dua puluh delapan

567 45 11
                                    


"Aku... " Adrian diam dan tak melanjutkan kalimatnya.

"Kau apa? " aku mendesaknya.

"Aku mencintaimu,dan aku tak ingin kamu berpikir yang aneh-aneh dulu.  Sebaiknya kamu istirahat karena sebentar lagi dokter datang untuk mengecek keadaanmu sayang. " Adrian tersenyum.

Lalu apa arti kalimatnya? Benar atau tidak yang kutanyakan padanya tadi? Tapi ketika aku mendengar jawabannya kusimpulkan sendiri bahwa yang Deni bilang tidak benar.  Adrian mencintaiku,  bahkan ia membawaku ke apartemennya sekarang.  Kalau ia memiliki istri dan anak sudah pasti ia tak akan berani membawaku kesini.  Aku menghela nafasku lega.

***

Setengah jam kemudian Adrian masuk dengan seorang dokter yang cukup tampan dan kukira umurnya sama dengan Adrian.

"Ternyata ia lebih cantik ketika sadar ya,  pantas kau tergila-gila padanya hingga melupakan..." Dokter itu berceloteh panjang lebar ketika sampai dihadapanku.

Adrian menyikut dokter itu hingga dia menghentikan celotehannya.

"Lakukan saja tugasmu Bryan,  aku tak suka kau menggodanya atau mengatakan banyak hal kepadanya. " Adrian sedikit dingin.

Dokter yang bernama Bryan itu tersenyum jenaka,  dan langsung memeriksaku.

"Buka mulutmu nona. " ia memeriksa mulutku menggunakan senter.

"Aku rasa kondisinya sudah stabil,  dia hanya shock. Akan kuberi ia vitamin agar kondisinya tidak drop.  Setelah ini akan ku suruh suster melepas infusnya,  agar kalian tak terhalang infus. " Dokter Bryan mengerlingkan matanya jahil.

Sedangkan Adrian langsung melotot ke arahnya.  Dokter Bryan pun tak mempedulikan Adrian,  iapun berlalu begitu saja dari hadapan Adrian dan keluar dari tempatku berada meninggalkan aku dan Adrian.

Tak lama berselang seorang suster masuk dan mencabut infusku dengan cekatan. 

***

Sepeninggal suster yang tadi mencabut infusku,  aku pun meminta Adrian keluar dari ruanganku karena aku ingin membersihkan diriku dan mengganti pakaianku.  Namun Adrian menolak,  ia bilang aku bisa melakukan semuanya di dalam kamar mandi.  Iapun memberikanku sebuah paper bag.

"Apa ini? " tanyaku bingung.

"Kau akan membutuhkan itu,  bawalah ke dalam sana. " ia mengarahkan pandangannya ke sebuah pintu di sudut ruangan. 

Akupun menerima paper bag yang Adrian berikan padaku,  dan langsung bergegas menuju kamar mandi.

***

Kuputar knop pintu kamar mandi dan mulai melangkahkan kakiku masuk ke dalamnya.

"Oh my god." aku berdecak kagum.

Yang kutemui bukanlah sebuah kamar mandi biasa,  tapi sebuah kamar mandi luas yang didesain super mewah.  Bahkan ada ruangan tersendiri untuk berganti pakaian,  dan seluruh peralatan serta perlengkapan mandi sudah tersedia dengan posisi masih tersegel.  Adrian memang luar biasa,  akupun langsung membersihkan diriku. 

Setelah selesai membersihkan diriku,  aku langsung menuju tempat dimana aku bisa memakai pakaian.  Ku ambil paper bag yang tadi Adrian berikan,  benar saja isinya baju dan seperangkat perlengkapan wanita.  Adrian sungguh tahu betul seleraku,  karena semua yang ia berikan untukku sangat bagus dan pas untukku.

Aku memutar diriku di depan cermin,  aku puas sekali dengan apa yang aku kenakan. Meski tanpa polesan make up aku terlihat menawan mengenakan baju ini.  Maafkan aku yang memuji diriku sendiri.

***

Aku langsung keluar dari kamar mandi setelah semua kegiatanku selesai.  Adrian sedang berbicara melalui ponselnya dengan seseorang di balkon.  Akupun langsung menghampirinya,  dan hendak memberinya kejutan.

Kulangkahkan kakiku mendekatinya secara perlahan,  tanpa membuat suara sedikitpun.  Agar ia tak mengetahui keberadaanku.

Satu

Dua

Tiga

Empat

Dan Li...
Hampir saja aku sampai di dekatnya,  namun langkahku terhenti seketika.  Tubuhku membeku dan mematung tepat di belakang sosok Adrian. 

***

Jakarta,  pagi buta..
Dengan cinta,

-Snow White ❤

Cinta Tanpa ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang