Pukul dua siang aku dan Zara kembali ke butik. Parkiran di depan butik penuh sekali. Aku sampai harus memanggil security untuk memarkirkan mobilku. Ramai sekali butikku hari ini atau hanya kendaraannya saja yang melimpah?
"Butik sedang ramai atau gimana pak?", tanyaku setelah turun mobil.
"Iya non, kayanya berkat spanduk yang ditempel non Zara deh." , Pak Ahmad menunjuk ke arah spanduk besar yang bertengger di depan butikku yang memberikan informasi kalau butik kita sedang ada diskon akhir tahun. Oh iya Pak Ahmad ini security yang bekerja di butikku. Aku lupa memperkenalkannya pada kalian. Dia bekerja sudah cukup lama untukku dan Zara, sejak butik kami buka sepertinya.
Aku pun melirik ke arah Zara, dia hanya mengangkat bahu.
"Bahkan lo sampe lupa dan gak merhatiin gue tadi pagi?", tanyanya dengan bibir mengerucut.
"Oh ini yang lo bilang? Sorry gue tadi sibuk banget. No problem sekalian abisin stok barang lama." , akupun melesat ke dalam butik.
"Sibuk mikirin calon pendamping sih ya, anyway don't worry semua udah gue atur." , Zara meledekku sambil mengikutiku memasuki butik.
Akupun tak menghiraukan omongan Zara. Aku dan Zara terkejut saat sudah di dalam butik. Ternyata bukan hanya kendaraan yang terparkir yang melimpah. Tapi customer juga, butikku seperti pasar. Mungkin ini karena butikku jarang sekali mengadakan sale. Ayu seorang penjaga butik melambaikan tangannya ke arah kami. Sepertinya dia kesulitan menghandle customer. Aku dan Zara pun langsung membantu menghandle para customer.
Aku lihat ada seorang pria di ujung ruangan sedang kebingungan memilih, bahkan dia tidak berada diantara sudut barang-barang sale. Tapi dia berada di sudut barang-barang new arrival. Akupun menghampirinya.
"Selamat siang Pak, selamat datang di Triza Boutique" , sapaku ramah sambil tersenyum.
Pria ini terkejut mendengar suaraku, ia langsung melihat kearahku dan tersenyum sangat rupawan. Ah tidak dia tampan sekali, walaupun usianya sepertinya lebih tua dariku.
"Bisa bantu saya mencarikan sebuah gaun?", tanyanya sopan.
"Bisa Pak, kalo boleh tau untuk wanita umur berapa ya?" , tanyaku sambil menghampiri deretan gaun di ujung ruangan.
"Lebih tua sedikit darimu, tapi ukuran tubuhnya sama sepertimu." , jelasnya sambil mengikuti langkahku.
"Ini Pak ada beberapa gaun yang limited edition disini, bapak mau yang mana?" , tanyaku sambil menunjukan beberapa gaun.
"Kau suka yang mana?" , tanyanya memandangiku.
"Saya Pak?" , aku sedikit gugup dan bingung.
"Ehmm, maksudku menurutmu bagus yang mana ?" , dia sedikit gugup juga sepertinya.
"Yang ini bagus Pak." , aku menunjukan sebuah gaun tanpa lengan berwarna silver yang sangat elegan.
"Boleh kau coba pakai? Agar aku bisa melihatnya." , dia sedikit ragu menanyakan hal ini kepadaku.
"Hmm, baiklah Pak. Duduk saja dulu disana saya coba dulu nanti saya tunjukan kepada Bapak." , baru kali ini ada yang memintaku mencoba baju hasil karyaku sendiri.
Akupun menuju kamar ganti, dan mencoba gaun itu. Aku pun melihat diriku di cermin. Indah sekali aku mengenakan baju ini, aku tersenyum puas melihat hasil karyaku. Akupun melangkahkan kakiku keluar dan menghampiri pria tadi.
Dia terkejut dan membuka mulutnya sekitar 5 detik.
"Kau cantik sekali.", kalimat itu samar-samar melesat dari mulutnya, membuat pipiku merona kemerahan.
"Bagaimana Pak, suka?" , tanyaku mengalihkan topik dan pura-pura tak mendengar ucapannya.
"Iya suka sekali, saya mau yang itu ya." , dia menunjuk kearahku, ke arah gaun yang ku kenakan lebih tepatnya.
Aku memanggil Ayu, dan menyuruhnya mengurus pesanan Pria ini. Setelah mengenakan kembali pakaianku aku menghampirinya kembali untuk sekedar basa-basi.
"Ada lagi Pak?" ,tanyaku tersenyum hangat.
"Itu saja dulu, lain waktu saya pasti kesini lagi. Oh iya, kau pemilik butik ini?" , tanyanya to the point.
"Iya Pak betul, saya Triana dan itu teman saya Zara. Kami pemilik butik ini.", aku menunjuk ke arah Zara yang juga sedang menghandle seorang wanita yang merupakan langganan kami.
"Okay, nice to see you.", dia mengambil pesanannya yang Ayu berikan.
Dia berjalan ke arah pintu keluar, dan akupun masih memperhatikan setiap langkahnya. Sampai dia akhirnya menengok ke arahku lalu dia tersenyum kepadaku. dan dia kembali melanjutkan langkahnya aku terus menatap sosok itu sampai tubuhnya tak nampak lagi di pandanganku.
Ah Tuhan indah sekali senyumnya, siapa dia? Aku menepuk jidatku keras. Aku lupa menanyakan siapa namanya atau memberi kartu namaku. Duh, kenapa aku ini? Kenapa aku jadi agresif seperti ini?
***
Triana kenapa ya kira-kira? Ada yang tau ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?