upacara.

Nampaknya hukuman kali ini akan membuat kami matang sekaligus malu, karena sesampainya kami di lapangan, Pak Yogi langsung membawa kami berlima ke tengah lapang, menjemur kami tepat ke arah sinar matahari dan tepat ke arah siswa yang sedang upacara.

Walaupun kerap kali tak punya malu, tapi jika di hadapkan dengan siswa sebanyak ini maka rasa malu ku akan muncul. Ingat! bagaimana pun sikapku aku ini tetap manusia.

Wajahku mulai memerah sepertinya perpaduan dari sorotan sinar matahari dan rasa malu yang ku alami. Suara bisik-bisik siswa pun terdengar hingga ke telingaku, nampaknya setelah ini reputasi bad girl ku akan semakin terkenal satu sekolah, iya kupastikan itu akan terjadi.

Wajahku terus menunduk, sekalinya mendongkak, mata ku malah berpapasan dengan mata milik Zaidan. Nampaknya dia tidak terlihat terkejut, bahkan tatapannya terkesan biasa saja melihatku ada di sini.

Eh tunggu, kenapa aku jadi memikirkan Zaidan. Untuk apa aku memikirkan pria itu, huh tidak penting.

Seharusnya aku mempersiapkan diri untuk merasakan panas telinga, karena sebentar lagi kami berlima akan menjadi bahan omongan pembina upacara yang akan menyampaikan amanat, bukannya malah memikirkan Zaidan yang tidak penting itu.

Ku dengar suara ketukan di microfont dan suara deheman dari sang pembina yang berarti semua siswa harus diam saat ia memberikan amanat.

"Baiklah, Bapak mengucapkan terimakasih karena di pagi yang cerah ini Bapak ditemani oleh lima orang hebat yang kepergok main ludo di belakang sekolah pada saat upacara berlangsung."

"Inilah calon-calon perusak bangsa kita. Dan yang paling luar biasanya, geng Dion dan kawan-kawan mendapatkan personil baru yang berjenis kelamin wanita."

Aku semakin gugup saat Pak Yogi lebih terkesan menyinggung diriku di bandingkan Dion, Randy, Anton, dan David.

"Kamu."

Aku mengangkat kepala ku saat mendengar Pak Yogi berkata 'kamu', walau sebenarnya aku tidak tau kamu yang dia maksud adalah kamu yang mana.

Aku lalu menyenggol lengan David untuk menanyakan maksud perkataan Pak Yogi tadi. "Kamu yang mana si?"

"Lo Gwen."

Ku dengar suara Pak Yogi melanjutkan ceramahnya.

"Kamu, yang cewek! Biar apa ikut-ikut mereka? Biar jadi kids jaman now? Atau biar terkenal? Rambut berwarna, leher pake kalung anjing, gelang berjibun. Ini sekolah bukan tempat nongkrong."

Sepanjang ceramah itu, aku hanya dapat menahan telinga dan hatiku yang terasa panas. Anggap saja hari ini aku apes. Dan semoga minggu yang akan datang aku tidak akan apes lagi.

***

Setelah upacara selesai, seluruh siswa kembali lagi ke kelasnya masing-masing. Aku pun sama kembali ke kelas untuk mengisi absen ku hari ini. Di sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak siswa yang memperhatikanku tidak biasa, tatapannya seolah berkata aku ini patut untuk di jauhi.

Masa bodo lah, aku terus berjalan dengan santai ke kelas, tanpa memperdulikan mereka yang ku anggap tembok kelas.

Sesampainya di kelas, aku mendapati siswa siswi yang sedang ribet tidak karuan, seperti orang yang akan menghadapi banjir bandang.

Yang terlihat tenang di sana hanya satu orang, yaitu Zaidan. Keribetan di sekitarnya, seakan tidak membuat pria itu jadi ikut-ikutan ribet seperti yang lainnya.

"Pada ribet amat si, kaya mau ada gempa aja."

Itu lah yang kuucapkan setelah aku duduk di bangku ku.

"Orang waras pasti ribet, karena mereka mau ulangan."

Jadi dia bilang aku tidak waras hanya gara-gara aku terlihat masa bodo dengan yang namanya ulangan? Padahal sendirinya juga tidak terlihat ribet seperti orang lain, tidak salah dengan apa yang baru saja ia ucapkan?

"Lo sendiri aja kagak ribet, berati lo gak waras dong."

"Gue juga ribet, tapi gak se lebay mereka."

Baru saja aku akan membalas ucapannya untuk memulai perdebatan pagi ini, suara seorang guru membuat niatku menjadi tertahan. Guru itu dengan bersemangat menyuruh siswa mengosongkan meja dari benda apapun dan membagikan soal ulangan yang di bawanya.

"Oke satu pesan ibu, jangan mencontek. Mengerti?"

"Mengerti Bu."

Ketika yang lain serempak mengucapkan kata itu, sepertinya hanya aku sendiri yang mengucapkan kata yang bertolak belakang dengan apa yang di ucapkan mereka.

Gwen (a story about bad girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang