tiga belas

458 39 3
                                    

Kami selesai nonton tepat tengah malam. Adrian langsung mengantarkanku pulang.

"Apakah kau masih lapar nona ?"  Adrian menggenggam tanganku.

"Tidak, aku sudah makan terlalu banyak tadi saat menonton." Aku memegangi perutku dengan muka menyesal.

Adrian tertawa melihat tingkahku, "Kau akan tetap cantik meskipun kau gendut."

"Apa kamu bilang ? Aku gendut?" Aku memberengut kesal.

Adrian mengacak kepalaku gemas, "Bukan itu maksudku, meskipun nanti kamu gemuk kamu akan tetap terlihat cantik nona Triana."

Aku sedikit merona mendegarkan kata-kata yang Adrian lontarkan, namun aku berusaha memasang wajah kesalku.

"Turunkan aku disini saja." Aku meminta Adrian berhenti tepat di pintu gerbang komplek rumahku.

"Kenapa? Ini sudah malam aku ingin memastikanmu masuk ke dalam rumah." Adrian mengernyitkan dahinya bingung.

"Rumahku tak jauh dari sini, tenanglah ada security disini." Aku meyakinkan Adrian.

"Oke, kau hati-hati ya. Kabari aku jika sudah sampai." Adrian pun menyerah.

Aku tersenyum mengacungkan jempolku, dan aku langsung turun dari mobil.

***

Rumahku sudah sepi dan gelap, tetapi pos security yang berada di depan gerbang rumahku masih terang. Mereka memang bertugas untuk menjaga rumahku 24 jam, Daddy tetap melakukan pengamanan khusus untuk rumah kami, walaupun sudah ada security keamanan komplek.

Mereka menyambutku dan membukakan pintu gerbang untukku.

"Non jalan kaki?" Tanya salah seorang diantara mereka bingung.

"Tidak, aku tadi bersama teman. Tapi aku minta turun di depan." Aku langsung meninggalkan mereka.

Merekapun tak ambil pusing, karena mereka tahu betul aku tak suka jika ada yang mencampuri urusanku.

Kulangkahkan kakiku memasuki rumah, dan...

Tiba-tiba lampu menyala, kudapati sosok Daddy berdiri di sudut ruangan.

"Darimana kamu baru pulang jam segini?" Daddy menatapku tajam.

"Dad aku bukan anak kecil lagi." Aku sedikit kesal karena Daddy masih memperlakukanku seperti anak kecil.

"Tapi kau tetap anak Daddy Triana." Daddy menekan kalimatnya.

"Okay, aku habis nonton sama teman." Aku pun menyerah.

"Siapa? Apa sulit kau memberitahu Daddy atau Mommy agar kami tak khawatir?"

"Sorry Dad, hpku lowbatt. Aku ke kamar dulu ya aku lelah." Aku berbohong, karena hpku tidak lowbatt tapi aku sengaja mematikannya tadi.

***

Ku hempaskan tubuhku di atas kasur, aku lelah tapi aku bahagia. Sederetan hal yang hari ini terjadi berputar-putar dalam benakku. Terimakasih Adrian, kau sudah membuatku bahagia.

Adrian?

Tunggu, aku berjanji akan mengabarinya tadi. Akupun langsung mengambil ponsel di dalam tasku. Aku nyalakan ponselku dan aku langsung men-dial nomor ponsel Adrian.

"Halo, aku sudah di rumah Adrian." Aku langsung to the point.

"Syukurlah, aku bisa pulang dengan tenang. Aku pulang dulu ya. See you.." Adrian menghela nafasnya lega.

"Tunggu, kau dimana sekarang?"

"Masih di tempat tadi aku menurunkanmu."

"Kau menungguku sampai dulu?" Aku memekik kaget.

"Aku sudah bilang, aku ingin memastikanmu sampai di rumah."

"Ini terlalu berlebihan Adrian."

"Tak ada yang berlebihan Tria, aku hanya tidak mau kau kenapa-kenapa."

"Baiklah, terimakasih ya. Sekarang kau pulang karena ini sudah lewat tengah malam." Aku pun menutup sambungan telepon.

Aku merasa tidak enak sekali Adrian harus menungguku kurang lebih 30 menit. Aku kira dia tak akan menungguku di sana. Kenapa Adrian bersikap seperti ini padaku? Apa dia mencintaiku? Ah, aku tak mau berharap terlalu jauh. Aku rasa keberadaannya saat ini sudah cukup untukku. Aku nyaman dan bahagia berada di dekatnya. Bukankah itu cukup?

***

Halo, aku sempetin up nih buat kalian di sela-sela waktu istirahatku..

Semoga suka 😘

Cinta Tanpa ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang