19. Kemana Perginya?

886 58 0
                                    

Malam ini cuacanya sedang bagus, sepertinya jika pelajaran hari ini di lakukan di balkon akan terasa lebih nyaman, karena jika bosan aku dapat menatap luasnya hamparan langit yang di penuhi bintang.

Oke fix, hari ini Zaidan harus mau mengajari di balkon. Jika dia tidak mau, maka aku akan berpura-pura tidak mau belajar! Iya itu rencanaku.

Ku tunggu kedatangan Zaidan di ruang tamu. Satu jam, dua jam berlalu Zaidan tak kunjung datang. Oh ternyata ini ya rasanya menunggu, capek dan membosankan.

Di dalam hatiku, aku terus tertanya-tanya kemana perginya pria itu? Biasanya dia paling tepat waktu datang jika akan mengajariku, tapi kali ini dia sudah telat dua jam. Apa dia sudah lelah mengajariku?

Apa dia berniat menghindariku?

Tidak, tidak mungkin. Dia kan anak kepercayaan guru. Sebut saja aku sudah berkali-kali ngegatakan kata-kata itu di cerita ini. Tapi memang begitulah kenyataannya.

Ku hubungi Dion untuk minta bantuannya agar mengutus semua suruhannya mencarikan nomor   handphone milik Zaidan. Dan aku yakin Yang Dion lakukan tidak akan mengecewakan.

Dan benar saja perkiraanku, tidak lama Dion mengirimkan nomot wattapps Zaidan kepadaku. Aku pun langsung menyimpan nomor itu dengan nama Guru Privat. Ya untuk sekedar senang-senang saja si.

Setelah kontaknya tersimpan ku buka aplikasi WA untuk mencari kontak yang baru saja ku simpan. Di sana aku dapat melihat foto Zaidan dengan senyum renyahnya terpasang sebagai foto profilnya. Saat ku buka room chat kontak Zaidan, di sana tertera tulisan last seen today at 18:03. Itu artinya satu jam yang lalu Zaidan on, tapi kenapa ia belum sampai juga di rumahku.

Dengan penasaran ku ketik beberapa kalimat yang akan ku kirim ke dalam room chat itu.

Guru Privat👴
Last seen today at 18:03...

Lo dimana?
Inget ngajar!
Gak datang2 gue tidur ya

Setelah ku kirim, keterangan pesan tersebut hanya menunjukkan tanda ceklis satu. Tidak ceklis dua ataupun biru seperti apa yang ku harapkan. Sepertinya Zaidan telat datang dan sedang di perjalanan sehingga iya tak sempat memainkan handphonenya.

Ku rebahkan kepalaku di atas tumpukkan kedua tanganku, malam ini benar-benar indah bintang di langit seakan saling berebut menampakkan senyumannya. Sepoi angin seakan membawaku ke dunia yang lebih damai, tenang dan yang pasti gelap.

***

Gigitan kecil di kulitku membuat aku terbangun dari kedamaian yang sedang ku rasakan saat ini, rasa kulitku pun menjadi gatal akibat gigitan nakal sang penghisap kecil. Sembari menggaruk hasil cipta karya nyamuk yang terasa gatal, mataku menatap keadaan sekeliling, ternyata aku ketiduran saat menunggu Zaidan sejak tadi, dengan cepat segera ku lihat jam yang terpampang di layar handphone ku, sudah satu jam berlalu Zaidan tidak datang juga, dan room chat nya pun tidak terjadi perubahan apapun, keterangannya sama dilihat sekitar tiga jam yang lalu total tambahannya.

Huft

Ini ya rasa menunggu?

Kenapa begitu melelahkan?

Membosankan?

Bikin ngantuk?

Yasudahlah aku lebih baik melanjutkan tidurku di atas tempat tidur, dari pada melanjutkan aktivitasku tadi yang akan membuat mataku semakin teler saja.

Setelah selesai membereskan semua buku yang sudah ku siapkan untuk belajar di balkon, aku lantas bergerak menuju kasur untuk melanjutkan hibernasiku sewaktu di balkon tadi.

***

Jam beker ku berdering menunjukkan pukul 06.00. Waktu yang sengaja ku atur agar aku bagun setiap paginya tanpa kesiagan. Setelah ku tekan tombol off dan jam beler itu berhenti mengeluarkan suaranya, aku lantas bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

Tak butuh waktu lama, setengah jam kemudian penampilanku kini sudah rapih, yang ku lakukan selanjutnya tinggal turun ke bawah untuk menyantap sarapan di ruang makan.

Sesampainya di meja makan, mataku berbinar melihat banyak sarapan yang dihidangkan di atasnya, apa setiap pagi meja makan selalu seperti ini? Atau aku yang tidak pernah menyadarinya setiap hari?

Mata ku beralih kepada Bi Asih yang sedang mencuci piring, sepertinya ia tidak menyadari keberadaan ku di sini saking asiknya dengan tumpukan-tumpukan piring itu. Aku pun memilih mandiri, membuat roti isi sendiri dengan segala bahan yang sudah tersedia di atas meja makan.

Mudah bukan? Hanya perlu mengoleskan selai ke atas roti, lalu menambahkan sesuatu yang ku mau seperti keju ataupun kacang.

Roti buatanku jadi berbarengan dengan selesainya perkerjaan Bi Asih di tempat pencucian piring. Saat Bi Asih berbalik ia sedikit terkejut dengan keberadaanku di meja makan yang sedang menyantap sepotong roti.

"Lah, Neng kapan ke sininya? Kok gak bilang Bibi kalo mau sarapan?"

"Bi Asih tadi sibuk nyuci piring si, yaudah Gwen buat sendiri."

"Maap ya Neng, Bibi gak denger tadi."

"Gak papa kok Bi, bukan masalah besar."

Setelah menyelesaikan sarapan, aku lantas berpamitan kepada Bi Asih untuk berangkat ke sekolah.

Aku sudah tidak sabar memberikan protes kepada Zaidan karena ia telah lalai dalam melaksanakan tanggung jawabnya.

Ditambah lagi tidak memberi kabar kepadaku kenapa ia tidak mengajar tadi malam. jika dalam lingkup sekolah, perbuatan Zaidan itu sudah dapt dikatakan alfa.

Tapi sesampainya di kelas aku tidak menemukan keberadaan pria itu di bangkunya. Biasanya ia selalu datang lebih awal di bangdingkan aku, tapi yang kudapati saat ini bangkunya masih kosong tanpa tas ataupun benda lain miliknya.

Ya mungkin dia sedang di kantin membeli sarapan.

Atau ke perpus membaca buku hingga bel masuk berbunyi.

Dan bisa jadi pergi ke toilet karena dia sedang mencret.

Iya mungkin semua kemungkinan yang aku pikirkan bisa terjadi oleh Zaidan saat ini.

Aku pun menunggunya di bangku ku, aku menyiapkan semua peralatan belajar dan duduk manis menunggu guru mata peljaran pertama, pokoknya aku harus terlihat lebih baik darinya jika ia baru datang ke kelas.

Lima menit kemudian, terdengar bel masuk berbunyi yang memebuat para siswa serentak menduduki bangkunya dengan rapih. Beberapa saat kemudian, saat keadaan kelas mulai hening, terdengar suara pintu terbuka dan itu sontak menjadi perhatian seluruh siswa.

"Tuh anak baru datang, dari mana aja coba?!" gumam ku pelan.

Aku yakin itu Zaidan, sepertinya ia lupa memakai jam sehingga ia tidak tau jam masuk saat di luar kelas tadi.

Tapi saat pintu kelas berhasil terbuka, di sana munculah seorang guru perempuan.

Aku seketika menghela napas berat, jadi kamana perginya pria itu?

Gwen (a story about bad girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang