1. Sekolah baru (lagi)

3K 144 50
                                    

Aku menatap gerbang hitam yang menjulang tinggi di hadapanku. Gerbangnya sudah tertutup rapat dengan gembok besar yang menggantung di tengahnya. Padahal aku hanya telat sepuluh menit, tapi gerbang sudah memenjarakan orang-orang yang ada di dalamnya.

Huh, sekolah yang ketat lagi. Batinku.

Aku lalu mengedarkan pandangan ke segala arah, keadaannya benar-benar sepi, pos satpam yang berada di samping dalam gerbang pun kosong tanpa penghuninya. Sudah mirip kuburan saja sekolah ini.

Saat itu pilihanku ada tiga. Pertama, nunggu sampai lumutan, kedua, manjat lewat tembok belakang sekolah, dan yang ketiga, balik terus tidur di rumah.

Aku tinggal memilih salah satu, dan urusan hari ini pun selesai.
Tidak perlu banyak mikir, karena sejujurnya aku tidak suka berpikir, akupun memilih pilihan ke tiga. Toh sekolah menurutku tidak begitu penting pada waktu itu.

Saat kaki ku akan beranjak dari hadapan gerbang yang tak kunjung terbuka, tiba-tiba suara seseorang memanggil namaku, setelah itu yang terdengar adalah suara gembok yang dibuka, dan firasatku berkata aku tidak akan melakukan pilihan ketigaku tadi.

"Siswa sekolah ini juga?"

Pria tua itu menggeleng saat aku berbalik dan memberikan anggukan malas kepadanya.

"Kamu tau kan peraturan di sekolah ini gerbang di tutup jam tujuh pas!"

"Saya anak baru, Pak."

Aku memperhatikan badge yang melekat di dada kanannya yang bertuliskan Marno, sedangkan di dada kirinya bertuliskan Satpam.

Lampu di kepalaku tiba-tiba menyala memberikan peringatan pada diriku untuk berbuat baik kepada pria tua di hadapanku ini. Karena selama kedepan nanti pria ini yang akan menolongku agar bisa masuk ke penjara ini tanpa harus berurusan dengan guru BK terlebih dahulu.

"Oh pantesan, yaudah cepat masuk. Rapihkan dulu baju mu!"

"Eits kenalan dulu dong, Pak." Ujar ku sebelum menuruti perintahnya tadi. Ingat ya perintah ini dilakukan agar aku bisa melewati gerbang, setelah berhasil masuk, perintah itu tidak akan berlaku lagi bagi diriku.

Aku langsung meraih tangan Pak Marno yang nampak kebingungan, "Kenalin Pak aku Gwen. Kita berteman ya Pak."

Setelah melepaskan tangan Pak Marno, aku membalikkan tubuh lalu melipat sedikit bajuku ke dalam sesuai perintah Pak Marno tadi.

Setelah terlihat rapih, aku membalikkan tubuhku kembali menghadap Pak Marno yang terus menggelengkan kepalanya.

"Gwen masuk ya Pak, sampai ketemu besok." Kulambaikan tanganku ke arah Pak Marno sebagai tanda perdamaian antara aku dengannya.

***

Setelah berhasil melewati gerbang, pandangannku di sambut oleh suasana sepi yang membuatku bersorak senang, karena suasana sepi dapat melancarkan setiap aksiku, setiap aksi haramku.

Ku langkahkan kakiku melewati koridor dengan langkah santai seperti di catwalk, suara sepatu all star putih ku yang saling beradu dengan lantai menimbulkan suara ketukan yang seirama.

Ini sekolah keempatku di tahun terakhir semester satu yang aku masuki. Tiga sekolahku yang lain mengusirku dengan alasan sekolahnya tidak cocok untuk diriku, padahal bilang saja kalau mereka tidak sanggup mendidikku di sekolahnya.

Saat aku melewati kelas-kelas yang sedang melakukan KBM, aku dapat merasakan tatapan orang-orang yang ada di dalamnya memperhatikan ku lewat jendela.

Tatapan itu yang selalu ku dapat. Tatapan aneh seperti orang yang baru saja melihat rupa alien.

Aha... Mungkin rambut hitam coklat ku ini yang membuat perhatian mereka beralih kepadaku.

Aku jadi merasa bangga telah mewarnai rambutku dengan warna kecoklatan. Akibatnya aku selalu menjadi pusat perhatian bagi siapapun, terutama bagi guru BK.

Sesampainya di ujung koridor, aku menyembunyikan diri di balik tangga, aku butuh berpikir sejenak jalan mana yang akan membawa ku untuk menemukan basecamp selama aku sekolah di sini.

Sejujurnya saat ini aku tak butuh ruang kepsek atau pun ruang kelas, aku juga tidak menuruti perkataan ayah tadi pagi yang berkata seperti ini:

Gwen, nanti setelah sampai kamu langsung menghadap ke ruang kepsek ya.

Yang aku butuhkan saat adalah tempat persembunyian yang bisa digunakan untuk menenangkan diri.

Aku memperhatikan lorong yang terbentang lurus di hadapanku. Sepi, waktu yang tepat untuk keluar dari bawah tangga, tapi sebelum itu, ku keluarkan dulu baju yang semula kulipat ke dalam. Aku tidak ingin terlihat cupu karena baju yang di masukkan.

Setelah selesai, akupun keluar dari bawah tangga, berjalan santai agar tidak terlihat mencurigakan. Untung saja tidak ada siapa-siapa waktu itu.

Sesampainya di ujung koridor, di sana aku menemukan jalan kecil yang mengarah ke belakang sekolah, ku ikuti jalan itu siapa tau aku menemukan basecamp yang ku cari. Setalah keluar dari jalan kecil itu, di sana aku mendapati sebuah bangunan kecil, yang ku perkirakan adalah gudang penyimpanan barang yang tidak terpakai.

Hatiku bersorak riang, apa yang ku cari akhirnya berhasil ku temukan.

Setelah berada di depan pintu gudang itu, sekali lagi ku pandangi sekelilingku untuk memastikan tidak ada orang yang menguntitku sejak tadi.

"Aman." kataku sambil mendorong pintu gudang.

Setelah masuk ke dalam, ku tutup lagi pintu tersebut agar tidak ada orang yang curiga akan keberadaannku di tempat ini.

Setelah itu kupandangi kedaan di dalam gudang ini, lumayan rapih. Gak seberantakan yang aku pikir sebelumnya.

Sepertinya aku bakalan betah sama basecamp yang satu ini. Karena basecamp di sekolahku terdahulu tidak sebaik ini dan lebih cocok di katakan tempat pembuangan.

Aku melangkah menghampiri kursi yang terdapat di tengah ruangan ini.

"Kursi nya kok bersih ya, kayak ada yang abis ngedudukin."

Tapi aku tidak perdulikan soal itu. Mungkin para tikus telah selesai rapat di kursi ini.

Ku ambil sebungkus rokok dan korek yang berada di dalan tas ku. Ini kebiasaanku sejak lama, mungkin sejak kelas sebelas. Jika aku butuh ketenangan, makan benda ini yang menjadi pelampiasannya.

Saat aku akan menyalakan rokok yang sudah ku pegang, dari arah kanan terdengar suara benda jatuh yang membuatku terkejut dan aku langsung menyembunyikan rokok dan korek yang sedang ku pegang.

"Siapa lo? Keluar kagak lo!"

Tubuhku perlahan mundur, mencoba mendekat ke arah pintu keluar.

"Woy keluar anjing!"

Teriakan ku membuat seseorang keluar dari tempat persembunyiannya. Namun beberapa saat kemudian aku terkejut saat ternyata beberapa orang lain yang bersembunyi ikut keluar dari persembunyiannya.

Dua orang.

Tiga orang.

Empat orang.

Mataku terbelalak. Sedang apa mereka di sini?

➖➖➖➖➖➖

Author's note:

Haloo, aku publish cerita baru. Semoga kali ini banyak pembaca yang suka. Jangan lupa tinggalkan jejak ya!💙

Gwen (a story about bad girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang