dua puluh

442 32 1
                                    

Sudah hampir setengah jam aku menunggu kedatangan Adrian sambil berbincang dengan Zara, karena Deni sedang sibuk memesan makanan. Aku juga tak mengerti mengapa Deni lama sekali, mungkin makanan yang ia pesan terlalu banyak.

Tak lama berselang ponselku berdering, nama Adrian tertera di layar ponselku. Aku tersenyum senang, dan buru-buru mengangkatnya.

"Halo darl kamu dimana? Maaf aku kena macet." Adrian langsung membeberkan alasannya sebelum aku tanya.

"Aku di starbucks darl, kamu kesini aja."

"Okay darl" Akupun memutus sambungan telepon.

Pandanganku kutujukan ke arah pintu masuk, menanti sosok Adrian yang sedari tadi aku nanti. Tak lama sosoknya muncul di pintu masuk, aku langsung melambaikan tangan ke arahnya, dia tersenyum dan langsung menghampiriku.

"Hai darl, sorry aku telat. Maaf membuatmu menunggu." Adrian mengecup pipiku singkat dan langsung duduk di hadapanku.

"Iya aku ngerti kok, oh iya by the way ini sahabat aku Zara." Aku menunjuk ke arah Zara, Adrian langsung menyalami Zara.

Ternyata Deni telah kembali ke meja kami dengan nampan yang penuh dengan makanan dan minuman, pantas ia lama sekali. Dia sempat terkejut melihat Adrian. Namun dia langsung duduk di sebelah Adrian tanpa menghiraukannya sedikitpun.

"Den kenalin, ini Adrian." Aku memperkenalkan Adrian kepada Deni.

Adrianpun menjabat tangan Deni dan tersenyum, tapi respon Deni hanya sekedarnya. Aku tak ambil pusing, tak penting juga Deni suka atau tidak dengan Adrian.

"Oh iya selamat ya Tria dan Adrian." Zara mencairkan suasana.

"Selamat? Emang kalian ulang tahun?" Tanya Deni heran dan ia langsung meminum kopinya.

"Tria sama Adrian udah jadian Den, makanya kita diajak kesini. Mereka mau traktir ceritanya." Zara memamerkan deretan giginya.

Deni tersedak ketika sedang minum kopinya, aku juga tak tahu kenapa Deni bisa sampai tersedak. Apa iya karena omongan Zara? Aku rasa tidak, karena setelahnya dia acuh tak acuh.

"Makasih ya kalian udah mau kesini, gue seneng kita bisa double date." Aku berucap senang.

Lagi-lagi Deni tersedak mendengar ucapanku, apa aku salah bicara?

"Pelan-pelan dong Den." Zara mengusap-ngusap punggung Deni.

***

Kami melanjutkan acara hangout kami dengan menonton bioskop. Film horor terbaru yang sedang tayang dan digandrungi para penikmat film menjadi pilihan kami.  Ya betul Insidious:the last key menjadi pilihan kami.

Sekuel terbaru ini sebagian besar mengambil setting tahun 2010, sesaat sebelum peristiwa di film pertama. The Last Key juga dipenuhi dengan kilas balik, dimulai dengan prolog pada era 1950-an dan menggambarkan masa kecil tak menyenangkan Elise.

Elise, puteri seorang sipir penjara, yang saat itu duduk di kelas enam tinggal di sebuah rumah yang berderit di bawah bayang-bayang penjara New Mexico. Bakat paranormalnya yang baru menarik rasa ingin tahu adiknya yang nakal, Christian, dan ayahnya yang kasar, Gerald.

Ayahnya tidak mempercayai kemampuannya, sementara sang ibu mengatakan pada Elis dia hanya sedikit berbeda.

Pada adegan awal, Elise kemudian mendapati dirinya terperangkap di ruang bawah rumahnya pada malam hari. Ia mendapat isyarat untuk mengikuti suara seorang anak kecil agar membuka pintu merah misterius, yang ternyata punya konsekuensi tragis.

Kembali ke masa kini, Elise menerima telepon dari pemilik baru rumah masa kecilnya, yang telah mengalami fenomena aneh tersendiri. Ia awalnya enggan melihat kembali ke masa lalunya yang traumatis. Namun, dia dengan cepat mengalah dan memutuskan kembali ke kota kecil New Mexico dengan dua asistennya.

Klien barunya memiliki kemiripan yang mencolok dengan ayahnya bahkan gaya berjalannya. Elise hampir tidak menemukan kejadian aneh di rumah tersebut sampai berbagai penampakan mulai merangkak keluar.

Elise kemudian kembali ke kota bertemu dengan saudaranya dan kedua putrinya yang telah dewasa. Christian sempat marah dan menyalahkan Elise karena telah meninggalkannya saat berusia 16 tahun. Tak lama, keduanya pun memutuskan kembali ke rumah tua yang angker itu.

Salah satu yang menjadi daya tarik The Last Key adalah Lin Shaye yang memerankan Elise. Sebagai seorang aktris karakter veteran Shaye tahu betapa jarangnya memiliki peran seperti ini pada usia 74, dan dia menghayati perannya ke dalam setiap adegan.

Begitulah kurang lebihnya tentang film yang sedang aku nikmati, seperti biasa aku serius menikmati setiap adegan demi adegan yang ada di layar. Tapi sejujurnya aku sangat amat penakut untuk film bergenre horor. Tak heran jika sepanjang film diputar aku terkadang berteriak histeris dan membenamkan wajahku di dada Adrian.

Berbeda denganku, Zara lebih berani untuk hal ini. Dia menikmati adegan demi adegan dengan antusias. Tak sedikitpun ketakutan terpancar dari ekspresi wajahnya. Akupun menyenggol tangannya pelan.

"Lo gak takut sama sekali kok?" Tanyaku heran.

"Kalo gue takut gue mau ngeluapin ketakutan gue ke siapa? Lo enak ada Adrian." Zara tertawa renyah.

Aku melirik ke arah Deni yang sedari tadi juga serius menonton, Deni memang sedikit acuh kali ini. Tiba-tiba Deni memergokiku ketika memperhatikannya dan menatapku tajam, akupun langsung mengalihkan pandanganku menuju layar bioskop.

***

Segini dulu ya 😍
Oh iya btw ringkasan tentang film insidious:the last key aku ambil dari link:

https://www.google.co.id/amp/s/amp.tirto.id/sinopsis-insidious-the-last-key-teror-masa-lalu-menghantui-elise-cCY9

Karena sejujurnya aku belum nonton filmnya 😂

Cinta Tanpa ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang