Pita sudah duduk di samping kemudi, dan akupun langsung bergegas tancap gas. Pita tersenyum riang sekali, nampaknya dia sedang sangat bahagia. Akupun menggodanya.
"Cie seneng banget, lagi kasmaran ya?"
"Ih kakak tau aja sih." Dia mengerjapkan matanya.
Adikku centil sekali saat sedang jatuh cinta seperti ini. Aku mengacak rambutnya gemas.
"Siapa pria beruntung yang berhasil menaklukan hati adikku yg cantik ini ?"
"Namanya Reno kak, dia satu kampus denganku."
"Beruntung sekali Reno itu, kakak hanya minta kamu jaga dirimu baik-baik." Aku mengedipkan mataku.
"Don't worry sisy, I can do it." Pita mengangkat tangannya di dahi seperti memberi posisi hormat, menandakan ia siap dan mengerti apa yang aku sampaikan.
Aku tersenyum lega, dan aku percaya adikku anak yang baik. Jadi, pasti dia bisa jaga diri. Semoga Tuhan selalu melindunginya.
"But sisy, siapa pria yang Daddy maksud tadi?" Pita menatapku ingin tahu.
"Kamu pengen tau banget?" Aku menggoda Pita.
"Yes I want sisy." Pita sedikit merengek.
"Tapi janji jangan kasih tau siapa-siapa dulu, promise?"
Pita menganggukan kepalanya dan mengacungkan ibu jarinya, tanda dia setuju untuk persyaratan yang aku berikan. Akupun akhirnya menceritakan tentang Adrian, semua tentang Adrian. Dari awal pertemuanku sampai pernyataan cintanya tadi malam. Tapi ada beberapa part yang kurasa terlalu dewasa untuk Pita tak aku ceritakan.
Pita berkali-kali mengerjapkan matanya tak percaya, sinar kagum muncul dari kedua bola matanya yang indah. Kini aku yakin bukan hanya aku yang beranggapan apa yang Adrian lakukan itu istimewa, karena Pita yang hanya mendengar ceritaku saja berdecak kagum tidak hanya sekali. Kalian pasti juga kagum kan atas semua sikap manis Adrian?
***
Aku langsung melesat menuju butikku setelah mengantarkan Pita tepat di depan kampusnya. Aku tersenyum bahagia mendengar alunan musik yang mengalun indah di tape mobilku.
Sesampainya aku di butik, mobilku berdampingan dengan mobil Zara. Aku dan Zara memang sudah janjian akan datang ke butik hari ini.
"Tumben agak siang Tria?" Zara merangkulku.
"Tadi bareng Pita soalnya." Kami melangkah masuk ke dalam butik.
"Oh the cutest girl, long time no see her."
"She always cute, but you know? She has a boyfriend"
"Ya ampun, kita dilangkahin dong." Zara memasang ekspresi tak relanya.
"Kita? Lo kali, gue sih enggak." Aku menjulurkan lidahku kearahnya dan langsung berlari menuju ruanganku.
Zara sempat terdiam beberapa detik, hingga akhirnya dia berlari mengejarku. Para karyawan hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kedua atasannya.
"Tria, cerita sama gue. Lo udah jadian?" Zara langsung menghampiri mejaku setelah masuk ruangan.
"Menurut lo?" Aku tersenyum simpul.
"Oh my, Tria cepet cerita atau gue teriak biar karyawan pada kesini." Zara memasang ekspresi berlebihan.
Aku terkekeh melihat tingkahnya, akupun akhirnya memutuskan untuk menceritakan setiap detail kisahku dan Adrian. Tanpa sensor sedikitpun, karena Zara sudah dewasa untuk hal itu. Dan ekspresi Zara dan Pitapun tak jauh berbeda, namun Zara lebih dramatis. Berkali-kali ia mengucapkan "oh my god".
"Udah sih gitu doang akhirnya." Aku mengangkat bahuku, mengakhir ceritaku.
"Gitu doang? Itu sweet banget Triana." Zara berdecak sebal.
Aku kembali terkekeh, "Lo juga pasti sering digituin kan sama Deni?"
"Belom pernah sampe kaya lo gitu, gue juga gak tau Tria." Zara sedikit sendu.
"Gak tau gimana? Lo ada rasa kan sama Deni?" Aku sedikit khawatir melihat sahabatku sedih.
"Gue ada, tapi gak tau dia." Zara mengangkat bahunya.
Tak biasanya aku melihat Zara seperti ini, akupun memeluknya.
"Tenang ya kalo emang Deni ditakdirin sama lo pasti dia akan jadi milik lo." Aku tersenyum.
Zara pun mengangguk dan ikut tersenyum, walau tatapan sendu tak lepas dari matanya. Aku jadi tak enak daritadi aku menunjukan kebahagiaanku, tapi ternyata sahabatku sedang bersedih. Aku berharap semua hal yang terbaik untuk sahabatku.
***
jakarta,15 januari 2017FAL
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?