24. Your Nightmare

919 49 0
                                    

Berkat usahaku merubah diri, sekarang citra diriku sedikit membaik, walaupun tidak berubah sempurna yang terpenting nama Gwen sudah tidak di kaitkan lagi dengan istilah Bad Girl. Selain itu nilai-nilai aku pun sudah mulai membaik, ulangan harian ku juga jarang mendapatkan remedial dan yang membuat ku sedikit bangga yaitu tidak ada lagi panggilan kasus yang mengatas namakan diriku.

Bisa dikatakan semua ini berkat ayahku, dan juga berkat Zaidan yang sabar menjadi tutorku selama ini. Soal Dion dan kawan-kawannya, aku tidak menjauhi mereka, aku masih berteman dengan mereka yang berubah hanyalah mulai saat sekarang aku tidak lagi berteman dengan semua kelakuan buruk mereka. Ketika mereka merajukku untuk ikut bersenang-senang dengan hal buruk, aku susah payah menolakknya dengan baik agar mereka tidak tersinggung. Tapi syukurlah mereka mengerti.

Kalo lo mau tobat, kita dukung lo Gwen. Tapi kalo lo nyuruh kita tobat, kayaknya sekarang belum waktunya. itu yang di katakan mereka kepadaku.

Pada jam istirahat kali ini, aku memilih membaca novel di taman sekolah, tepatnya di bawah pohon jambu yang biasa aku dan Zaidan tempati jika kami malas ke kantin. Soal Kevin dia paling malas jika di ajak ke tempat ini, dia bilang nantinya dia akan merasa berada di tengah-tengah patung karena aku dan Zaidan yang terlalu asik dengan bacaan kami.

Aku mencoba fokus membaca deretan kata yang tercetak di novel yang sedang ku baca, novel dengan tebal 524 halaman ini baru ku baca sebanyak 200 halaman sejak dua hari lalu, waktu membacaku harus terpotong oleh tugas-tugas sekolah yang selalu menumpuk setiap harinya, sehingga dengan terpaksa aku harus menyelesaikan kewajibanku itu dan mengabaikan bacaanku ini.

Saat aku akan beralih ke lembar selanjutnya, yang terjadi adalah terdengar suara seseorang dari arah belakang yang membuat ku terkejut sehingga dengan sempurna novel yang sedang ku baca menjadi tertutup rapat.

"Yah, Zaidan ketutup kan jadinya!" omelku sembari mencari dan mengingat sampai di mana bacaanku tadi.

"Sorry Gwen." ujarnya sembari menggaruk tengguk.

Soal Zaidan, dia menjadi tidak sedingin dulu, ucapannya pun sudah mengalami peningkatan sedikit walau hanya bertambah beberapa kata. Aku pun sudah mendapat predikat orang paling sabar di dunia, karena aku sudah kebal akan sikap dinginnya, atau mengenai kebiasaannya yang suka mengabaikan pertanyaan dariku. Semuanya sudah biasa seakan-akan menjadi makananku setiap hari.

Kedekatan ku dengan Zaidan ini akan menimbulkan fitnah bagi orang yang tidak tau hubungan kami, pasalnya kami terlihat seperti pasangan yang selalu bersama, ya walaupun kenyataanya sebenarnya aku yang selalu mengikuti Zaidan kemana mana.

"Belum selesai juga?"

Aku menghela napas lalu menggeleng pasrah, "tugas selalu menang Dan."

Kulihat Zaidan duduk di sampingku, mulai membuka novel yang sepertinya baru ia baca.

"Lo baca apa?"

"Sherlock Holmes, The sign of the four."

"Detektif jenius itu?"

"Hmm."

"Happy play with your imagination." ujarku sebelum kembali fokus dengan buku yang sedang ku baca.

Namun saat aku akan mulai membacanya lagi, tatapanku tak sengaja ter arah menuju ke pinggir taman, tepatnya kepada seorang wanita yang sedang menatapku dengan tatapan amarahnya.

Dengan cepat aku mengarahkan pandanganku ke arah novel dan mencoba menghilangkan tatapan wanita itu dari pikiranku. Wanita anggota Cheers yang selalu menatapku dengan tatapan benci.

***

Saat bel tanda masuk berbunyi, aku dan Zaidan langsung bergegas ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Sepanjang perjalanan, aku terus mencoba berbicang dengan Zaidan, ya walaupun responsnya selalu singkat, dan cuek, tapi rasanya aku tak pernah bosan untuk mengajak ngobrol atau sekedar membuat Zaidan kesal. Rasanya menyenangkan.

Saat kami melewati jajaran kelas IPS, tubuhku hampir tersungkur kalau saja Zaidan tidak langsung menahanku.

Siapa tadi yang menabrakku? Aku tidak sempat melihat wajahnya karena dia sudah tidak ada di sampingku. Namun saat aku menengok ke belakang, yang ku dapati malahan wanita itu lagi, wanita cheers yang sedang menatapku dengan tatapan yang sama, yaitu tatapan kebencian.

"Lo gak papa?"

Suara Zaidan menyadarkan ku kembali ke dunia nyata, "eh iya gak papa. Siapa yang nabrak gue ya Dan?"

Zaidan mengangkat bahunya isyarat bahwa dia tidak tau, "tadi rame banget soalnya."

"Yaudah yuk ke kelas." ajakku kembali.

***

Setelah semua siswa keluar dari kelas, kini kelas hanya menyisakan, aku, Zaidan dan Kevin. Tapi itu tak bertahan lama, karena aku terlebih dahulu ke luar kelas untuk menghampiri lokerku dan menyimpan beberapa barang di sana.

Saat aku berada di depan loker yang terdapat di luar kelas, aku langsung membukanya menggunakan kunci yang selalu aku simpan di dalam tas, saat ku buku lokernya ada sebuah amplop yang membuat ku sedikit terkejut, karena amplop itu bukanlah salah satu benda milikku.

Aku yang penasaran langsung saja membuka amplopnya, setelah itu ku baca kalimat yang tertulis di dalamnya.

Hai Gwen

Gue gak suka lo deket-deket Zaidan!  Jauhin dia atau lo tau akibatnya!

Your Nightmare

Aku lantas tertawa pelan setelah membaca surat tersebut, "ya ampun tuh orang kuno banget masih pake surat-suratan. Dan asal lo tau ya,  gue gak takut ancaman lo!" kata ku yang kemudian menjadikan kertas itu seperti bola dan kemudian melemparkan ke arah tong sampah yang tak jauh dari loker.

Tak lama kemudian Zaidan dan kevin datang dari arah kelas. "Gwen nebeng gak? Mumpung gue mau ngelewatin arah rumah lo." tanya Kevin.

"Boleh lumayan deh jadinya. Zaidan gimana?"

"Ya Zaidan pulang lah, yakali ngikut nganterin lo pulang, entar jadinya konvoi dong."

"Haha bener juga ya."

Setelah sampai di parkiran, kami bertiga pun berpisah. Aku bersama Kevin dan Zaidan sendirian. Di tengah perjalanan aku mencoba membuka obrolan dengan kevin akan tidak terasa bosan.

"Vin mungkin gak si ada yang neror gue gara-gara deket sama Zaidan?"

"Mungkin-mungkin aja si, secara Zaidan kan famous, inceran cewek di sekolah. Dari kelas satu gue selalu jadi tukang pos surat cinta dan bunga dari fans-fansnya. Walaupun dia dingin dan cuek tapi kadar kecintaan fans nya itu kayak gak pernah pudar. Btw emang kenapa Gwen?"

"Emm gak papa Vin, nanya doang."

Gwen (a story about bad girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang