Hari sudah menjelang sore, dan aku merasa lelah sekali hari ini. Aku dan Zara pun bergegas untuk pulang ke rumah.
"Kok gue berasa capek banget ya hari ini?" , tanyaku sambil menutup laptop.
"Dibawa enjoy makanya, jangan terlalu dipikirin Tria." , Zara berkata dengan santai sambil tersenyum hangat kepadaku.
"Iya ya, lo ada acara gak abis ini?" , tanyaku spontan.
"Gak ada sih, kenapa gitu?" Tanya Zara sambil mengernyitkan dahi.
"Hangout yuk, ngilangin penat." , ajakku sambil merapikan meja kerjaku.
"Ayok, udah lama kita gak hangout." , Zara pun bergegas merapikan mejanya.
***
Kami pun memilih bertandang ke Grand Indonesia. Entah rasanya pikiran dan perasaanku mendadak tidak enak. Makanya aku lebih memilih menghabiskan waktuku bersama Zara dulu sepulang dari butik. Karena biasanya Zara selalu bisa mengembalikan moodku.
"Tria,kita ke magnum cafe yuk.", ajak Zara menarik tanganku.
Akupun hanya mengangguk mengikuti ajakannya serta mengikuti langkahnya. Setelah sampai disana Zara pun dengan semangat memilih makanan yang akan dipesan. Aku hanya membolak-balik menu tak tertarik sebenarnya.
"Lo mau yang mana?" ,tanya Zara sambil membolak balik menu.
"Yang menurut lo enak aja, gue bingung.",jawabku sambil menutup menu.
Zara pun memanggil seorang pelayan dan menyebutkan satu persatu pesanannya. Sang pelayan pun dengan sigap mencatat, setelah selesai ia pun permisi.
"Eh iya, gue udah mulai ditanya-tanya bokap nyokap gue masa soal nikah." , Zara berceloteh tanpa ekspresi.
"Terus lo jawab apa?" , tanyaku sedikit penasaran.
"Ya gue bilang aja, semua akan nikah pada waktunya." , Zara cekikikan.
Sahabatku yang satu ini memang seperti ini, selalu santai menghadapi segala sesuatunya. Tapi, dia selalu bisa menghiburku. Aku pun tertawa melihat tingkahnya.
Tiba-tiba ada seorang pria yang menghampiri meja kami. Seorang pria yang tampan dengan balutan jas hitamnya sepertinya dia seorang executive muda. Pria itu tersenyum, menambah ketampanannya. Tapi, dia bukan tipeku karena sepertinya dia bukan orang yang serius. Eh tunggu, lebih tepatnya dia menghampiri Zara.
"Hai Zar, long time no see ya.", pria itu menyapa Zara.
"Hai Den, kemana aja ? " , Zara pun menyapanya sedikit terkejut.
"Iya gue beberapa tahun belakangan di kirim ke Amerika sama bokap buat sekolah bisnis." , Deni menjelaskan sambil menarik kursi yang kosong di meja kami.
Aku seperti nyamuk mendengarkan obrolan mereka yang sepertinya semakin lama semakin asik. Akupun cuek dan memainkan ponselku. Zara melirik ke arahku dan langsung menepuk jidatnya.
"Eh iya gue lupa Den, kenalin ini temen gue Tria." , Zara memperkenalkanku ke pria itu.
"Oh yang cantik ini temen lo, halo gue Deni." , dia mengulurkan tangannya padaku.
Akupun menjabat uluran tangannya sambil sedikit tersenyum dan mengangguk. Setelah itu, aku kembali memainkan ponselku. Mereka pun kembali berbincang dan tak menghiraukanku. Untungnya, makanan yang dipesan sudah datang. Setidaknya aku tidak perlu membuka tutup beberapa aplikasi di ponselku secara berulang.
Kamipun makan dan setelah itu pria itu berpamitan sambil melihat arlojinya lalu menepuk jidatnya. Akupun tak menghiraukannya, hanya aku heran ada pria yang tidak malu makan dan langsung pergi tanpa membayar.
"Dia pergi gitu aja gak bayar?", tanyaku sedikit sewot.
"Yaudah biarin gue yang bayar, dia buru-buru kayanya." ,Zara memanggil pelayan dan membayar bill.
Setelah itu kamipun memutuskan untuk pulang, karena hari sudah mulai malam.
***
baru up lg next part , semoga suka 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?