33. Bersenang-Senang

858 58 0
                                    

Setelah menghabiskan kopi di kedai tadi, Zulfikar membawaku ke tempat permainan di sebuah mall, awalnya memang terasa memalukan karena tatapan ibu atau bapak yang sedang mengasuh anaknya di tempat itu beralih menatap kami dengan tatapan kok-udah-tua-main-nya-di-tempat-ini. Namun Zulfikar mencoba menyingkirkan semua tatapan itu dari rasa maluku, hingga akhirnya kami berhasil membawa pulang beberapa barang terutama boneka besar yang saat ini berada di pangkuanku. Iya tadi Zulfikar berhasil mendapatkan sebuah boneka karakter minions dari sebuah mesin boneka yang berukuran besar. So lucky!!

Namun setelah merasakan semua kebahagiaan di tempat permainan tadi, kini aku kembali melamun dengan segala pikiran yang terhubung dengan filosofi kopi dari Zulfikar. Nampaknya filosofi tersebut aku rasa sedikit menyindir akan kehidupan keluarga ku, walau aku yakin filosofi Zulfikar itu pasti tidak berniat menyindir ke arah yang sedang aku pikirkan.

Tapi jika di pikir-pikir memang benar, aku gak seharusnya ngebenci perkara perpisahan kedua orang ku,  tanpa aku tau sedikitpun apa penyebab perpisahan itu terjadi, mungkin Ibu dan Ayah punya alasan tersendiri kenapa mereka memilih berpisah. Iya seharusnya alasan itu yang aku ketahui sejak awal. Namun sayang, egoku terlalu besar untuk masuk ke dalam permasalahan itu.

Di tengah lamunanku, aku kemudian tersentak oleh cubitan lengan Zulfikar di pipiku, dan asal kalian tau ya rasanya itu sakit dan panas.

"Ih apa-apaan si Dan!"

"Dan?"

Aku langsung meruntuki diriku di dalam hati, aduhh kenapa bisa aku salah sebut seperti ini!! Yang ada nanti Zulfikar akan semakin salah sangka kepadaku!

"Maksud gue, Zul!"

"Oh jadi dari tadi lo ngelamun itu mikirin Zaidan ya?? Pantes gue panggil berkali-kali diem mulu kaya orang bego."

"Ih enak aja, gue gak lagi mikirin Zaidan kok!"

"Terus-terus mikirin apa dong?"

Sialan!

Kenapa Zulfikar selalu saja membuatku tertangkap basah saat sedang melamun.

Menyebalkan.

"Itu gue lagi mikir, kenapa ya traffic light warna nya hijau merah sama orange? Em maksudnya kenapa hijau artinya maju, merah artinya berhenti gitu."

Aku langsung menghela nafas saat selesai membuat alasan konyol itu, untung saja mobil Zulfikar ini sedang terjebak di lampu merah, dan tak sengaja mataku tertuju pada ketiga lampunya itu.

"Kata siapa merah artinya cuma berhenti? Ada arti lain kok selain berhenti."

"Arti lain? Apaan emang?"

"Menstruasi."

Aku baru saja menyatukan alis saking bingungnya, tetapi Zulfikar dengan santainya mengatakan jawabannya dan tetap menatap lurus ke bagian belakang mobil orang tanpa menghiraukan aku yang hampir saja mati kebingungan.

"What, kok bisa?!"

Melihat lampu yang nampaknya akan tetap stuck di warna merah, akhirnya Zulfikar menengokkan kepalanya ke arahku. Tepat ke arah wajahku yang masih kebingungan.

"Jadi gue punya temen sekolah cewek, pas jam istirahat dia pake jaket yang posisinya di ikat di pinggangnya. Nah di sekolah gue kan jelas-jelas dilarang pake barang yang bukan atribut sekolah. Gue waktu itu negur dia dong, dan dia cuma bilang lagi lampu merah Zul. Gue gak ngerti sebenernya lampu merah apa yang dia maksud. Udah beberapa kali gue tegur untuk lepas jaketnya, tapi dia bilang gitu terus. Akhirnya gue yang kesel karena gak ngerti, gue tarik aja tuh jaketnya. Dan di situ gue kaget banget plus kena tampar sama dia."

Gwen (a story about bad girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang