Hari sudah hampir sore, aku dan Zara memutuskan untuk menyudahi apa yang sedang kami kerjakan. Rasanya kami butuh hiburan, setelah beberapa hari kemarin kami disibukkan dengan beberapa dokumen dan target. Aku melihat ke arah Zara yang agak berbeda dari biasanya, sejak pembicaraan kami tadi dia jadi agak sendu. Akupun tak tega melihat sahabatku seperti itu. Sebuah ide terlintas di benakku.
"Zar, kita hangout yuk makan diluar gitu." Aku menghampiri Zara.
"Emang lo gak jalan sama pangeran lo itu?" Zara menekan kalimatnya.
"Jalanlah, jalan bareng kita." Aku mengedip-ngedipkan mataku genit.
"Ih males banget gue jadi nyamuk kalian." Zara mengerucutkan bibirnya.
"Enggaklah, siapa juga yang mau dinyamukin sama lo. Ajak Deni lah." Aku menjulurkan lidahku.
"Gak deh Tria, gue gak mau ngajak dia mulu." Zara sedikit menunduk.
"Yaudah gue yang ngajak, mana sini nomor Deni." Aku mengambil ponsel Zara yang tergeletak di mejanya, dan langsung mencari nomor Deni.
Setelah mendapatkan nomor Deni akupun menyalin nomor Deni ke ponselku dan langsung menghubunginya. Zara yang melihatku sangat terkejut dan berusaha menghalangiku, namun aku menyuruhnya diam. Ekspresi khawatir terlihat jelas di wajah Zara, aku tersenyum untuk menenangkannya.
"Halo, siapa ya?" Sapa Deni setelah menjawab panggilanku.
"Halo Den, ini gue Tria." Aku dengan santainya menyapanya.
Deni sempat diam, aku yakin dia terkejut karena aku menghubunginya. Atau dia heran darimana aku mendapatkan nomornya.
"Halo Den?" Aku memastikan apa dia masih ada di sambungan telepon.
"Eh iya Tria, ada apa?" Deni sedikit canggung.
"Hari ini gak ada acara kan?"
"Hmm, gak ada sih kayanya. Kenapa emangnya?"
"Gue mau ngajakin lo jalan nih, kita ketemuan di fx aja ya. Nanti gue share locationnya." Akupun dengan lancar dan to the point menjelaskan maksudku menghubunginya.
"Oh gitu, yaudah Tria." Deni mengiyakan ajakanku.
"Okay see you" akupun memutuskan sambungan telepon.
Aku mengangkat ibu jari tangan sebelaha kananku , dan mengisyaratkan pada Zara bahwa semuanya sudah beres. Ekspresi Zara seketika berubah, yang tadinya khawatir menjadi tersenyum senang. Aku dan Zarapun bergegas menuju tempat yang kusebutkan tadi. Tak lupa sebelum berangkat aku mengirimkan pesan kepada Adrian.
Hey darl, temui aku ya di fx. Aku menunggumu disana.
***
Aku dan Zara tiba lebih dulu disana sepertinya, karena baik Adrian maupun Deni belum menghubungiku.
"Enaknya kita nunggu dimana nih?" Aku melihat ke kanan kiri memilih resto yang tepat.
"Starbucks aja yuk, biar santai nunggunya." Zara menunjuk ke salah satu kedai kopi modern ternama di Indonesia.
Akupun mengangguk dan mengikuti langkahnya. Aku dan Zara langsung memesan, setelah membayar kami langsung mengambil posisi untuk duduk.
"Tria aku ke toilet dulu ya." Zara bangkit dari duduknya.
"Nervous ya mau ketemu pujaan hati." Aku menggodanya.
Zara tersenyum kikuk, pipinya merona merah dan berlalu meninggalkanku ke toilet. Tak lama berselang Deni menghubungiku dan memberitahu bahwa ia sudah sampai, akupun mengarahkannya ketempatku berada saat ini.
Tak sampai 5 menit Deni tiba, akupun melambaikan tanganku ke arahnya. Deni tersenyum melihatku, lalu dia menghampiriku.
"Sorry ya agak lama." Deni mengambil posisi tepat didepanku.
"Iya gapapa santai aja, mau minum apa? Biar gue pesenin."
"Gak usah gapapa, biar gue pesen sendiri aja nanti." Dia tersenyum menatapku membuatku sedikit canggung.
"Eh Deni udah dateng." Zara yang baru tiba dari toilet mencairkan suasana.
"Loh kok ada lo juga Zar?" Deni terkejut melihat Zara.
"Oh lo gak suka ada gue? Yaudah gue pulang deh." Zara tersenyum getir.
"Eh gak gitu maksud gue, soalnya tadi Tria gak ngasih tau gue sama siapa aja gitu." Deni seperti tak enak hati melihat Zara yang bersikap seperti itu.
"Eh iya sorry ya tadi buru-buru jadi gue gak ngasih tau detail." Aku memamerkan deretan gigiku.
"Hahaha, gapapa kok santai kali. Kalian kenapa sih?" Zara tertawa, tapi aku tahu betul ia hanya ingin mencairkan suasana.
Denipun berpamitan untuk memesan minuman dan makanan.
***
Kira-kira gimana kelanjutan hangout mereka ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?